Salah satu sudut Lepa Lio Cafe. |
*Memulai tulisan ini sambil mendengarkan Lukas Graham, Love Someone.
Rabu, 2 Juni 2021 saya berkesempatan meliput kegiatan Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Flores (Uniflor) di Desa Detusoko Barat. Desa ini berada di bawah wilayah administratif Kecamatan Detusoko yang berjarak 33 (tiga puluh tiga) kilometer dari Kota Ende. Terlepas dari kegiatan kampus di Desa Detusoko Barat, dan tulisan lain yang pernah saya publis di blog travel, dinamika desa tersebut layak untuk ditulis (kembali). Apakah kalian setuju dengan saya? Kalau setuju ... cekidot!
Baca Juga: 5 Manfaat Kopi Selain Dijadikan Minuman Favorit
Di tangan Kepala Desa Detusoko Barat Ferdinandus Watu, S.Fil. atau karib disapa Nando, Desa Detusoko Barat semakin meruncingkan taringnya. Jika dulu saya mengenal Nando sebagai aktivis muda dengan segudang kegiatan bersama Remaja Mandiri Community (RMC) Detusoko dan Decotourism-nya, sekarang saya mengenalnya sebagai seorang kepala desa yang ramah dan visioner. Pendiri Lepa Lio Cafe ini sudah terlebih dahulu merintis perubahan di daerahnya. Nando, anak petani yang pernah mengenyam pendidikan di Amerika berkat beasiswa Fullbright, adalah pemimpin yang sudah lebih dulu memberikan bukti tanpa harus merecoki janji kepada masyarakat. Inilah pemimpin yang kita harapkan bersama bukan? Kalau pemimpin yang kebanyakan janji sampai lupa menepatinya sih ... bejibun. Oh ya, saya mengenal Nando sudah sangat lama, saat ia masih menjadi wartawan untuk media online Flores Bangkit.
Nando, pribadi yang ramah dan cerdas. |
Lantas, apa saja yang sudah dilakukan Nando untuk Desa Detusoko Barat? Mari dibahas satu per satu. Kita mulai dari ...
BUMDES AU WULA
Saya tidak tahu kapan tepatnya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Ae Wula didirikan. Yang jelas pada tahun 2020 nama BUMDes ini melejit lewat lapak online-nya. Silahkan akses Dapur Kita. Saya pernah berbelanja di situ, diantarkan langsung ke rumah paket yang sudah dipilih, pembayaran di tempat. COD. Haha. Kalau ingat kasus COD akhir-akhir ini jadi tertawa sendiri.
Noted. |
Silahkan berbelanja ... |
BUMDes Ae Wula menempati bangunan lama Lepa Lio Cafe, tepat di depan Kantor Desa Detusoko Barat. Iya, kafenya pindah lebih ke arat Timur. Masih sama, di kiri jalan.
BUMDes yang semakin maju ini sejalan dengan visi Desa Detusoko Barat yaitu mewujudkan masyarakat Desa Detusoko Barat yang berkarakter lokal, berdaya saing, mandiri berbasis pertanian terpadu dan eco-wisata dengan mengedepankan teknologi dan informasi menuju masyarakat adil dan sejahtera. Visi tersebut dijalankan dengan misi membangun infrastruktur ekonomi masyarakat dan menciptakan aneka produk dan jasa unggulan dari desa dengan berpijak pada pertanian dan pariwisata melalui BUMDES sebagai penggerak ekonomi warga. Tidak heran BUMDes Ae Wula mendapat penghargaan dari Presiden.
Salah satu produk yang dijual di BUMDes Ae Wula selain hasil bumi adalah gelang biji kopi. Gelang beraroma kopi yang abadi ini pernah diberikan Thika Pharmantara selepas syuting Laptop Si Unyil di Desa Detusoko Barat. Menjelang Idul Fitri kemarin saat beberes rumah gelangnya hilang. Akhirnya saya beli lagi haha.
