Kurang Bijak Membanding-Bandingkan Antara Single dan Double. Saya percaya Tuhan mengirimkan manusia ke bumi untuk mengemban misinya masing-masing. Kerajaan Inggris selalu welcome dengan calon menantu perempuan atau menantu perempuan yang berasal dari keluarga bangsawan, dan berkulit putih. Lalu Meghan Markle pun datang. Saya pikir, dia memang ditugaskan Tuhan untuk mendobrak pintu besar bertulis 'menantu perempuan kami harus bangsawan dan berkulit putih'. Bahkan, Meghan Markle bersama-sama Pangeran Harry kemudian memutuskan untuk hidup mandiri. Keluar dari kehidupan British Royal Family. Banyak mulut ternganga; tempat lalat bertelur. Mahatma Gandhi ditugaskan Tuhan untuk menjadi pemimpin gerakan kemerdekaan India: pembangkangan sipil tanpa kekerasan. J. K. Rowling mengemban tugas menciptakan dunia sihir fiksi dengan tokoh sentral Harry Potter, menghibur dan memberi warna baru bagi para pembaca.
Baca Juga: Jangan Mengeluh: Hidup Memang Penuh Warna dan Cerita
Misi/tugas yang diembankan Tuhan pada umatNya berbeda-beda, termasuk dalam urusan status: single atau double. Orang-orang single gerah dengan pertanyaan cukup menegangkan ini: kapan menikah? Pertanyaan itu melewati satu pertanyaan awal: sudah punya calon isteri/suami? Pertanyaan kapan menikah ibarat emak bikin lumpia tanpa proses membikin kulit lumpia. Tahu-tahu sudah jadi. Dan pertanyaan itu merupakan serial killer terparah yang ada di muka bumi. Dimulai dengan kapan menikah, dilanjutkan dengan kapan punya momongan, kapan si kakak punya adik, anak-anak disekolahkan di mana, dan seterusnya. Yang tidak pernah ditanyakan adalah kapan bercerai dan kapan meninggal dunia. Haha.
Setiap manusia mengalami banyak peristiwa dan pengalaman hidup yang menjadi fondasi mereka terus single atau kemudian double. Percaya tidak percaya, banyak manusia di muka bumi ini yang diberi tugas oleh Tuhan untuk menaiki bahtera rumah tangga. Begitu mudah dipertemukan dengan seseorang, dengan mudah dicintai dan disayangi oleh seseorang, dan kalau beruntung kemudian menikah. Hidup bahagia selamanya seperti cerita dari negeri dongeng. Ada pula yang begitu mudah dipertemukan dengan seseorang, dengan mudah dicintai dan disayangi oleh seseorang, namun kemudian memilih untuk tidak melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan karena alasan-alasan tertentu. Alasan-alasan ini kadang menimbulkan trauma bagi manusia, lalu memilih untuk single forever. Tuhan juga memberi tugas untuk orang-orang yang tidak semudah itu menemukan seseorang: dicintai, mencintai, disayangi, menyayangi, bahkan hingga akhir hayatnya.
Kurang bijak memang jika kita membanding-bandingkan antara single dan double. Single bukan berarti tidak laku. Bisa saja dia adalah orang yang begitu mudah bertemu seseorang. Saking mudahnya, dia belajar dari pengalamannya itu. Pengalaman mengajarkannya untuk tetap single. Tapi, ada orang yang memang sadar bahwa tugasnya di bumi masih belum sampai pada urusan men-double-kan diri dengan orang lain. Seorang pengurus panti asuhan, yang begitu menyayangi anak-anak panti tersebut, tentu akan sangat berat menikah, jika setelah menikah dia harus meninggalkan panti asuhan. Secara moral dia tidak tega meninggalkan anak-anak panti diurus oleh orang lain yang belum tentu kapasitas sayangnya sama dengan dirinya. Betapa mulianya. Alasan yang tidak diketahui khalayak ini kemudian menjadikan si pengurus panti sebagai pusat hujatan. Dasar tidak tahu untung, sudah diajak menikah, malah ditolak. Come on, it's not fair.
Iya, tidak adil. Karena, tahukah orang-orang bahwa di luar sana banyak single yang berdoa meminta jodoh tetapi belum juga dikabulkan oleh Tuhan? Kembali pada Tuhan dan tugas-tugas yang diembankanNya pada setiap manusia, apakah kalian berani menyalahkan Tuhan karena seseorang terus single selama hidupnya? Atau, kalian lebih suka melihat single menerobos batas, menikah hanya karena memaksa dirinya bunting duluan? No, no, no. Jangan. Biarkan single menikmati kehidupannya, sama seperti single membiarkan kalian menikmati hidup kalian. Anyhoo, saya menulis 'bunting duluan' bukan hanya berkonotasi pada perempuan, tetapi juga pada laki-lakinya. Bunting tidak hanya terjadi begitu saja seperti lumpia tanpa proses membikin kulit lumpia kan.
Baca Juga: Sebuah Seni Untuk Melepaskan Sesuatu Yang Bukan Milik Kita
Maka, mari kita coba untuk berhenti membanding-bandingkan. Manusia yang memilih single itu sama-sama berdayanya dengan manusia yang kemudian menjadi double (couple). Masing-masing bertanggungjawab pada diri mereka, pada kehidupan mereka, dan mungkin pada orang-orang lain di sekitar mereka. Jangankan membandingkan single dan double, masih banyak orang yang membandingkan pasangan yang satu dengan pasangan yang lain. Pasangan A punya lima anak, pasangan B belum dikaruniai anak tapi memilih untuk memelihara banyak hewan peliharaan seperti kucing atau anjing. Masiiiih juga mereka dibanding-bandingkan. Hahaha. Kan kasihan, itu mulut atau comberan.
I'm single and very happy ~ Oppie Andaresta.
Saya tidak berharap para single bersorak-sorai merayakan tulisan ini. Karena, para single pun kurang bijak jika membanding-bandingkan dirinya dengan orang-orang yang memilih menjadi double (couple). Hidup itu seimbang.
#LifeBeginAtForty
Cheers.