Saya jadi kuatir ... menulis HOREDAY: Kisah-Kisah Saat Horeday bakal membikin saya keasyikan dan lupa sama tema harian blog ini. Haha. Terlalu banyak cerita liburan yang ingin saya tulis dan bagi dengan kalian semua. It's personal, mungkin pun tidak memberi manfaat pada kalian, tapi saya suka melakukannya. Ijinkan seminggu ini Horeday memenuhi hari-hari kalian nge-blog. Setelahnya, #SeninCerita hingga #SabtuReview akan kembali hadir. Insha Allah. Silahkan baca kisah Horeday lainnya di bawah ini:
⇜⇝
Menjelang Idul Fitri kemarin, saya mendapat banyak rejeki, yaitu tamu-tamu spesial. Sungguh luar biasa Idul Fitri kali ini. Tamu yang pertama adalah seorang sastrawan NTT yang salah satu bukunya pernah saya ulas di blog ini. Namanya Bara Patty Radja. Tamu kedua, dua orang, yang salah satunya saya sebut sebagai traveler of the century. Nama traveler of the century ini adalah Harry Kawanda asal Makassar, dan Rojer asal Chile.
Bara Patty Radja
Mengenal Bara sudah lama sekali. Waktu itu duluan kenal namanya, kemudian bertemu orangnya di Kantin Uniflor, lalu bergelung bersama puisi-puisinya dalam buku Samudera Cinta Ikan Paus yang dihadiahkan oleh dosen Arsitektur Muklis A. Mukhtar saat pulang dari kegiatan kampus di Pulau Adonara. Buku itu memberikan energi positif yang dahsyat pada saya pribadi. Puisi-puisi di dalamnya tidak akan pernah bosan dibaca, bahkan jika kau membacanya setiap hari, dan terus menghadirkan pertanyaan demi pertanyaan: dari mana seorang Bara menemukan ilham mempertemukan diksi-diksi ini?
Maka, beberapa hari sebelum Idul Fitri kemarin, Mukhlis datang ke rumah, kabarnya Bara sedang liburan di Ende dan mungkinkah kita bisa kumpul-kumpul di rumah sebelum Idul Fitri. Tentu saya meng-iya-kan. Inilah saatnya untuk bisa berlama-lama mengobrol dengan seorang Bara! Tidak lupa saya mengirimkan pesan kepada teman-teman lain yang ingin mengobrol dan menggali lebih dalam dunia sastra, khususnya puisi, untuk datang. Beberapa teman memang datang, seperti Cahyadi, Deni, dan Habibi, sebagian lagi masih sibuk mengecat rumah.
Mengobrol bersama Bara membikin saya berada dalam dunia puisi itu sendiri karena pilihan katanya saat mengobrol pun terdengar puitis. Jago dan berkualitas benar orang ini, kata saya dalam hati. Jujur, mengobrol dengannya membikin pengetahuan saya menjadi lebih dan lebih, serta otak saya yang seakan terkunci itu mendadak membuka dengan sendirinya. Semua itu menjadi lebih lengkap dengan sikapnya yang low profile.
Malam itu Bara membawakan buku terbarunya, dua buah, yang kemudian menjadi milik Cahyadi dan milik saya. Haha. Judulnya Geser Dikit Halaman Hatimu. Ini bukan sekadar buku kumpulan puisi biasa. Geser Dikit Halaman Hatimu, berdasarkan kutipan dari buku itu sendiri, dilengkapi dengan QR Code Audio Version Poetry Reading sehingga pembaca dapat langsung mendengarkan puisi-puisi itu. Tidak main-main, puisinya dibacakan oleh Olivia Zallianty, pegiat sastra Azizah Zubaer, dan oleh Bara sendiri. Saya belum mendengarkan suara-suara mereka saat membaca puisi-puisi dari Geser Dikit Halaman Hatimu. Tapi waktu saya membacanya ... saya larut ... lalu membacanya lagi dan lagi. Tidak bosan? Tidak!!! Ini keren!
Terima kasih, Bara ... sudah berbagi banyak cerita dengan kami, termasuk tentang 'mengundang' Najwa Sihab datang ke Pulau Lembata! Semoga suatu saat nanti bisa terwujud di Uniflor, ya. Insha Allah. Tamu saya memang spesial kan? Hehe.
Harry Kawanda dan Rojer
Tahun 2010 waktu saya lolos menjadi salah satu Petualang ACI Detik Com, masuk kloter 2, saya tidak bertemu Harry Kawanda. Karena dia masuk ke pemberangkatan kloter 4. Tapi kami yang rata-rata tidak bertemu antar kloter ini disatukan melalui milis, kemudian WAG, dan tentu kopdar-kopdar. Yang di Ende diam-diam saja deh ... kopdarnya rata-rata di Jakarta dan Denpasar. Yang saya tahu, Harry adalah petualang yang paling rajin keliling dunia, oleh karena itu saya menyebutnya sebagai traveler of the century. To Harry: kalau kau ngobrol sama Mamatua, bisa dicap Mamatua sebagai Jarum Super ⇻ jarang di rumah suka pergi-pergi. Haha.
Bertemu Harry sebelum dia dan Rojer berangkat ke Moni dan Danau Kelimutu.
Malam itu, saat sedang ada kegiatan sharing materi public speaking dan dunia SUC di Pohon Tua, saya ditelepon Harry. Intinya Harry sedang ada di Pulau Flores, hendak mengunjungi sahabat kami pemilik Manulalu di dekat Kampung Adat Bena yaitu Jane Kambey, lalu bakal ke Kelimutu, dan kalau bisa stay semalam di Kota Ende. Saya nyaris histeris tapi harus jaga image sebagai emak-emak rempong baik dan sopan hahaha.
Malam perayaan Idul Fitri (hari pertama), setelah menegak Kataflam yang disarankan Stanis, Harry mengirim pesan WA bahwa dirinya dan Rojer sudah tiba di Kota Ende, diturunkan tepat di cabang menuju Ponpes Walisanga. Karena gigi ini sudah rada mendingan, berangkatlah saya, Stanis, Thika, dan Ical menjemput mereka untuk diantar ke rumah Stanis. Iya, karena rumah saya tidak ada kamar yang ready untuk tamu jadi Harry dan Rojer menginap di rumah Stanis si anak bujang yang rumahnya baru saja kelar dikerjakan *ngikik*.
Tamu-tamu spesial ini memberi warna baru dalam kehidupan kami hahaha. Terutama Harry dan Rojer yang kemudian saya ajak piknik bersama keluarga besar Pharmantara dan Abdullah di Pantai Aebai, pantai langganan kami piknik! Ceritanya ... besok! Hehe.
⇜⇝
Demikian Horeday #4. Tentang mereka, tamu-tamu spesial di hari super spesial, Idul Fitri, yang mau bergabung dengan keluarga kami yang ada apanya. Eh ... yang apa adanya. Hehe. Semoga mereka tidak jera ya bergabung dengan keluarga kami yang kocak ini.
Liburan saya memang istimewa. Bagaimana dengan liburan kalian, kawan?
Cheers.