5 Buku Self Improvement yang Wajib Kalian Baca. Membaca buku merupakan kegiatan yang masih saya lakukan di sela-sela aktivitas lainnya seperti bekerja di kantor, nge-blog, membikin konten Youtube, berkomunitas, melancong, dan lain sebagainya. Buku, I mean the real book not e-book, masih dan akan terus menjadi bagian hidup saya. Memburu buku memang sudah saya hentikan; terakhir memburu buku Harry Potter and Deathly Hallows di Jakarta, bahkan buku itu belum diletakkan di rak Gramedia Salemba, haha. Tapi membeli buku masih terus saya lakukan. Kalian tahu bedanya kan. Memburu, artinya saya bisa berupaya sekeras mungkin untuk mendapatkan buku-buku baru dari penulis favorit. Membeli, artinya saya membeli buku yang menurut saya perlu dibeli. Dan akhir-akhir ini saya lebih sering membeli buku bertema self improvement.
Baca Juga: 5 Ranah Hukum di Indonesia yang Wajib Kalian Tahu
Apa sih self improvement itu?
Secara harafiah self improvement berarti perbaikan diri dan/atau memperbaiki diri. Lebih dalam, self improvement adalah tentang bagaimana kita mengenali diri sendiri baik kebiasaan baik, kebiasaan buruk, maupun potensi tersembunyi; untuk diperbaiki, dikelola, dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya demi peningkatan kualitas hidup. Self improvement berkaitan dengan personal development. Personal development atau pengembangan pribadi mencakup kegiatan yang meningkatkan kesadaran dan identitas, mengembangkan bakat dan potensi, membangun sumber daya manusia dan memfasilitasi kemampuan kerja, meningkatkan kualitas hidup dan berkontribusi pada perwujudan impian dan aspirasi.
Dalam salah satu video SCURD, Raditya Dika mengatakan bahwa dirinya kini menerapkan pola hidup minimalis. Teringat salah satu buku yang pernah saya baca berjudul Seni Hidup Minimalis. Buku itu mengajarkan pembacanya untuk lebih cerdas memilih dan memilah serta harus bisa tega membuang semua 'sampah' dari hidupnya. Apalah kita ini, yang bahkan punya lebih dari sepuluh tas, lebih dari sepuluh sepatu, lebih dari sepuluh botol parfum, dan merasa masih kurang? Byuuuuh! Mungkin itu memang sifat dasar manusia. Selalu merasa kurang. Telepon genggam saja harus dua. Haha.
Membaca buku-buku bertema self improvement memang memberi pengaruh yang cukup besar bagi hidup saya. Entah dengan kalian. Dan kali ini saya akan merekomendasikan lima buku self improvement. Wajib kalian baca! Tapi kalau kalian tidak suka membacanya ... tidak apa-apa. Tergantung kesenangan dan kebiasaan saja.
Yuk tengok lima buku itu.
1. Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat
Buku ini ditulis oleh Mark Manson. Seorang blogger. Dia mengingatkan kita pada Raditya Dika, pada Kerani dari ChaosAtWork (My Stupid Boss), pada Trinity. Tulisan-tulisannya di blog didominasi dengan aneka tips dan/atau motivasi menarik tentang menjalani hidup, tanpa terkesan menggurui, dan menulisnya dari sudut pandang berbeda. Salah satu hal menarik dari buku ini adalah penjelasan tentang tetap positif. Bukankah kita sering sekali memotivasi diri sendiri untuk tetap positif? Mark Manson menulis bahwa pengingkaran terhadap emosi negatif menuntut kita untuk mengalami emosi negatif yang lebih dalam dan berkepanjang, serta disfungsi emosional. Terus menerus bersikap positif justru merupakan salah satu bentuk pengelakan terhadap masalah, dan bukan cara yang tepat untuk menyelesaikannya. Contoh yang dilampirkan Mark Manson adalah bahwa ketika kita marah pada seseorang, itu alami karena kemarahan adalah bagian dari kehidupan. Tapi ketika kita memilih untuk tidak memukul seseorang karena marah itu adalah pilihan tepat karena marah adalah alami dan memukul adalah perkara lain yang menimbulkan perkara yang lebih besar.
Hasrat untuk mengejar semakin banyak pengalaman positif sesungguhnya adalah sebuah pengalaman negatif. Sebaliknya, secara paradoksal, penerimaan seseorang terhadap pengalaman negatif justru merupakan sebuah pengalaman positif (Mark Manson, 2018:10).
Cobalah baca buku ini. Dan saya yakin kalian pasti suka.
Seni #2: Untuk bisa mengatakan "bodo amat" pada kesulitan, pertama-tama Anda harus peduli terhadap sesuatu yang jauh lebih penting dari kesulitan (Mark Manson, 2018:19).
