Fiersa Besari Memang Jagoannya Merangkai Kata-Kata. Saya terpesona pada lagu-lagu ciptaannya. Liriknya sederhana tetapi setiap kata digandeng dengan kata yang tepat sehingga menghasilkan kalimat yang membikin kita senyum-senyum sendiri terus bilang, "Benar banget!". Kalian tentu hafal lirik lagu Celengan Rindu bukan? Atau yang paling baru, yang jadi soundtrack-nya Imperfect: Karir, Cinta, & Timbangan yang berjudul Pelukku Untuk Pelikmu. Sumpah, saat mendengarkan lagu ini perasaan saya jadi nyaman. Tsaaah. Haha. Betul! Apalagi pas ketemu lirik: Jangan pernah kau merasa sendiri, tengoklah aku yang tak pernah pergi, bagiku engkau tetap yang terbaik, entah beratmu turun atau naik. O-le!
Kemarin saya diberipinjam sebuah buku berjudul Garis Waktu dengan tagline: Sebuah Perjalanan Menghapus Luka. Betul, buku ini ditulis oleh Fiersa Besari. Buku ini dipinjamkan oleh teman kerja Ibu Happy Diana. Ya, kami memang sering saling meminjamkan buku. Jadi, ada semacam suatu penghematan di sini tanpa harus kehilangan kesempatan membaca buku-buku kece. Haha. Kalian harus maklum, di Kota Ende belum ada toko buku sekaliber Gramedia atau Gunung Agung dan lain sebagainya. Untuk buku-buku populer kami harus memasoknya dari luar jika ingin segera membacanya.
Garis Waktu bukan buku berat seperti salah satu buku Supernova: Gelombang. Tapi buku ini justru langsung melekat karena bukan hanya isinya tetapi quote-quote-nya! Jujur, saya belum khatam membaca Garis Waktu tapi sudah khatam membaca quote-quote-nya. Tapi saya sudah tidak tahan untuk menulis tentang buku ini untuk #SabtuReview karena hampir sepuluh hari saya tidak menulis konten bekal pos blog ini. Ke mana kah saya? Ke hatimu. Hahaha. Maklum, begitu banyak pekerjaan yang membutuhkan waktu dan konsentrasi penuh, dan penelitian yang sungguh, sehingga untuk melihat berapa banyak pembaca dalam sehari pun saya tidak melakukannya. Ditambah begitu banyak pula persiapan yang harus dilakukan untuk pelantikan Rektor Uniflor tanggal 30 Januari 2020 kemarin.
Mari berbicara tentang Garis Waktu.
Buku ini bersampul putih dengan sedikit gambar terkesan simple. Diterbitkan oleh Media Kata, buku setebal 211 halaman ini berisi perjalanan cerita yang dikemas apik. Setiap cerita tidak akan membikin kalian terlalu lama terbuai karena pendek saja. Tetapi jangan salah, justru karena kemasannya seperti itu justru membikin penasaran dan pengen baca lagi. Iya, itu yang terjadi ketika saya membaca cerita berjudul Dimensi Tentangmu (Pada aebuah garis waktu), Perjumpaan yang Sederhana (April, tahun pertama), Sesuatu yang Tumbuh Diam-diam (Mei, tahun pertama), dan Untukmu yang Berjubah Api (Mei, tahun pertama). Baru empat. Hehe. Sudah dibaca ulang dua kali setiap cerita. Dan kemudian saya terpesona dengan quote-quote-nya.
Setiap cerita di dalam Garis Waktu diakhiri dengan quote menarik. Sekali lagi, kata-katanya sederhana, tapi perkawinan kata-kata itu yang bakal membikin kita termangu saking kagumnya sama Fiersa Besari. Seterusnya saya membaca semua quote yang ada sedangkan ceritanya belum semua. Makanya saya tulis di atas, belum khatam. Salah satu quote bahkan saya pakai untuk status WA dan Facebook:
Asyik. Hehe.
