Suatu malam di Alfamart, Jalan El Tari, Ende. |
Kehadiran Alfamart Merupakan Pecut Bagi Pedagang di Kota Ende. Suatu hari, setelah tahun 2000 dan saya tidak tahu pasti tanggal/tahun tepatnya, Kota Ende menerima kehadiran sebuah tempat belanja moderen bernama HERO Swalayan. Bukan, ini bukan HERO Supermarket dengan logo kepala prajurit itu. HERO Swalayan berlogo keranjang belanja dengan jargon: tempat belanja HEmat, Ramah, dan Oke. Iya, kalian tahu dari mana kata HERO itu berasal. HERO Swalayan menyediakan hampir semua kebutuhan sehari-hari umat manusia. Sembilan bahan pokok pasti ada, aneka mi instan berjejer, bumbu dapur instan pun komplit tinggal pilih, aneka peralatan dapur juga tersedia, termasuk alat tulis dan sejenisnya. Kalau disuruh menulis sepuluh barang yang disediakan HERO Swalayan, saya bakal menulis: tisu, pampers, sikat gigi, sabun cair, kurma, silverqueen, handuk, pisau, sapu, dan sirup. Pelataran parkir HERO Swalayan selalu penuh sesak. Saya termasuk salah seorang pelanggan HERO Swalayan dengan kartu member yang dipakai setiap kali berbelanja (menambah poin). Minimal satu kali dalam sebulan saya berbelanja kebutuhan rumah tangga di HERO Swalayan. Saya pernah beberapa kali menukar poin belanja dari kartu member sejumlah Rp 100.000. Lumayan.
Baca Juga: Beli Gitar Itu Kayak Cari Calon Suami Harus Yang Nyaman
Kehadiran HERO Swalayan memicu daya saing antara pedagang yang sebelumnya memang sudah tercipta. Toko-toko sembako yang terletak di Jalan Pasar, misalnya, pasti kehilangan satu dua pelanggan. No doubt. Saya rasa kios-kios kecil di kompleks perumahan pun demikian. Tetangga yang biasanya membeli satu sachet Kopi Flores di kios depan rumah, mendadak membeli satu renteng Kopi Flores di HERO Swalayan. Ough, nanti kalau ngutang kopi pasti balik ke kios depan rumah. Bagi saya berbelanja di HERO Swalayan bukan karena murahnya atau karena gaya-gayaan, melainkan karena nyaman dan praktis. Sekalian ngadem hemat. Soal harga, toko-toko sembako di Jalan Pasar tentu jauh lebih murah sekian ratus Rupiah bahkan sampai seribu Rupiah.
Persaingan pun menjadi lebih ketat dengan dibukanya dua mini market yaitu Star Mart di Jalan GatotSoebroto dan Shine Mart di Jalan Diponegoro. Bagi siapa pun yang enggan mengantri di kasir HERO Swalayan, mereka berpindah ke dua mini market tersebut. Salah satunya saya. Tapi kalau urusan belanja bulanan (lengkap), saya tetap memilih HERO Swalayan.
Setelah tahun 2010, sesuatu terjadi. ROXY Swalayan pun dibuka. Jangan tanya saya kapan tanggal/tahun tepatnya. Pokoknya setelah tahun 2010. Lokasinya di Jalan Ahmad Yani, cukup dekat dengan lokasi Pohon Tua (rumah saya). Tahun 2010 saat masih bekerja di Kota Maumere, Kabupaten Sikka, saya sudah sering pula berbelanja di ROXY Swalayan Maumere. Ketika dibuka di Kota Ende, saya melihat bangunannya rata-rata sama besar dan varian barangnya pun bersaing dengan HERO Swalayan. Kebetulan pula Thika Pharmantara sudah pindah ke Pohon Tua sehingga urusan berbelanja saya serahkan padanya. Dan ya, dia lebih suka berbelanja di ROXY Swalayan dengan alasan: barang lebih lengkap. Oh, saya protes padanya karena menurut saya HERO Swalayan juga cukup lengkap. Tetapi ketika Thika membalas dengan alasan: lebih dekat. Saya hanya bisa diam. Terutama Thika juga membikin kartu member ROXY Swalayan.