2. Mendaki Tangga yang Salah
Buku ini ditulis oleh Eric Barker dan diterbitkan oleh P.T. Gramedia Pustama Utama pada tahun 2019. Sebanyak 360 halaman mengajarkan pembacanya tentang banyak hal untuk lebih mengenali diri sendiri. Istilahnya: mau jadi apa kita kelak? Kenali diri sendiri! Dan, ah ya, saya tidak bisa untuk melewatkan yang satu ini: buku Mendaki Tangga Yang Salah diberikan oleh Ibu Rosalin Togo atau lebih dikenal dengan panggilan Mami Ocha yang saat ini sedang menempuh pendidikan S2 di Kota Surabaya. Terima kasih, Mami ... Pahlawan Intelektual saya! Hehe.
Eric Barker tidak berusaha menggurui. Dia lebih condong pada memberikan contoh perilaku, kesuksesan orang-orang besar dunia, hingga beragam teori, serta penelitian dan hasil penelitian para profesor dan/atau para pakar. Garis besar, benang merah, Mendaki Tangga Yang Salah adalah kenali diri sendiri. Kalau kita tidak sependapat, biarkanlah ketidaksependapatan itu menjadi nilai demokrasi dalam me-review buku. Haha. Apabila manusia mengenali diri sendiri maka dia akan tahu tangga mana yang harus dinaiki. Bukan begitu poinnya? Bayangkan saja jika kita tahu, tidak pandai, atau tidak berbakat membikin sketsa tetapi terus-terusan memaksakan diri hingga akhir hayat. Apa yang kita capai? Nothing.
Bab 1 Mendaki Tangga Yang Salah memoroskan kalimat judul Jika Ingin Sukses, Haruskah Kita Bermain Aman dan Melakukan Apa Yang Diperintahkan Kepada Kita?
3. Mission Ini Possible
Misbahul Huda adalah penulis buku ini. Buku Mission Ini Possible dengan pengantar dari Dahlan Iskan ini sangat menarik di setiap lembarnya. Isinya merupakan pengalaman membangun dari si penulis; motivasi yang luar biasa. Saya mencintai buku-buku Ajahn Brahm tapi saya juga mencintai buku yang ditulis oleh Misbahul Huda ini. Bahkan pada halaman awal saya sudah terpesona:
Jika anda tidak berubah, anda akan punah. Kalimat yang sama pernah saya dengarkan saat sosialisasi oleh Telkomsel di Fakultas Ekonomi - Universitas Flores. Betul juga. Apalah kita ini jika terlalu idealis dengan dunia yang dulu. Menerima perubahan dan memanfaatkannya untuk hal-hal yang positif jauh lebih baik ketimbang membuang enerji untuk menolak perubahan yang terjadi. Setidaknya tidak perlu menolak, duduk diam-diam dan tenang-tenang saja lah ... menanti menjadi punah. Hehehe.
Ingat:
Satu-satunya bagian dari kita yang tak berubah adalah menjadi.
Buku ini sangat saya rekomendasikan kepada kalian semua. Isinya bagus. Ditulis dengan bahasa yang sangat mudah dipahami dan kadang-kadang menggunakan istilah-istilah bahasa Jawa. Kutipan-kutipan kalimat bijak yang diselipkan, selain sesuai dengan sub buku, juga sangat memotivasi pembacanya. Kadang, ketika ada orang yang tidak mau berubah, hanya dengan membaca sebuah buku niscaya dia akan berubah. Percayalah. Pendorong itu bukan hanya orangtua, pacar, suami/isteri, sahabat, tapi juga sebuah buku.
Buku ini sangat saya rekomendasikan kepada kalian semua. Isinya bagus. Ditulis dengan bahasa yang sangat mudah dipahami dan kadang-kadang menggunakan istilah-istilah bahasa Jawa. Kutipan-kutipan kalimat bijak yang diselipkan, selain sesuai dengan sub buku, juga sangat memotivasi pembacanya. Kadang, ketika ada orang yang tidak mau berubah, hanya dengan membaca sebuah buku niscaya dia akan berubah. Percayalah. Pendorong itu bukan hanya orangtua, pacar, suami/isteri, sahabat, tapi juga sebuah buku.
4. The Secret of Ikigai
Buku ini sudah saya baca tapi belum pernah menulis review-nya di blog ini. Buku dengan tagline: Rahasia Menemukan Kebahagiaan dan Umur Panjang Ala Orang Jepang ditulis boleh Irukawa Elisa. Setiap bab buku ini mengajarkan hal-hal yang familiar karena memang itu yang kita jalani sehari-hari. Salah satunya adalah menghindari prasangka. Kawan, susah sekali ... karena prasangka itu bagian dari hidup kita setiap harinya. Haha.
Tidak mudah menghindari prasangka dalam kehidupan bersosial. Sebagai manusia dalam keseharian, hampir setiap hari kita membangun prasangka tanpa kita sadari. Mulai dari prasangka positif maupun negatif. Prasangka ini pulalah yang menimbulkan penilaian like-dislike terhadap orang lain. Satu orang dengan orang yang lain pun akan memiliki penilaian yang berbeda, tergantung dari emosi (suasana hati) orang tersebut pada waktu itu. (Irukawa Elisa, 2019:47).
