Kalian pasti pernah membaca kalimat seperti ini: kini sukses memiliki rumah dan mobil mewah, dulunya artis Nganu ternyata pernah dipukul tetangga karena terlambat mengembalikan uang pinjaman. Atau kalimat seperti ini: Bocor chat pribadi artis Nganu dengan seorang pimpinan perusahaan, tak tahu malu minta mobil sampai tas berharga ratusan juta. Atau ada juga yang mengunggah video secara sepihak dan menjelek-jelekkan orang lain yang dibencinya seperti ini: Gaya hedon, lihat nih kondisi rumah orangtuanya kayak apa. Semua itu merupakan evolusi dari sesuatu yang disebut doxing.
Ayo latihan Teknik 3 Paragraf Bagi Blogger Pemula.
Menukil dari Kapersky, doxing (doxxing) adalah tindakan mengungkapkan informasi identitas tentang seseorang secara online, seperti nama asli, alamat rumah, tempat kerja, telepon, keuangan, dan informasi pribadi lainnya. Informasi itu kemudian diedarkan ke publik — tanpa seizin korban. Istilah ini muncul di dunia peretas online pada 1990-an. Perselisihan antara hacker saingan kadang-kadang akan menyebabkan seseorang memutuskan untuk "menjatuhkan dokumen" pada orang lain, yang sebelumnya hanya dikenal sebagai nama pengguna atau alias. "Docs" menjadi "dox" dan akhirnya menjadi kata kerja dengan sendirinya (yaitu, tanpa awalan "drop").
Informasi yang diungkapkan oleh doxer biasanya tentang alamat rumah, detail tempat kerja, nomor telepon pribadi, nomor jaminan sosial, informasi rekening bank atau kartu kredit, korespondensi pribadi, sejarah kriminal, foto pribadi, hingga detail pribadi yang memalukan.
Doxer berevolusi dari anonim (ciri khas peretas) menjadi tidak anonim. Doxing berevolusi dari sekadar pengungkapan jati diri seseorang menjadi seperti melecehkan keluarga atau majikan seseorang, pencurian identitas, ancaman, atau bentuk cyberbullying lainnya, atau bahkan pelecehan orang. Pasti kalian pernah melihat, setidaknya satu kali dalam hidup, seseorang secara terang-terangan membikin video dan mengungkapkan detail pribadi seseorang mulai dari kehidupan, pergaulan, perbuatan kriminal, dan lain sebagainya. Atas dasar rasa benci yang dipicu iri hati. Misalnya seperti itu.
Eih tahu nggak? Dese itu baru bisa naik mobil mewah mah sekarang-sekarang ini, dulunya naik angkot! Dese mengaku sejak dulu udah naik mobil? Mobil pinjaman ituuuu. Nih gue ada bukti percakapannya sama Nganu waktu dia pinjam mobiiiilll.
Doxing muncul biasanya setelah seseorang naik daun. Paling parah, seseorang naik daun, lantas melakukan perbuatan yang dibenci publik. Tamat riwayat. Apa yang dilakukan seseorang belasan tahun lalu dapat dibongkar pada saat ini juga oleh doxer, terutama jika perbutannya waktu itu masuk dalam kategori memalukan atau melanggar norma dalam masyarakat.
Meskipun doxing ini ibarat toxic, tapi toxic ini bikin senang sekaligus bikin mabuk. Hal ini tidak terlepas dari daya ingin tahu netizen. Dari beberapa video dan artikel, saya menangkap suatu kesimpulan bahwa apa yang disajikan televisi, maupun apa yang menjadi viral di internet, tidak terlepas dari keinginan netizen itu sendiri. Doxing menjadi buruan netizen karena rasa ingin tahu yang luar biasa akan pribadi orang lain. Doxer memanfaatkan itu untuk mendongkrak viewers dan mengisi pundi-pundi emasnya. Tidak peduli jika kemudian korban dapat saja menyeretnya ke ranah hukum.
Saya ingat sekali kalimat ini: netizen kita kan suka yang remeh-remeh, nggak suka yang serius-serius, karena menurut mereka, hidup susah susah, mereka butuh hiburan.
Ayo kita Merawat Persahabatan Dengan Segelas Kopi.
Secara pribadi saya sangat menghindari doxing. Tidak berfaedah untuk diri sendiri, dan pasti merugikan orang lain yang diserang. Tapi perlu diingat bahwa doxing berbeda dengan pengungkapan fakta. Jika seseorang melakukan kebohongan publik, maka netizen berhak untuk pengumpulkan data, fakta, serta bukti-bukti agar tidak terjadi lagi kebohongan publik tersebut. Jangkauannya jauh lebih luas dan ada nilai manfaat di situ. Memburai-buraikan aib seseorang atau masa lalu seseorang atau membikin malu seseorang adalah perbuatan yang kurang terpuji.
Mudah-mudahan bermanfaat.
Cheers.
Ah iya, doxing di media ini sering saya lihat di twitter, kala seseorang buat thread untuk menjatuhkan seseorang utk menggiring opini, keliatannya seperti fakta tapi harusnya dibuktikan lagi dgn foto2 dia bener atau tidak ya kan? :)
BalasHapusNice post thank you Kimberly
BalasHapus