Terlahir bernama Regina Bata, Mamatua kemudian mualaf dan memilih nama Siti Fatimah. Terinspirasi dari nama Fatimah az-Zahra atau Fatimah binti Muhammad, yang merupakan puteri bungsu Nabi Muhammad SAW dari perkawinan beliau dengan isteri pertama yaitu Khadijah. Menjadi guru di usia 16 (enam belas) tahun, Mamatua selalu bercerita masa-masa aktif menjadi guru setelah lulus dari Sekolah Guru B atau SGB, sekolah khusus guru selama 4 (empat) tahun. Tentu tidak lupa cerita tentang masa-masa keren setelah menjadi guru di mana pakaiannya menempati peti-peti khusus, demikian pula sepatu, sandal, asesoris, dan kuteks!
Kalian boleh baca 5 Rahasia Cantik Mamatua.
Tahun 1990 Mamatua mengikuti kompetisi idaman setiap guru pada masa itu. Namanya Guru Teladan. Saya tidak tahu persis apa saja yang harus dipersiapkan oleh seorang guru untuk mengikuti kompetisi Guru Teladan, tetapi yang jelas banyak sekali hal yang Mamatua persiapkan, termasuk belajar tentang pengetahuan umum. Lolos di tingkat Kabupaten Ende, Mamatua dikirim ke tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Lolos di tingkat Provinsi NTT, Mamatua dikirim ke tingkat nasional yakni di Ibu Kota Negara Indonesia: Kota Jakarta.
Karena waktu itu Mamatua adalah kepala sekolah dan/atau guru SD, maka Mamatua mewakili guru SD se-Provinsi NTT di kancah nasional.
"Ibu Tin cantik sekali, Non."
Itu salah satu cerita Mamatua tentang pertemuannya dengan Presiden Soeharto, Ibu Tin (isteri Presiden Soeharto), dan para menteri.
Menjadi Guru Teladan tidak hanya membanggakan Mamatua secara pribadi, tetapi kami anak-anaknya, termasuk saya. Bagi saya, menjadi Guru Teladan merupakan pencapaian tertinggi Mamatua di bidang yang digelutinya sejak belia yaitu pendidikan. Tetapi ada pencapaian yang jauh lebih tinggi yaitu melihat murid-murid SD-nya kemudian satu per satu menjadi orang hebat. Bapak Achmad Mochdar, yang pernah menjabat Wakil Bupati Ende, adalah salah seorang murid favorit Mamatua.
"Pak Mad itu, Non, kalau menari Serampang Duabelas, luwes sekali."
Saya ingat, zaman dulu kalau menumpang angkot dan supirnya adalah murid SD-nya Mamatua, om-om supir selalu menggratiskan ongkos angkot. Tapiiiii di dalam angkot, mereka bercerita tentang masa sekolah dulu.
"Mama tu kalau cubit di paha, pertama cubit dulu, habis itu baru putar daging paha, rasa-rasa mau ngompol di celana!"
Lantas mereka terbahak-bahak.
Mamatua bercerita bahwa dirinya mengalami suatu hal yang luar biasa mengjengkelkan ketika mengikuti kompetisi untuk dikirim ke Jepang, mewakili Indonesia di Negeri Sakura itu sebagai Guru Teladan tingkat SD. Kata Mamatua, "Bisa tuh Mama lupa nama Gubernur NTT waktu itu. Padahal sudah di ujung lidah. Tapi mungkin karena memang bukan rejeki e, Non." Lalu terkekeh geli karena pada detik krusial Mamatua blank nama Gubernur NTT. Padahal Mamatua mengaku semua jawaban lisan dijawabnya dengan gemilang.
Menerima apa pun yang terjadi dengan lapang dada. Menertawakan diri sendiri. Adalah hal-hal yang saya pelajari dari Mamatua.
Dalam kehidupannya sehari-hari, Mamatua adalah guru kehidupan, tidak hanya bagi anak dan cucu tetapi juga bagi semua orang. Rumah kami selalu ramai oleh anak-anak yang datang belajar. Pertama, mereka membawa buku PR ke rumah untuk dikerjakan di area sekitar meja singgasana Mamatua di tengah ruang belakang. Kedua, setelah PR dikerjakan, Mamatua akan mengajari mereka berbagai penghitungan Matematika. Ketiga, mereka mulai bermain kuis di mana Mamatua akan bertanya tentang pengetahuan umum. Saya kebagian mengajar anak-anak itu bahasa Inggris. Mulai dari warna sampai nama benda-benda dalam kehidupan sehari-hari.
Semua orang yang bercerita tentang kesedihan dan kesusahan pada Mamatua, hanya dibalas dengan, "Sholat dan dzikir itu utamanya." Jika mereka beragama Katolik maka Mamatua akan bilang, "Rajin berdoa eee, itu utamanya."
Mau Ngakak? Baca Ngelawak Bersama Mamatua.
16 November 2022, pukul 05.10 WITA, Sang Guru Teladan telah pergi untuk selama-lamanya. Semua kisah kenangan bersamanya akan terus ada dalam benak dan sanubari saya. Semua foto dan video Mamatua, terus menjadi penghiburan untuk saya.
Mamatua ...
#LifeIsGood