Bagi Kami Tanaman Itu Ibarat Anak, Janganlah Kalian Curi. Tanaman? Tanaman yang dicuri saja dibahas, Teh? Iya, saya merasa penting menulis ini karena ternyata di dunia ini ada banyak orang-orang malas yang tega mencuri tanaman milik orang lain. Tanaman itu bisa sayuran, buah-buahan, bisa pula bunga. Dan, kebanyakan bunga. Hahaha. Bukan sekali dua saya membaca status Facebook teman-teman yang mengeluh bunga-bunga mereka dicuri tanpa perasaan. Namanya juga pencuri, mana punya perasaan dianya. Bahkan pernah dalam sehari ada tiga status Facebook lewat di beranda dengan isi serupa. Bunga mereka dicuri! Amboiiii. Saya tahu rasanya ketika bunga dicuri. Betul. Saya pernah mengalaminya. Padahal apa sih bunga yang dicuri itu bukan sejenis Aglonema yang harganya ratusan ribu bahkan jutaan, hanya kaktus biasa. Tapi biar bagaimanapun perasaan saya hancur berkeping-keping.
Apa sebab orang-orang begitu sewotnya ketika tanaman mereka, sayur mereka, bunga mereka, dicuri? Kalian ingin tahu? Sini saya kasih tahu.
1. Uang
Kok uang? Lha iya. Kita sedang berbicara tentang dunia fana yang mana untuk memperoleh sesuatu yang dijual oleh orang lain, dilakukan dengan cara membeli. Membeli, menurut hemat saya, pasti pakai uang. Lain ceritanya kalau kalian berada di pasar dengan sistem barter. Memangnya apa saja sih yang dibeli oleh orang-orang yang menggemari tanaman (sayuran, buah-buahan, bebungaan) ini?
a. Bibit/Anakan Tanaman
Bibit dalam kemasan plastik-klip atau dikenal dengan plastik obat dipatok Rp 2.000 sampai Rp 5.000 per bungkus. Tapi bibit, khususnya bibit sayuran yang kemasan pabrik, dipatok antara Rp 20.000 sampai Rp 30.000 per bungkus. Sedangkan anakan tanaman bervariasi. Anakan daun kemangi dipatok Rp 5.000 per pollybag. Anakan mangga dipatok Rp 30.000 per pollybag. Bagaimana dengan Aglonema? Nah, silahkan kalian cari harganya karena ... wuih ... mahal.
b. Bokasi
Bokasi adalah pupuk yang dibuat dari kotoran hewan, sekam, dedak, dan lain sebagainya. Setelah proses fermentasi, bokasi dikemas dan dijual. Saya membeli bokasi seharga Rp 15.000 per ... nah saya lupa ini berapa beratnya. Haha. Ukuran karung setengah buat beras itu lah pokoknya. Bokasi saya manfaatkan sebagai penyeimbang tanah. Karena tidak semua tanah bersifat sama (bagus) maka ada tanah yang harus saya campur bokasi sebelum diletakkan di dalam pollybag atau pot.
c. Pupuk/Booster
Memangnya kamu juga memakai pupuk, Teh? Iya dong. Hehe. Ada pupuk yang saya beli di Toko Sabatani atau Toko Mitra Tani, namanya Pocnasa, botol paling besar seharga Rp 45.000. Kadang-kadang saya diberi booster buatan sendiri sama Cahyadi. Bagi saya pribadi, pupuk ini penting, karena semua tanaman tidak langsung ditanam di tanah. Maklum, beranda belakang Pohon Tua itu 95% sudah disemen. Nah, tanah di dalam pollybag tentu akan mengalami masa jenuh. Oleh karena itu, pupuk sangat penting untuk semua tanaman saya.
d. Wadah (Pollybag/Pot)
Untuk tanaman sayuran saya memakai pollybag, untuk bebungaan saya memakai pot. Pollybag semua ukuran dipatok Rp 30.000 per kilogram. Sedangkan pot harganya tergantung ukuran, jenis, dan warna. Paling murah Rp 2.500 per pot dan paling mahal yang pernah saya beli itu Rp 30.000 per pot.
e. Peralatan
Ada peralatan juga? Iya. Ada. Karena tidak menemukan sekop kecil untuk berkebun mini, saya membeli sendok semen. Atas sarannya Cahyadi sih. Hahaha. Selain itu saya juga membeli alat penyemprot tanaman hingga pisau khusus kebun mini. Saya lupa harganya, soalnya yang membeli si Thika dan Melly.
Bertolak dari pengalaman pribadi, saya memang harus menghemat pengeluaran yang tidak perlu such as jajan demi bisa membeli bibit sayuran, bokasi, pupuk, peralatan, pollybag, hingga pot cantik! Untungnya sekam saya peroleh melalui jalur gratisan. Hehe. Jadi kalau ada yang bilang berkebun itu hobi yang murah dibandingkan hobi fotografi. Itu keliru. Karena hobi yang satu ini juga membutuhkan uang yang tidak sedikit. Lima poin di atas belum saya tambahkan dengan rak tanaman (rak kayu maupun rak besi).
2. Waktu
Menjalankan semua hobi pasti membutuhkan waktu; lebih tepatnya meluangkan waktu. Mempunyai tanaman membikin kita digelayuti rasa tanggung jawab yang besar akan kehidupan makhluk hidup lainnya. Setiap pagi dan sore ada Mama Sia, Melly, atau Yoan, yang membantu saya menyiapkan airnya. Setiap pagi dan sore sudah ada jadwal khusus untuk menyiram semua tanaman. Kalau sore hari tidak sempat, maka malam hari saya pasti berada di beranda belakang untuk menuntaskan tanggung jawab harian ini. Sampai-sampai saya bilang: lebih baik saya tidak mandi ketimbang tanaman tidak disiram. Ha ha ha. Maklum, semakin banyak tanaman, kebutuhan air juga semakin meningkat!
3. Tenaga
Pastilah. Tanpa tenaga, mana bisa melakukan itu semua? Ada lelah. Tapi lelah terbayarkan ketika melihat tanaman tomat dan terung berbuah, bisa memanen sawi dan kangung hampir setiap minggu, melihat bunga mawar mekar dengan indahnya, setiap pagi melihat bunga pukul sembilan warna-warni bermekaran. Inilah surga. Ada perasaan yang dag-dig-dug setiap harinya. Dag-dig-dug menunggu bibit atau anakan tumbuh, dag-dig-dug menunggu dia berbunga, dag-dig-dug menunggu dia berbuah, dag-dig-dug menunggu waktu panen.
Oleh karena itu, bagi kami tanaman itu ibarat anak, janganlah kalian curi.
Kami mengandungnya, kami melahirkannya, kami merawatnya, membesarkannya. Kalau kalian curi, hancurlah perasaan kami. Sewot? Sudah pasti! Mamak mana yang tidak sewot ketika anaknya dicuri?
Menulis ini karena saya turut merasakan betapa hancurnya perasaan ketika satu pot bunga dicuri oleh ... oleh pencuri. Bagaimana perasaan Mami Lina Doke ketika belasan Aglonema-nya dicuri dalam semalam? Sulit melupakannya. Mungkin si pencuri harus diajarkan untuk memulai menanam tanaman apa pun, agar dia tahu rasanya ketika apa yang ditanamnya dicuri orang. Ibarat kita mengikuti suatu kompetisi tetapi yang menang adalah orang yang tidak mengikuti kompetisi tersebut.
Bagaimana dengan kalian, kawan?
Cheers.