Seorang perempuan, dalam berbagai podcast yang dihadiri, menutur kisah hidupnya. Meylisa Zaara tidak pernah menyangka rumah tangganya hanya seumur jagung. Menurutnya, sang suami ternyata penyuka sesama jenis (gay). Sama seperti yang dikatakan Meylisa, saya pribadi tidak pernah bermasalah dengan LGBTQ+. Itu hak mereka. Tetapi, setidaknya si laki-laki tidak perlu berpalsu-palsu kawin dengan seorang perempuan, lantas menghancurkan perasaan perempuan yang dijadikan isteri itu, yang telah bucin setengah mampus. Iya kan? Bagaimana perasaannya, bagaimana kehidupannya, bagaimana dia menyembuhkan diri? Sungguh kasihan. Yang harus dilakukan Meylisa adalah berjuang untuk bangkit dan melanjutkan hidup. Dan dia telah bertindak benar untuk mengungkap hal ini pada publik agar menjadi pelajaran bagi perempuan lain di Indonesia, mungkin di dunia.
Bagus dibaca: Tantangan Menulis Kreatif Dengan Teknik 3 Paragraf.
Dari Bogor datang kisah dari seorang laki-laki bernama Fahmi Husaeni yang kawin dengan Anggi Anggraeni. Sehari setelah akad nikah, pada siang/sore hari, Anggi pamit hendak bertemu pengantar COD ayam geprek. Mereka bahkan sempat video call saat Anggi pergi ke depan gang (mungkin, atau depan jalan) untuk bertemu pengantar ayam geprek ini. Sejak saat itulah Fahmi kehilangan kontak dengan Anggi. Segala upaya dilakukan untuk mencari Anggi. Orang pintar (bukan dokter, tapi dukun), bertanya sana-sini, dan melapor ke pihak kepolisian. Ternyata Anggi melarikan diri alias kabur bersama mantan pacar (yang mungkin bahkan masih berstatus pacar). Kisah panjang kekecewaan Fahmi sungguh menyayat hati. Resepsi dengan biaya besar yang telah dikeluarkan pun batal, Fahmi membakar undangan resepsi itu, dan menyatakan bahwa Anggi bukan lagi isterinya. Mantap.
Kisah lain datang dari Cirebon di mana seorang perempuan diperkosa oleh tunangan dan calon mertua (bapak dari tunangannya sendiri). Dijodohkan, diajak bekerja pada toko milik tunangan dan orangtuanya, lalu diperkosa. Hei hei hei ... setega itukah? Tapi ini masih belum cukup saudara-saudara! Karena masih dari Cirebon seorang oknum polisi melakukan kekerasan kepada anak sambung hingga tega memperkosanya. Kasus ini terungkap dari laporan ibu korban. Korban disebut menerima kekerasan fisik pada 25 Agustus 2022 dan mengalami kekerasan seksual pada 5 September 2022. Konon oknum tersebut dihukum sekitar 1,5 tahun penjara sementara tuntutan jaksa adalah 15 tahun penjara. Dengan demikian kasus ini bergulir ke tingkat banding.
Mari kita tarik nafas dulu ... rasanya sungguh di luar nurul.
Tapi di Indonesia masih banyak orang baik berhati mulia. Salah satunya dokter Richard. Dalam podcast-nya, dokter Richard mewawancarai Farel. Semalam saya menontonnya dan berlinang air mata. Sejak lahir Farel tinggal bersama neneknya karena papanya dipenjara, lalu saat usia 3 bulan mama si Farel ini kemudian kawin lagi dan meninggalkan Farel bersama sang nenek. Kakeknya pun sudah kawin lagi. Praktis Farel hanya tinggal bersama nenek. Yang diinginkan Farel hanyalah pengakuan dan kasih sayang dari kedua orangtua. Tapi ternyata dirinya seolah-olah tidak diinginkan oleh kedua orangtua sendiri. Farel berjuang, bangkit, menjadi anak yang soleh dan berprestasi. Dokter Richard lalu mengutarakan niatnya mengasuh Farel. Semua utang dilunasi dan Farel akan dibiayai kuliahnya, terutama masuk Fakultas Kedokteran UI. Tantangan dokter Richard disambut Farel dengan Insya Allah. Ah, anak ini luar biasa.
Anak yang juga luar biasa adalah Fadia, asal Jambi. Ia dan kakaknya (Fadila) memperjuangkan nama baik dan hak si nenek. Mereka dilaporkan oleh Kabag Hukum Pemkot Jambi ke Polda Jambi karena mengkritik karena ingin memperjuangkan hak rumah si nenek. Ah, panjang sekali perjalanan mereka berdua: sepuluh tahun berjuang. Kalian bolehlah menontonnya di Uya Kuya TV. Fadia ini masih kecil tapi dia sangat cerdas.
Yuk dibaca: Atasi Krisis Moral Dengan Lebih Mengenal Diri Sendiri.
Multitasking (sambil bekerja, sambil mendengar podcast) adalah kebiasaan saya sehari-hari. Dari itulah saya jadi tahu begitu banyak peristiwa di Indonesia yang mungkin terlewatkan oleh media-media mainstream. Bahkan, saya terkejut karena para selebriti pemilik podcast tidak hanya mewawancarai narasumber baik yang viral maupun yang tidak viral (tapi menohok), mereka pun bersedia membantu tanpa biaya. Uya, misalnya, yang bersedia memberikan bantuan hukum kepada narasumber yang membutuhkan. Sama halnya Hotman Paris. Atau dokter Richard yang saking tersentuhnya bersedia menjadi orangtua asuh bagi Farel. Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dan semoga semakin banyak orang Indonesia yang terbantu.
Semoga bermanfaat.
Cheers.