#PDL adalah Pernah DiLakukan. Pos #PDL merupakan cerita ringan tentang apa saja yang pernah saya lakukan selama ini.
***
#PDL Dari Gantung Sepatu Sampai Terjebak Debu. Mengarungi Pulau Flores memang butuh ketangguhan, terutama jika kalian adalah perempuan yang mengendarai sepeda motor, bukan mobil mewah ber-AC. Infrastruktur jalan Trans Flores memang sudah sangat baik. Tetapi, topografi Pulau Flores yang didominasi perbukitan, menyebabkan Trans Flores harus sering diperhatikan kondisinya. Saat musim hujan tiba, longsor (batu dan tanah) bisa saja terjadi, memenuhi sebagian badan jalan. Hujan juga bisa mengakibatkan putusnya jalan akibat aliran air super deras memangkas badan jalan. Kecuali jika sedang ada proyek pelebaran jalan, di luar musim hujan, kondisi Trans Flores baik-baik saja alias sangat sehat. Haha.
Baca Juga: #PDL Mengumpulkan Si Kuning
#PDL kali ini adalah tentang dua kondisi yang harus kalian ketahui. Penting? Tidak juga sih, haha. Pernah, saya pernah melakukan dan mengalaminya.
Gantung Sepatu
Dalam perjalanan ke arah Utara, ke daerah Maurole di awal tahun kemarin saat mempromosikan Universitas Flores ke seluruh SMA se-Pulau Flores dan sekitarnya, musim hujan menyebabkan jalur yang satu ini 'putus'. Putus bukan berarti sama sekali tidak bisa dilewati, melainkan aliran air memangkas badan jalan sehingga pengendara harus lebih berhati-hati. Biasanya saya selalu membawa sepatu karet petani kalau sedang musim hujan, tapi hari itu saya lupa! Walhasil, harus rela sepatu dan kaki celana kuyup. Maunya sih tidak usah menurunkan kaki, tetapi batu-batu di dasar aliran air ini cukup besar sehingga pilihannya hanya dua: turunkan kaki atau jatuh.
Ada dua kondisi jalan yang mirip seperti foto di atas, yang satunya tidak seberapa dalam. Oh ya, yang memotret saya adalah Kakak Shinta Degor yang waktu itu seperjalanan sama saya ke wilayah Utara.
Gara-gara sepatu kanvas itu basah, saat tiba di Maurole saya terpaksa membeli sandal. Sungguh, memakai sepatu basah itu tidak enak sekali rasanya di kaki. Setelah mencuci kaki menggunakan air minum kemasan, saya memang sombong hahaha, baru sepatu diikat di sepeda motor dan kami pergi mencari warung untuk makan siang.
Selang beberapa bulan, lagi-lagi saya harus menggantung sepatu, hanya karena salah perkiraan. Iya, saya berpikir aliran itu sudah lenyap, ternyata masih ada. Terpaksa sepatu saya jemur di atap dagangan bensinnya penduduk Desa Tana Li, hingga kering!
Dalam perjalanan pulang, waktu itu bareng Thika Pharmantara, kami membeli dua kresek merah buat membungkus kaki saya. Alhamdulillah sepatu tetap kering, setelah dijemur itu, sampai kami tiba kembali di Kota Ende.
Terjebak Debu
Kayaknya keren banget begitu menulis 'terjebak debu' haha. Musim kemarau seperti akhir-akhir ini, dimana mendung hanyalah screensaver yang tidak boleh terlalu dipercaya bakal turun hujan, para pejalan seperti saya harus menyiapkan ekstra masker. Sebagai pengendara sepeda motor, masker merupakan barang wajib pakai/bawa. Sesekali dibuka kalau udara sudah terlihat/terasa bersih. Tapi jika ada proyek pelebaran jalan, jangan sampai masker dilepas dari wajah (hidung dan mulut).
Awas nyasar! Karena pada jalur darurat Mbay - Riung yang maha luas ini, nampak begitu banyak jalur alternatif yang dipilih pengendara sepeda motor agar tidak makan debu dari kendaraan yang melaju di depannya. Kalian tahu? Roda sepeda motor saya sampai tertanam nyaris setengah akibat tebalnya tanah/pasir.
⇜⇝
Baca Juga: #PDL Menjadi Hakim Anggota
Trans Flores merupakan jalur yang asyik dilintasi. Karena saya pengendara sepeda motor, jelas menurut saya Trans Flores merupakan jalur yang asyik dilintasi oleh para pengendara sepeda motor. Kalau pengendara mobil, ya terserah, karena saya tidak suka naik mobil. Alasannya cuma satu: kalau naik mobil di Trans Flores usus saya bisa keluar dari lobang hidung. Iya, jalannya yang berkelok-kelok itu sangat memelintir isi perut! Haha.
Bagaimana dengan kalian, kawan? Adakah yang pernah mengarungi Pulau Flores? Yuk bagi tahu di komen!
Cheers.