Itu baru salah satu quote. Yang lainnya ... silahkan kalian baca sendiri Garis Waktu, ya! Tidak etis kalau semuanya saya tulis di sini. Yang jelas, ini memang merupakan sebuah perjalanan menghapus luka oleh seorang Fiersa Besari yang ternyata anak sastra. Iri saya padanya. Hiks. Dia begitu lihai mengawinkan kata.
Saat ini saya masih terus membaca Garis Waktu di sela-sela memikirkan kamu *plaaaaak*. Masih larut menikmati lihainya seorang Fiersa Besari bercanda dengan kata. Dan semoga lekas selesai membacanya karena Filosofi Teras juga sedang menunggu untuk dilanjutkan.
Selamat menikmati akhir minggu, kawan!
#SabtuReview
Cheers.
Garis Waktu bukan buku berat seperti salah satu buku Supernova: Gelombang. Tapi buku ini justru langsung melekat karena bukan hanya isinya tetapi quote-quote-nya! Jujur, saya belum khatam membaca Garis Waktu tapi sudah khatam membaca quote-quote-nya. Tapi saya sudah tidak tahan untuk menulis tentang buku ini untuk #SabtuReview karena hampir sepuluh hari saya tidak menulis konten bekal pos blog ini. Ke mana kah saya? Ke hatimu. Hahaha. Maklum, begitu banyak pekerjaan yang membutuhkan waktu dan konsentrasi penuh, dan penelitian yang sungguh, sehingga untuk melihat berapa banyak pembaca dalam sehari pun saya tidak melakukannya. Ditambah begitu banyak pula persiapan yang harus dilakukan untuk pelantikan Rektor Uniflor tanggal 30 Januari 2020 kemarin.
Mari berbicara tentang Garis Waktu.
Buku ini bersampul putih dengan sedikit gambar terkesan simple. Diterbitkan oleh Media Kata, buku setebal 211 halaman ini berisi perjalanan cerita yang dikemas apik. Setiap cerita tidak akan membikin kalian terlalu lama terbuai karena pendek saja. Tetapi jangan salah, justru karena kemasannya seperti itu justru membikin penasaran dan pengen baca lagi. Iya, itu yang terjadi ketika saya membaca cerita berjudul Dimensi Tentangmu (Pada aebuah garis waktu), Perjumpaan yang Sederhana (April, tahun pertama), Sesuatu yang Tumbuh Diam-diam (Mei, tahun pertama), dan Untukmu yang Berjubah Api (Mei, tahun pertama). Baru empat. Hehe. Sudah dibaca ulang dua kali setiap cerita. Dan kemudian saya terpesona dengan quote-quote-nya.
Setiap cerita di dalam Garis Waktu diakhiri dengan quote menarik. Sekali lagi, kata-katanya sederhana, tapi perkawinan kata-kata itu yang bakal membikin kita termangu saking kagumnya sama Fiersa Besari. Seterusnya saya membaca semua quote yang ada sedangkan ceritanya belum semua. Makanya saya tulis di atas, belum khatam. Salah satu quote bahkan saya pakai untuk status WA dan Facebook:
Seseorang yang tepat tak selalu datang tepat waktu.
Kadang ia datang setelah kau lelah disakiti oleh seseorang yang tidak tahu cara menghargaimu.
Asyik. Hehe.
Itu baru salah satu quote. Yang lainnya ... silahkan kalian baca sendiri Garis Waktu, ya! Tidak etis kalau semuanya saya tulis di sini. Yang jelas, ini memang merupakan sebuah perjalanan menghapus luka oleh seorang Fiersa Besari yang ternyata anak sastra. Iri saya padanya. Hiks. Dia begitu lihai mengawinkan kata.
Baca Juga: Inilah Akibat Paling Fatal Dari Perkara Yang Dianggap Remeh
Saat ini saya masih terus membaca Garis Waktu di sela-sela memikirkan kamu *plaaaaak*. Masih larut menikmati lihainya seorang Fiersa Besari bercanda dengan kata. Dan semoga lekas selesai membacanya karena Filosofi Teras juga sedang menunggu untuk dilanjutkan.
Selamat menikmati akhir minggu, kawan!
#SabtuReview
Cheers.