Mungkin kalian perlu tahu beberapa tahapan pernikahan dalam Suku Ende. Dalam artikel 5 Steps to Marriage ini, sudah saya jelaskan tahapan-tahapannya. Lima tahapan menuju pernikahan itu adalah 👉 ta'aruf tapi ada juga yang memilih pacaran, temba zaza, nai ono, mendi belanja, tu ata nika atau jeju. Silahkan dibaca artikelnya untuk penjelasan yang lebih rinci. Tentang nai ono (maso minta, pinangan, tunangan, hari bae) sudah terjadi pada tanggal 23 Desember 2021.
Menariknya Pola Timbal Balik dalam pernikahan ini.
16 Juli 2022, setelah kesepakatan keluarga kami pada 23 Desember 2021, keluarga Abang Hamka yang saya panggil Buya itu, datang ke rumah untuk mendi belanja. Mendi berarti antar/mengantar, belanja berarti uang belanja. Dalam kegiatan ini dikenal dengan istilah drama kurir. Zaman dulu, drama kurir ini paling dinanti oleh tamu/undangan karena keseruannya. Mau tahu serunya drama kurir zaman dahulu? Mari disimak melalui ilustrasi Rubiyah dan Rojak berikut ini:
Pada hari yang telah disepakati, keluarga Rubiyah akan mengirim kurir (sebut saja Kurir Rubiyah) menuju rumah Rojak mengantar kertas berisi permintaan-permintaan di mana yang paling utama adalah uang belanjanya. Misalnya uang belanja yang diminta 100 Juta. Setelah rembug keluarga, Kurir Rojak datang ke rumah keluarga Rubiyah untuk membalas kesanggupan mereka (bisa menyetujui permintaan uang belanja itu, bisa juga mengurangi). Kalau dianggap pengurangan dari 100 Juta terlalu banyak, maka Kurir Rubiyah akan kembali ke rumah keluarga Rojak, dan seterusnya sampai terjadi kesepakatan.
Abang Nanu (batik hitam) dan Om Rada (baju biru), kurir keluarga saya. |
Zaman sekarang, rata-rata drama kurir betul-betul hanyalah drama. Karena biasanya untuk mempersingkat waktu, keluarga telah bersepakat tentang jumlah uang belanja ini, sehingga kurir tidak perlu lelah. Misalnya Kurir Rubiyah sekali datang membawa catatan permintaan, kemudian dibalas Kurir Rojak membawa catatan kesanggupan, langsung disetujui oleh keluarga Rubiyah karena sudah ada kesepakatan tadi.
Tapi jangan salah. Dalam mendi belanja yang dibawa tak hanya uang belanja, tapi juga ada uang RT/RW, uang Masjid (setempat si Rubiyah), uang pemuda, uang air susu ibu (kemarin keluarga saya tidak mau uang air susu ibu ini), uang isi kumba, uang isi ae nio. Selain uang-uang ada pula sapi, tempat tidur beserta kasur-bantal-seprei, lemari dan meja rias, baju pengantin, sarung tenun ikat khusus pengantin, pakaian dalam, perangkat mandi, perangkat make up, sepatu-sandal-tas, pisau lipat, sarung-sarung tenun ikat, baju-baju Ende, dan lain sebagainya! Banyak sekali.
Dalam adat Suku Lio, mendi belanja dalam Suku Ende ini dikenal dengan istilah belis.
Saya pribadi sangat berterima kasih pada Buya karena memenuhi semua permintaan saya. Bukan hanya permintaan mendi belanja, tapi permintaan saya agar pernikahan kami dilaksanakan sesuai tata cara yang baik seturut adat Suku Ende. Intinya saya diminta baik-baik melalui nai ono (tunangan) itu.
Terima kasih kakak-kakak yang selalu mendukung dan berdiri di depan saya. Ini sesuatu yang sangat luar biasa bagi saya. Juga keponakan-keponakan, keluarga, tetangga. Aduh, tidak tahu harus membalas dengan apa.
Dari mendi belanja ini, kami kemudian mempersiapkan acara pernikahan (akad nikah dan resepsi) yang dilaksanakan satu minggu kemudian. Maaf, saking banyaknya foto saya tidak bisa mengunggah semuanya di sini.
Ada kegiatan apa lagi setelah mendi belanja dan sebelum akad nikah? Tunggu, ya. Saya akan menulisnya satu per satu.
23 Juli 2022 | #LifeIsGood | #AtaNika
Cheers.