Setelah beberapa tahun ROXY Swalayan dibuka, sebuah pusat perbelanjaan baru pun dibuka. Namanya Sinar Mas Toserba. Ya, masih dengan gaya swalayan. Beralamat di Jalan Gatot Soebroto, Sinar Mas Toserba berkonsep dua lantai, tanpa ekskalator. Hahaha. Ngapain juga ekskalator kalau cuma dua lantai. Padahal menurut saya pribadi, kalau ada ekskalator, tamat lah pusat perbelanjaan swalayan lain di Kota Ende. Ha ha ha. Sampai di sini saya memikirkan nasib HERO Swalayan, swalayan pertama di Kota Ende, yang tentunya lebih sepi dari masa kejayaannya. Bayangkan saja, dari arah Barat dia dikepung ROXY Swalayan, dari arah Timur dia dikepung Sinar Mas Toserba. Belum lagi StarMart yang masih berdiri kokoh sampai sekarang. Shine Mart sudah berganti menjadi Jessie Bakery. Benar saja. Dalam beberapa kali kesempatan, terutama menjelang hari raya, saya melintas di depan HERO Swalayan, parkirannya tidak sepadat ROXY Swalayan dan Sinar Mas Toserba. Bahkan pernah ... hanya dua sepeda motor diparkir di situ.
Tahun 2020 menjadi tahun yang paling menyakitkan untuk kita semua. Dunia perdagangan pun demikian. Diisukan Alfamart telah siap dibuka di Kota Ende. Tidak tanggung-tanggung, tiga lokasi sekaligus! Oh wow. Akhir tahun 2020, beberapa hari menjelang Hari Raya Natal, Alfamart pertama dibuka. Lokasinya di Jalan El Tari. HERO Swalayan dikepung dari arah ... Utara. Saat ini Aflamart di Jalan Ahmad Yani, dengan bangunan yang lebih besar, sudah siap dibuka pula karena saat melintas di situ saya melihat barang-barang sudah mulai dipajang di rak-rak pajangan. Saya mendengar banyak sekali pendapat. Ada yang bilang Alfamart bakal mematikan perekonomian para pedagang kecil, seperti kios-kios di kompleks perumahan. Ada yang suka Alfamart dibuka di Kota Ende, agar kota ini lebih terlihat kekinian, dan lain sebagainya.
Bagi saya, kehadiran Alfamart merupakan pecut bagi pedagang, juga pebisnis, di Kota Ende. Serius.
Berkaca dari HERO Swalayan yang sampai saat ini masih berdiri kokoh meskipun dikepung dari tiga penjuru mata angin. Kalau berkaca dari HERO Swalayan terlalu tinggi, cobalah berkaca pada para pedagang papa lele di Pasar Mbongawani, Pasar Potulando, maupun Pasar Wolowona. Mama-mama pedagang cabe/lombok berjejer, tapi mereka tetap riang gembira saling mengobrol satu sama lain sambil menunggu pembeli. Ini hari saya pulang cepat ko. Kenapa? Saya punya anak lolos PNS nih, NIP sudah keluar, saya mau pergi belanja baju Korpri, kain keki, kemeja putih. Oiiih, selamat e! Sama halnya juga kios-kios dalam kompleks perumahan. Selama dunia perhutangan masih sah di Indonesia, selama itu pula kios-kios ini akan tetap berdiri gagah. Sebutir telur masih bisa dihutang di kios depan rumah loh. Bagaimana dengan toko-toko sembako di Jalan Pasar? Toko-toko itu merupakan toko dengan penjualan dalam hitungan partai besar maupun eceran. Mereka tidak akan pernah mati ... sampai kapan pun. Selama ... selama dunia perhutangan masih sah di Indonesia.
Kehadiran Alfamart harus menjadi pecut pagi pedagang/pebisnis lain/serupa. Misalnya HERO Swalayan; menurut saya pengelolanya harus lebih waspada akan stok barang yang dipajang di rak-rak pajangan. Suatu kali saya bertanya pada ponakan tentang bisnis bakery-nya. Di mana biasanya dia membeli bahan? Dia mengaku: biasa di ROXY atau Sinar Mas sih, Ncim. Itu yang saya herankan, karena antara dua swalayan itu, masih ada HERO. Kenapa tidak di HERO Swalayan? Dia membalas: beberapa bahan tidak tersedia di situ, Ncim, jadinya malas kalau harus bolak-balik ke toko lain. Jadi sekalian belanjanya di ROXY, atau di Sinar Mas. Komplit. Mungkin itu poinnya. Ketersediaan barang yang tidak lengkap. Menitik alasan utama saya dulu berbelanja bulanan di HERO Swalayan adalah karena nyaman dan praktis (karena semua kebutuhan tersedia di satu tempat belanja). Zaman sekarang orang-orang memang lebih suka sesuatu yang praktis. Berbelanja bahan cake, misalnya, tidak lucu kalau Blueband dibeli di HERO Swalayan sementara cokelat batangan Alfa terpaksa dibeli di ROXY Swalayan. Kalau ternyata Alfamart kemudian lebih lengkap menyediakan semua bahan cake, maka pilihan bisa jadi jatuh ke Alfamart.