Gelang biji kopi. Keren! |
Gelang ini kembali menjadi 'jimat' di tangan kanan saya.
Jadi jelas, memberdayakan masyarakat melalui BUMDes itu sangat baik. Masyarakat tidak perlu menjual sendiri ke pasar, tetapi cukup dipasarkan melalui BUMDes.
LEPA LIO CAFE
Saya pernah menulis tentang kafe yang satu ini. Tapi, saat itu Lepa Lio Cafe masih menempati bangunan lama yang kini menjadi markas BUMDes Ae Wula. Digeser lebih ke Timur, Lepa Lio Cafe terletak di pinggir jalan sekaligus di pinggir sawah (lebih tinggi dari area persawahannya). Semi panggung? Boleh dikatakan demikian. Kafe ini memang belum sebesar kafe dalam benak kalian, tetapi konsep dan pemandangan yang ditawarkan sungguh memikat terutama saat sedang menghijau!
Suatu saat jika sawah ini kembali menghijau, saya wajib kembali datang. Semoga. Hahaha. Biasanya hanya selesai di janji, soalnya pekerjaan juga kadang tidak bisa diajak kompromi. Lepa Lio Cafe, dari foto-foto yang beredar di media sosial, hampir selalu penuh/ramai. Kemarin saat ke tempat ini pun demikian. Karena kami sudah disuguhkan makan siang oleh Kepala Desa Detusoko Barat dan jajarannya, akhirnya saya hanya memesan jus pepaya. Bisa kalian bayangkan kalau duduk santai di sini, sambil membaca buku, menikmati kopi ... amboi. Surga.
DUKUNGAN LEMBAGA ADAT
Kalau visi dan misi Nando didukung oleh masyarakat, khususnya kaula muda, itu sudah biasa. Kita tahu kalau Nando berangkat dari kelompok muda. Pada kegiatan kemarin, dengan mata kepala sendiri saya melihat dukungan ketua adat/mosalaki yang menjadi pemimpin lembaga adat memberikan dukungan kepada kepala desa mereka. Ini luar biasa. Kadang saya melihat kaum muda yang lebih mengutamakan modernisasi dengan meninggalkan kearifan lokal yang sejatinya merupakan kekayaan yang hakiki. Hyess, jempol banyak-banyak!
MEMBUKA DIRI
Membuka diri itu penting. Dari sambutan Nando kemarin, saya tahu pasti bahwa Desa Detusoko Barat senantiasa membuka diri untuk menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Salah satunya Uniflor. Ada simbiosis mutualisme di sini. Di satu pihak Uniflor harus mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi, salah duanya penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Di pihak lain, desa membutuhkan akademisi untuk melakukan penelitian terkait potensi desa yang bisa dikembangkan menjadi lebih baik lagi. Bukti nyata hubungan seperti ini sudah saya saksikan di banyak lokasi, salah satunya di Desa Randotonda, Kecamatan Ende. Ubi Nuabosi yang dipanen menjadi lebih berisi, lebih banyak, dan meningkatkan pendapatan masyarakat hampir 100%! Win-win solution for everybody.
Sejuta pesona Desa Detusoko Barat rasanya tidak berlebihan. Pesona desa ini tidak saja bersumber dari keindahan alamnya tetapi juga dari budaya dan masyarakatnya. Berbagai inovasi terus dilakukan oleh kepala desanya demi mencerdaskan, memajukan, dan mensejahterahkan masyarkat. Nando tidak saja memimpin kaum muda seperti waktu dulu, tetapi juga memimpin masyarakat yang di dalamnya juga terhimpun orang tua hingga bocah.
Salut maksimal.
Mari, jalan-jalan ke Desa Detusoko Barat, di mana senyum ramah masyarakatnya akan membuatmu merasa seakan sedang berada di rumah.
Cheers.
Keren, makasih ceritanya kak Tuteh, yuk eksplore lingkungan kita, banyak cerita yg musti kita ceritakan :)
BalasHapus