Memang Betul Orang Bilang Tanah Kita Tanah Surga. Ketika menyaksikan kegiatan itu, saya langsung teringat sama lagu Kolam Susu yang dinyanyikan Koes Plus. Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Jangan memandang lirik lagu itu secara harafiah karena mustahil tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Lirik yang pendek itu punya makna yang sangat dalam. Dan makna itu saya temui ketika meliput kegiatan peserta KKN-PPM di Desa Wolofeo, Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende, tepatnya di Dusun Detubapa.
Baca Juga: Menjuri Lomba Vlog Tentang Wisata Ibarat Sedang Traveling
Selasa, 27 Agustus 2019, pukul 07.45 Wita saya dan Thika berangkat ke Dusun Detubapa karena kegiatan dimaksud dilaksanakan di rumah kepala dusun. Dusun ini terletak di pinggir jalan raya trans-Flores dan rumah kepala desa hanya sekitar tiga puluh meter dari jalan raya. Dari Kota Ende pun waktu tempuhnya hanya sekitar dua puluh lima menit. Akan tetapi perjuangan menuju rumah kepala dusun cukup berat karena begitu banyak guk-guk menggonggong. Haha. Lucunya, saya heboh teriak-teriak karena kuatir digigit guk-guk sedangkan Mama-Mama di situ dengan santai bilang: tenang, Ibu, anjingnya tidak gigit. Amboi, Mama, yang namanya guk-guk, meskipun super jinak, saya bakal menjauh kayak ketemu tukang kredit dinosaurus.
Tiba di rumah kepala dusun, sudah ada mahasiswa KKN-PPM yang sedang menyiapkan bahan ini itu. Sekalian sambil bertanya-tanya sambil menunggu Dosen Pendamping Lapangan (DPL) tiba. Sekitar pukul 10.00 Wita barulah kegiatan dilaksanakan.
Kegiatan apa sih?
Mari baca ...
Pembuatan Pupuk, Pestisida, dan MOL
KKN-PPM merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat yang tidak 100% hanya mengandalkan mahasiswa saja melainkan partisipasi dan keaktifan warga. Kalau KKN reguler itu umumnya semuanya berada di tangan mahasiswa, kalau KKN-PPM lebih kepada pemberdayaan masyarakat desanya sendiri. Oleh karena itu, warga Dusun Detubapa harus aktif dalam kegiatan pembuatan pupuk dan pestisida. Mahasiswa menyiapkan bahan, mengarahkan, memperhatikan, dan membantu. DPL akan mengoreksi bila ada kesilapan dari mahasiswa dalam menjelaskan dan hal itu biasa karena mahasiswa pun masih dalam proses belajar kan.
Menariknya, semua bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk cair, pupuk padat, pestisida nabati, dan MOL, berasal dari alam raya. Sebut saja daun sirsak, daun jagung, daun kirinyuh, lengkuas, tanah daerah perakaran, kotoran sapi (ternak lainnya), rumen (isi perut/usus) sapi, dedak, gula pasir, hingga air kelapa. Bahan lainnya hanya sabun colek dan terasi. Karena waktu itu MOL juga baru hendak dibikin secara alami, maka untuk pembuatan pupuk sementara masih memakai sedikit M4 yang dibeli di toko. Nanti kalau MOL yang dibikin sudah jadi, warga tidak perlu lagi memakai M4 tetapi memakai MOL yang mereka buat sendiri itu.
MOL itu singkatan dari atau Mikro Organisme Lokal. Ini merupakan larutan hasil proses fermentasi dari berbagai jenis bahan-bahan organik. Larutan MOL mengandung bakteri, perangsang pertumbuhan, unsur hara mikro dan makro, dan sebagai agens hayati pengendali hama dan penyakit tanaman.
Paham kan sekarang mengapa saya menulis judul memang betul orang bilang tanah kita tanah surga? Alam raya menyediakan, kita memanfaatkannya. Semoga dengan kegiatan ini warga Dusun Detubapa yang rata-rata adalah petani bisa menghemat biaya karena ketimbang membeli pupuk, pestisida, dan MOL di toko, mereka bisa membikinnya sendiri. Yang diperlukan adalah keuletan dan kesabaran karena untuk pupuk cair misalnya dibutuhkan waktu hingga empat minggu hingga dapat digunakan atau diaplikasikan ke tanaman.
Petani Cerdas
Kalau kalian masih memandang petani itu orang kampung, tolong singkirkan segera pikiran itu karena kalian salah dan kalian kampungan. Warga, bapak-bapak, para petani, yang saya lihat di Dusun Detubapa itu rata-rata cerdas dan trendi. Mereka punya segudang pertanyaan yang menuntut jawaban, serta tidak lagi tanpa alas kaki ke kebun tetapi memakai sepatu boot karet favorit saya kalau musim hujan tiba itu. Jadi waktu kegiatan, ada bapak-bapak yang segera balik dari kebun demi memperoleh ilmu dari mahasiswa KKN-PPM ini.
Tentu dengan kegiatan yang dilaksanakan itu, para petani bakal semakin cerdas dalam hal pengelolaan dan perawatan lahan mereka. Insha Allah.
Kudapan dan Makan Siang
Hari itu, saat proses pembuatan pupuk, pestisida, dan MOL, sedang berlangsung, tuan rumah menyuguhkan kudapan khas lokal yaitu pisang rebus, ubi jalar rebus, dan kopi/teh. Uh wow sekali ubi jalarnya manis dan bikin lidah menagih. Tentu, pisang dan ubi jalar ini bukan hasil membeli di pasar melainkan diperoleh dari kebun sendiri.
Makan siangnya pun tak kalah bikin lidah menagih. Terutama tumisan daun pepaya dan sambalnya! Ayam, ikan, tahu, sayur sawi, sudah sering saya makan. Tapi tumisan daun pepaya ini langka, manapula rasanya amboiiii. Memang betul orang bilang tanah kita tanah surga! Karena bahan-bahan tumisan sayur dan sambal itu diambil dari kebun sendiri. Mak, kapan kita bisa seperti orang desa ya ... punya lahan dan diolah sendiri.
⇜⇝
Kalau ditanya apakah saya mau tinggal di Dusun Detubapa? Ya mau saja lah haha. Terutama selama berada di sana saya tidak bisa menggunakan telepon genggam untuk berselancar di ragam media sosial karena sinyal 4G yang susaaaah sekali. Sinyal hanya bisa dipakai untuk menelpon dan mengirim pesan singkat. Ah, ternyata sumber internet masih jauh itu tak masalah ketimbang sumber air yang jauh. Haha. Hidup rasanya tenang sekali *ngikik*.
Baca Juga: Influencer Kocak yang Nekad Untuk Pertama Kalinya
Yang pasti harus diingat ... tanah kita memang tanah surga!
#SeninCerita
#CeritaTuteh
Cheers.