Tapi sejauh ini saya melihat Alfamart, yang di Jalan El Tari, masih menyediakan barang-barang kebutuhan sehari-hari yang umum saja. Urusan bahan cake, entahlah. Sehingga, kalau saya mau mengambil kesimpulan dari tulisan hari ini, kehadiran Alfamart bukan menjadi ancaman bagi pedagang maupun pebisnis lain di Kota Ende.
Yang pertama: kebutuhan setiap orang itu berbeda-beda. Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat tentu tahu bahwa tidak semua kebutuhan hidupnya tersedia di Alfamart. Hutangan sebungkus gula, misalnya, tidak mungkin tersedia di Alfamart selain kios-kios kompleks perumahan. Ikan segar, misalnya, hanya tersedia di pasar tradisional dan pinggir jalan wilayah Ndao. Terakhir ke Alfamart di Jalan El Tari, toh saya tidak menemukan pampers khusus orangtua (untuk Mamatua) di sana. Jadi, balik lagi ke ROXY Swalayan. Hehe. Entah dengan Alfamart di lokasi lain. Nanti deh saya coba ke sana dan mencari kebutuhan khusus Mamatua. Melalui kebutuhan yang berbeda-beda ini, setiap pedagang/pebisnis harus mulai berbenah.
Yang kedua: tingkat kenyamanan setiap orang itu berbeda-beda. Ada orang yang nyaman banget berbelanja di swalayan karena super sejuk, tinggal dorong kereta, mengambil barang, dan membayar di kasir. Tetapi ada orang yang lebih nyaman berbelanja di toko sembako, bersesakan dengan orang lain, menatap wajah Koko yang jarinya sibuk memencet tombol kalkulator, dengan keringat menetes di kening. Terlihat seksi, huh? Ada kenyamanan ketika harga yang keluar dari bibir Koko jauh lebih murah dari harga yang tercantum pada barcode barang di swalayan. Saya mengalaminya. Tepung Kompas itu ternyata jauh lebih murah di toko sembako ketimbang di swalayan.
Yang ketiga: jalinan atau hubungan emosional itu juga berbeda-beda, misalnya hubungan emosional antara tetangga dengan pemilik kios dalam kompleks dan hubungan emosional antara pemilik kios dengan pemilik toko sembako di Jalan Pasar. Hanya dengan melihat tatapan mata kita yang kosong, pemilik kios tahu bahwa kita bakal ngutang sekotak teh Sari Wangi. Apalagi jika sebelumnya sudah dimulai dengan keluhan tentang biaya sekolah yang tinggi atau sepeda motor rusak sehingga uang simpanan terpaksa dibobol demi memperbaiki sepeda motor. Meskipun sering mengalami terlambat bayar oleh tetangganya, pemiliki kios di kompleks jauh lebih sabar menghadapi cobaan ini. Hahaha. Hubungan emosional itu mengalahkan segalanya.
Yang keempat: jaringan. Ya, jaringan pertemanan, jaringan komunitas, itu bisa menjadi sesuatu yang mempertahankan sesuatu pula. Oe, kau ni su tir pernah belanja di saya punya toko e! Aeeee tidak e, Ci, saya kemarin masih di luar kota jadi belum belanja untuk isi kios lagi. Kalian tentu tidak tahu bukan kalau pemilik toko sembako di Jalan Pasar bisa jadi dulunya teman kelas pemilik kios di kompleks perumahan.
⇼
Ngalor-ngidul menulis tentang dunia swalayan ini ... apa kesimpulannya, Teh?
Baca Juga: Sebenarnya Istilah New Normal Bukan Sesuatu Yang New
Kesimpulannya: welcome, Alfamart. Saya menyambut dengan sangat baik kehadiran Alfamart di Kota Ende, sama seperti saya menyambut baik kehadiran swalayan pertama: HERO Swalayan. Jika kita ingin bergerak maju, harus ada pesaing. Jika tidak, kita tidak bergerak maju melainkan jalan di tempat. Pecut adalah motivasi untuk melakukan inovasi agar dagangan kita juga laku, agar tempat belanja kita juga dikunjungi lebih banyak orang, agar roda perekonomian berputar tanpa macet. Jika ibu-ibu pedagang makanan online berlomba-lomba berinovasi menjual dagangannya di Facebook, masa iya kita 'kalah' hanya dengan hadirnya tiga Alfamart di Kota Ende? Harus tetap semangat dan optimis! Soal rejeki, pemilik semesta sudah mengaturnya. Tidak akan tertukar.
Cheers.