Meskipun sering menjadi bagian dari panitia ajang sepak bola di Kabupaten Ende, namun sejatinya saya bukan pecinta olah raga sepak bola. Makanya saya terpaksa menolak ajakan Mas Chandra dari bagian Publikasi dan Dokumentasi, misalnya dalam Triwarna Soccer Festival, untuk turut menjadi komentator dalam video live streaming yang tayang di Youtube. Apa itu offside? Aduh, saya tidak paham. Makanya saya sangat kagum pada kaum perempuan yang fasih sama dunia sepak bola ini, terutama bagaimana cara mereka berkomentar tentang klub-klub favorit mereka. Lha sejak dulu cuma nama Maradona saja yang terpatri di kepala gara-gara euforia zaman SD ha ha ha.
Baca Juga: Pola Timbal Balik
Pada ajang Triwarna Soccer Festival, setiap kali usai pertandingan terakhir, pasti dilaksanakan briefing. Yang dibahas saat briefing ini umumnya evaluasi kegiatan pada hari tersebut, permasalahan dan solusi, laporan keuangan, pemilihan empat orang petugas pemegang bendera fair play, dan ditutup dengan do'a. Jika ada yang berulangtahun biasanya akan diramaikan dengan aksi menyiram air haha. Kocak memang. Hiburan saat diri sudah letih maksimal.
Malam itu, saat briefing, ketua panitia membaca nama-nama yang direkomendasikan untuk membawa bendera fair play. Terkejut ketika nama yang disebutkan adalah nama perempuan, bukan laki-laki (pada umumnya). Shinta Degor, Yudith Ngga'a, Narti, Tuteh.
What!? Haha. Bakal seruuuuu.
Fair Play Flag merupakan bendera warna kuning, oh hyess kuning, yang pada bendera tersebut tertulis My Game is Fair Play. Bendera kebanggaan itu tidak terlepas dari FIFA (Federation Internationale de Football Association). My Game is Fair Play secara terjemahan bebas dan singkat a la saya berarti: junjung tinggi sportifitas. Hehe. Sportifitas di sini tidak saja bagi para pemainnya saja, tapi juga manajer dan coach, serta supporter. Bagi kalian yang sangat memahami dunia sepak bola, rasanya apa yang saya tulis tentang ini masih sangat miskin. Tapi tidak mengapa, itu adalah pemahaman dangkal saya tentang fair play.
Kembali pada empat perempuan anggota panitia Triwarna Soccer Festival, maka pada hari yang ditentukan, kami pun bertugas membawa bendera fair play bertulis My Game is Fair Play. Jangan lupa pakai rompinya ya hehe.
Keberadaan kami sebagai pembawa bendera My Game is Fair Play tentu bikin heboh. Karena, lazimnya yang membawa bendera ini adalah laki-laki. Hal ini memang baru pertama kali terjadi di Kota Ende dalam ajang-ajang pertandingn sepak bola, tapi pernah terjadi di daerah lain seperti berita dari BolaDotCom dengan judul 6 Mojang Cantik Pembawa Bendera Fair Play Laga Persib. Senang banget waktu baca berita itu, artinya kami berempat tidak sendiri. Sama-sama cantik. Hahaha.
Siapa sangka, kemudian, banyak teman-teman yang membikin status tentang kami berempat? Salah satunya si penggila bola Sherif Montana:
Dan banyak yang memotret serta mengirimkan fotonya via WA dan inbox pada saya. Ah, terima kasih. Kami memang bikin heboh.
Kalau ditanya, mau lagi? Ya jelas saya mau lagi membawa bendera kebanggaan tersebut. Unik sih. Saya kan memang paling suka jadi pusat perhatian *digampar warga berjamaah*.
Itu dia cerita hari ini, dari serba-serbi Triwarna Soccer Festival, dan menjadi pembawa bendera My Game is Fair Play merupakan pengalaman yang luar biasa bagi saya dan teman-teman lainnya. Masih banyak serba-serbi lainnya, kisah lainnya, yang bakal saya pos tapi tidak hari ini. Nanti ya, satuper satu. Semoga pos ini bisa menyuntik lebih banyak semangat Senin pada kalian semua. Hehe.
Cheers.
Malam itu, saat briefing, ketua panitia membaca nama-nama yang direkomendasikan untuk membawa bendera fair play. Terkejut ketika nama yang disebutkan adalah nama perempuan, bukan laki-laki (pada umumnya). Shinta Degor, Yudith Ngga'a, Narti, Tuteh.
What!? Haha. Bakal seruuuuu.
Fair Play Flag
Fair Play Flag merupakan bendera warna kuning, oh hyess kuning, yang pada bendera tersebut tertulis My Game is Fair Play. Bendera kebanggaan itu tidak terlepas dari FIFA (Federation Internationale de Football Association). My Game is Fair Play secara terjemahan bebas dan singkat a la saya berarti: junjung tinggi sportifitas. Hehe. Sportifitas di sini tidak saja bagi para pemainnya saja, tapi juga manajer dan coach, serta supporter. Bagi kalian yang sangat memahami dunia sepak bola, rasanya apa yang saya tulis tentang ini masih sangat miskin. Tapi tidak mengapa, itu adalah pemahaman dangkal saya tentang fair play.
Empat Perempuan Cantik
Kembali pada empat perempuan anggota panitia Triwarna Soccer Festival, maka pada hari yang ditentukan, kami pun bertugas membawa bendera fair play bertulis My Game is Fair Play. Jangan lupa pakai rompinya ya hehe.
Keberadaan kami sebagai pembawa bendera My Game is Fair Play tentu bikin heboh. Karena, lazimnya yang membawa bendera ini adalah laki-laki. Hal ini memang baru pertama kali terjadi di Kota Ende dalam ajang-ajang pertandingn sepak bola, tapi pernah terjadi di daerah lain seperti berita dari BolaDotCom dengan judul 6 Mojang Cantik Pembawa Bendera Fair Play Laga Persib. Senang banget waktu baca berita itu, artinya kami berempat tidak sendiri. Sama-sama cantik. Hahaha.
Siapa sangka, kemudian, banyak teman-teman yang membikin status tentang kami berempat? Salah satunya si penggila bola Sherif Montana:
Terima kasih Sherif.
Dan banyak yang memotret serta mengirimkan fotonya via WA dan inbox pada saya. Ah, terima kasih. Kami memang bikin heboh.
Kalau ditanya, mau lagi? Ya jelas saya mau lagi membawa bendera kebanggaan tersebut. Unik sih. Saya kan memang paling suka jadi pusat perhatian *digampar warga berjamaah*.
Baca Juga: Manis Akustik
Itu dia cerita hari ini, dari serba-serbi Triwarna Soccer Festival, dan menjadi pembawa bendera My Game is Fair Play merupakan pengalaman yang luar biasa bagi saya dan teman-teman lainnya. Masih banyak serba-serbi lainnya, kisah lainnya, yang bakal saya pos tapi tidak hari ini. Nanti ya, satuper satu. Semoga pos ini bisa menyuntik lebih banyak semangat Senin pada kalian semua. Hehe.
Cheers.