Musim hujan adalah musim pesta pora bagi oknum masyarakat yang enggan membuang sampah pada tempat sampah. Umumnya mereka tinggal di dataran tinggi di mana jarak antara rumah dan got (besar) sangat dekat. Begitu hujan datang, sampah dibuang di dalam got dengan harapan aliran air akan membawa serta sampah tersebut sampai jauh. Sejauh-jauhnya! Iya, jauh ... jauh dari rumah mereka. Salah satu status Facebook Kakak Fransiska Natalia pada tahun-tahun lampau pernah membahas tentang bantal (atau kasur?) di dalam got depan rumahnya. Inilah salah satu penyebab terjadinya luapan aliran air dari dalam got ke jalan raya.
Saya jadi penasaran, Mampukah Rembi Menggantikan Peran Tas Belanjaan Plastik?
Padahal, Pemerintah Daerah Ende sudah menjalankan program pengangkutan sampah dengan jadwal dan rute yang pasti. Kalau pun suatu wilayah tidak dilewati truk sampah warna kuning itu, sampah masih bisa diangkut dan dibuang sendiri ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Paling mudah, tanah bisa digali dan dijadikan tempat sampah, khususnya sampah organik. Meskipun bisa didaur ulang, sampah plastik biasanya dibakar, karena itu cara termudah 😅
Baru-baru ini 3 dosen Universitas Flores (Uniflor) melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di SMP Negeri 2 Ende Selatan. Diketuai oleh Ainun Jariyah, S.Pd., M.Pd., bersama dua rekan Yulius Dala Ngapa, S.Si., M.Si. dan Veronika P. Sinta Mbia Wae, S.Si., M.Pd., proposal kelompok ini lolos untuk memperoleh dana hibah dari Direktorat Riset, Teknologi, Dan Pengabdian Kepada Masyarakat - Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Nama PKM mereka adalah Go Green School.
Kegiatan mereka di SMP Negeri 2 Ende Selatan sangat asyik. Murid-murid diedukasi tentang jenis-jenis sampah, dan bagaimana mendaur ulang sampah organik sehingga dapat bernilai ekonomis. Dari ketiganya, yang menjadi narasumber taping hari ini, kami jadi tahu bahwa sampah organik itu dapat dijadikan kompos dengan metode yang sangat mudah, ditambah dengan cairan yang dapat membantu penguraian, fermentasi bahan organik menjadi pupuk organik padat maupun cair. Kalau mau buat sendiri juga bisa. Namanya Mikro Organisme Lokal (MOL). Salah satu bahan MOL yang paling sederhana adalah air cucian beras.
Namun permasalahan sampah bukan berkutat pada sampah organik saja. Bagaimana dengan sampah anorganik seperti plastik? Kata Pak Yulius, ada wacana untuk juga mengedukasi murid-murid (dalam program/PKM terpisah) untuk mengolah sampah plastik menjadi barang bernilai ekonomis (lebih tinggi).
👍
Sampah adalah permasalahan bangsa. Masyarakat Indonesia menyumbang sampah hingga mencapai 1,3 Milyar ton per tahun (data 2019). Jumlah sampah di Pasuruan misalnya, per bulan bisa mencapai 2.100 ton. Itu baru satu contoh yang saya sertakan dari ribuan video tentang sampah di Youtube. Jadi, pihak pemerintah sangat serius mengelola dan mendaur ulang sampah di wilayah mereka. Di Bekasi, saya menonton sebuah video berjudul Belajar Dari Solo Bekasi Bakal Tiru Teknologi Pengolahan Sampah Jadi Tenaga Listrik. 3 tahun lalu, video berjudul Sistem Pemilahan Sampah Dengan Penanaman Karakter di Kalangan Masyarakat Menuju Gresik Smart City sangat mengedukasi.
Dari Ende, ada sebuah komunitas bernama Anak Cinta Lingkungan (ACIL). Salah satu konsentrasi mereka adalah tentang sampah, pun tentang daur ulang sampah. Markas ACIL di Jalan Perwira Ende justru asri dan adem! Tidak ada kesan gudang tempat penumpukan sampah yang bau. Mereka punya program pilah sampah. Khusus sampah plastik, akan dicuci bersih, kemudian didaur ulang menjadi beraneka barang menarik macam tas, dompet, kipas, bangku, dan lain sebagainya.
Saya sendiri sejak lama mulai mengurangi sampah plastik. Sejak lama selalu membawa botol minum ke mana pun pergi. Selain botol minum (bisa sampai 3 botol minum di jok sepeda motor), saya juga membawa termos berisi kopi susu panas atau teh panas. Tidak perlu membeli air minum dalam kemasan plastik baik gelas maupun botol. Membeli barang pun demikian. Jika barangnya bisa masuk ransel, saya pastikan menolak kantong plastik.
Ini dia yang saya lakukan: 5 Perilaku Sederhana Untuk Mengurangi Sampah Plastik.
Sebagai manusia kita hanya bisa mengurangi sampah. Saya pernah protes ketika ada kampanye tentang menolak plastik atau berhenti menggunakan plastik. Saya pikir, itu terlalu berlebihan, karena manusia juga membutuhkan plastik. Plastik juga bertujuan baik, tapi memang harus dikurangi. Karena, kantong plastik pertama kali diciptakan pada 1959 oleh ilmuwan asal Swedia, Sten Gustaf Thulin, sebagai pengganti kantong kertas yang proses produksinya mengancam keberlanjutan alam.
Mudah-mudahan bermanfaat.
Cheers.