Tidak mudah menghindari prasangka dalam kehidupan bersosial. Sebagai manusia dalam keseharian, hampir setiap hari kita membangun prasangka tanpa kita sadari. Mulai dari prasangka positif maupun negatif. Prasangka ini pulalah yang menimbulkan penilaian like-dislike terhadap orang lain. Satu orang dengan orang yang lain pun akan memiliki penilaian yang berbeda, tergantung dari emosi (suasana hati) orang tersebut pada waktu itu. (Irukawa Elisa, 2019:47).
Seperti yang tertulis pada sampul belakangnya: Buku ini adalah buku yang tepat untuk Anda baca. Di sinilah Anda akan mengetahui ilmu Ikigai. Ikigai akan membantu Anda akan menemukan tujuan hidup Anda dan kebahagiaan hidup Anda. Ikigai mengajarkan cara hidup lebih mandiri, bermanfaat untuk diri sendiri dan juga untuk lingkungan. Inilah Ikigai, rahasia hidup bahagia, panjang umur dan penuh makna.
5. Berjalan di Atas Cahaya
Di luar dari perilaku atau omongannya yang disiarkan di berita, saya menyukai cara menulis Hanum Salsabiela Rais dalam buku Berjalan di Atas Cahaya; Kisah 99 Cahaya di Langit Eropa. Berjalan di Atas Cahaya merupakan buku catatan perjalanan Hanum Salsabiela Rais bersama tim ketika sedang bekerja alias melakukan peliputan untuk program Ramadhan sebuah stasiun teve swasta Indonesia. Lokasi liputannya adalah Eropa, sasaran liputannya adalah kaum Muslim yang hidup di benua itu beserta segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan berhijab (yang pasti mereka tahu hijab = Muslim). Kaum Muslimnya pun bukan semata-mata yang lahir dan besar di Eropa melainkan juga Orang Indonesia! Seperti Bunda Ikoy … misalnya. Hmm. Nampaknya stigma Muslim = teroris masih saja menghantui mereka meskipun teknologi yang mereka gunakan milyaran persen di atas teknologi manusia gua.
Berjalan di Atas Cahaya melibatkan dua kontributor lain yaitu Tutie Amaliah dan Wardatul Ula meskipun Hanum masih mendominasi dengan kisah-kisah ajaibnya. Saya jamin kalian akan sangat kaya pengetahuan setelah membaca Berjalan di Atas Cahaya. Salah satu yang paling saya gemari adalah Fenomena Gajah Terbang. Bagaimana kita, manusia yang berdosa ini, paling sering terkena sindrom fenomena gajah terbang. Meskipun kita tahu tidak ada gajah yang bisa terbang tapi begitu dengar kalimat, “lihat, gajah terbang!” pasti kepala langsung mendongak ke langit. Hehe. Artinya, janganlah langsung berpendapat pada sesuatu berdasarkan pendapat orang lain. Ah, keren sekali deh.
Kisah lain yang juga tak kalah seru adalah tentang Nur Dann. Si cantik ini berdakwah dengan cara nge-rap! Yoo-hoo. Karena Hanum juga melampirkan foto si Nur Dann, saya ternganga. Amboy, cantik sekali lah dia. Kisah lainnya adalah tentang Bunda Ikoy; Orang Indonesia yang sukses bekerja di perusahaan jam kelas dunia. Ya, mereka berjuang untuk bekerja dan hidup baik di tanah sekuler tersebut tanpa harus melepaskan hijab sebagai jati diri ke-Islam-annya. Taruhannya adalah iman. Sanggupkah kita menjaga iman ini tetap seperti yang kita inginkan?
⧭
Lima buku di atas betul-betul membikin otak saya seakan dibelah, pecah, membuka, untuk menampung lebih banyak hal-hal positif. Apakah dengan membaca buku-buku itu membawa perubahan dalam hidup saya? Ya, tentu. Lebih pandai memilah dan memilih, itu salah satunya. Tapi bukan berarti saya terbebas dari segala hal manusiawi lainnya. Tidak dooong. Namanya juga manusia, kesalahan masih tetap terjadi/ada. Kalau hanya karena membaca buku-buku self improvement saya kemudian tidak melakukan satu pun kesalahan, itu luar biasa hahaha. Tapi yang jelas, ada perubahan baik dalam hidup saya.
Semoga kalian juga punya kesempatan membaca buku-buku di atas. Amin. Tidak harus sekarang. Kapan saja kalian punya waktu/kesempatan. Karena, membaca tidak akan pernah membikin kita merugi.
Semoga bermanfaat!
#KamisLima
Cheers.
Baca Juga: 5 Perilaku Sederhana Untuk Mengurangi Sampah Plastik
Semoga kalian juga punya kesempatan membaca buku-buku di atas. Amin. Tidak harus sekarang. Kapan saja kalian punya waktu/kesempatan. Karena, membaca tidak akan pernah membikin kita merugi.
Semoga bermanfaat!
#KamisLima
Cheers.