Emosi saya di akhir minggu ini terpicu meledak gara-gara menonton podcast Deddy Corbuzier berjudul NIH LIHAT MEREKA‼️LIHAT!! PAHAM⁉️DEVINA-KEYSIA - dance sport - Deddy Corbuzier Podcast. Dalam podcast tersebut Deddy mewawancarai Devina Anindita (12 tahun) dan Keysha Aditia Putra Winardi (14 tahun), dan terlihat agak emosi di awal podcast, gara-gara komentar netizen terhadap video Devina dan Keysha yang viral (kalau tidak salah viralnya di Tiktok). Video tersebut menampilkan kedua anak muda berprestasi ini sedang menari bersama di lapangan sekolah memakai seragam SMP. Saat itu Devina berseragam SMP menggunakan hijab.
Mereka hebat, Anak-Anak Berbakat Yang Mengguncang Dunia.
Tidak hanya di Tiktok, video mereka juga viral karena tersebar melalui aplikasi WhatsApp, dengan audio yang diganti/diubah. Komentar pun datang dari netizen. Tidak hanya netizen, teman-teman sekolah pun ada yang tega berkomentar pedas.
Merusak generasi muda!
Pelajaran tak beradab!
Wow, komentar yang luar biasa.
Apa yang salah dengan para penari muda ini wahai, netizen?
Devina, Keysha dan Nita (14 tahun) adalah anak muda yang tertarik dengan dunia tari dan bersekolah di SMP Negeri Ciawi 1 Bogor. Mereka kemudian mengikuti Porprov Jawa Barat 2022 dalam cabang sport dance. Devina dan Keysha itu duo, sedangkan Nita itu solo. Dalam ajang Porprov Jawa Barat 2022 itu mereka berhasil meraih medali, bahkan medali emas. Hal-hal yang membanggakan ini justu dijadikan obyek hujatan oleh netizen. Saya bukan keluarga mereka, tapi saya sangat bangga pada mereka, anak-anak berbakat yang sayangnya dihujat merusak generasi muda.
Betul kata Deddy, yang merusak generasi itu kalau joged-joged tanpa arah di Tiktok. Sport dancer tidak tercipta dalam semalam. Misalnya seperti pengakuan Devina dan Keysha yang telah menggeluti dunia sport dance selama kurang lebih dua tahun. Ada tekniknya, ragamnya, hitungannya, komposisinya, dan lain sebagainya. Mereka menghabiskan waktu tiga jam sehari untuk latihan, empat hari/kali dalam seminggu. Jika ada kompetisi yang akan diikuti maka hari latihan bakal ditambah dengan waktu latihan tetap tiga jam. Bayangkan ... tiga jam! Saya yang ikutan kelas yoga tiga kali seminggu dengan durasi satu jam setiap kelasnya saja sudah kelelahan. Tapi kata Devina, ini karena mereka ingin meraih prestasi jadi senang-senang saja menjalaninya.
Memberi dukungan pada Devina, Keysha, Nita; mereka diundang Deddy, juga diundang Agnez Mo, dan tentu saja akan bertemu Bapak Erick Tohir.
Ya, mereka harus didukung karena Devina mengaku sempat down gara-gara membaca komentar pedas netize tersebut.
Setelah melihat video tarian Devina dan Keysha, saya jadi tahu alasan hujatan itu. Benar, mudah untuk menemukan alasan hujatan netizen. Karena Devina memakai hijab saat sedang menari bersama Keysha, berpegangan tangan, dan terlihat sangat lincah.
Kalau netizen melihat saya menari chacha di suatu pesta, bersama teman dansa yang profesional, netizen juga mungkin akan menghujat karena saya berhijab.
Tapi yang harus dilihat dengan bijak oleh netizen adalah bahwa Devina merupakan anak muda yang berhijab karena di sekolahnya siswi beragama Islam berhijab. Bukan pula suatu kewajiban berhijab karena sekolah mereka adalah sekolah negeri, bukan sekolah Islam. Sedangkan kesehariannya, Devina memang tidak berhijab. Sementara itu perlu diingat bahwa hijab adalah urusan pribadi meskipun agama memang menekankan Muslimah wajib menutup aurat (berhijab). Moral seorang Muslimah tidak dilihat dari dia berhijab atau tidak.
Bagi saya, berhijab adalah pilihan. Sebelum berhijab, saya belajar dulu, membaca banyak hal dalam urusan hijab ini, termasuk saya memutuskan untuk tidak memakai hijab rempong dengan sanggul setinggi gunung. Saya memakai hijab biasa segi empat yang dilipat menjadi segi tiga. Hijab itu wajib menutup bagian dada sehingga pada akhirnya kaos-kaos custom saya minta tulisannya dicetak pada bagian bawah sehingga tidak perlu mengangkat bagian depan hijab supaya tulisan di kaos terbaca orang lain. Mudaaaaah. Kita yang tentukan, bukan orang lain.
Bagi Najwa Sihab, tidak berhijab adalah pilihan. Jika dirinya memang tidak berhijab, bukan berarti dirinya tidak shalat lima waktu kan?
Demikian pula Devina. Jika suatu waktu nanti, ketika telah menginjak usia dewasa, Devina memutuskan untuk tetap berhijab dalam profesi sebagai profesional sport dancer, maka itu adalah haknya.
Saya berhijab, tapi saya tidak punya hak menghakimi Muslimah lain yang tidak berhijab. Karena, sekali lagi, itu ranah privat.
Ayo dibaca, Edukasi Anak Melalui Acara Anak Tidak Harus di Televisi.
Yang jelas, dalam hidup ini, sudah seharusnya kita mendukung anak-anak berbakat dan berprestasi ini. Secara psikologis, mereka tidak saja membutuhkan dukungan orang tua dan keluarga, tetapi juga dukungan lingkungan sekolah, dukungan lingkungan pertemanan, bahkan dukungan netizen. Anak-anak ini jauh lebih hebat (dan harus diviralkan) ketimbang anak-anak yang terkenal karena bersikap aneh dan kurang ajar. Kalian pasti tahu soal anak (mungkin sudah lebih dari usia anak) yang membikin konten beberapa orang (termasuk orang yang sudah tua) untuk mandi lumpur.
Ah sudahlah ...
Semoga bermanfaat. Semoga kita lebih bijak berkomentar. Karena, toh saya pun juga seorang netizen.
Cheers.