Zawo zambu (dalam penyebutan oleh Suku Ende), atau lawo lambu (dalam penyebutan Suku Lio), merupakan pakaian tradisional/adat untuk perempuan Kabupaten Ende. Zawo/lawo berarti sarung tenun ikat sedangkan zambu/lambu berarti baju yang modelnya mirip Baju Bodo. Tidak semua perempuan Kabupaten Ende memakai zawo zambu setiap harinya, atau tidak setiap hari perempuan Kabupaten Ende memakai zawo zambu. Bagi yang tinggal di daerah perkotaan, zawo zambu dipakai saat acara-acara tertentu diantaranya acara adat pernikahan, acara kedaerahan oleh pemerintah, hingga acara-acara lainnya yang mewajibkan perempuan memakai zawo zambu.
Saya suka memakai zawo zambu, meskipun tidak setiap hari, karena kebanggaan saya pada pakaian tradisional ini. Berbeda dari perempuan lain yang memadukan zawo zambu dengan selop, kelom, sandal cantik, hingga high heels, saya memadukan zawo zambu dengan sepatu kets atau boot. Alasannya karena kaki saya tidak bisa berkompromi dengan sendal dan/atau sepatu perempuan. Cantik selalu menyakitkan kaki saya ha ha ha.
Hari ini saya pengen ngama (pamer) foto-foto zawo zambu yang pernah saya pakai.
Umumnya zambu yang dipakai itu dapat dimasukkan ke dalam zawo, atau bisa juga dikeluarkan. Yang satu ini saya memakai zawo jenis Kembo milik Kakak Niniek dan zambu cokelat.
Ya, memang, selalu ada yang aneh bin gokil kalau urusan foto itu modelnya adalah saya *ngakak guling-guling*.
Sejak ada Thika Pharmantara di rumah, saya jadi suka juga memakai pakaian berwarna pink. Padahal, saya kan Presiden Negara Kuning! Haha.
Kali ini zambu-nya tidak dimasukkan ke dalam zawo. Oh ya, jenis zawo yang saya pakai ini bernama Mangga. Ditenun khusus sama calon kakak ipar sehingga ukurannya lebih besar dari ukuran normal. Maklum ... bodi segede parabola begini. Haha.
Agak aneh menulis ini, karena kok malah no-zambu? Iya, ceritanya saya malas memakai zambu, jadi saya memilih kemeja yang mirip-mirip sama zambu. Lagi pula, ketika telah tertutup jilbab, zambu-nya jadi kurang menonjol kan *senyum kemenangan*.
Ini fotonya bareng Reynold yang memakai pakaian adat Sumba. Saya lupa acara apa, yang jelas hari itu kami wajib mengikuti upacara bendera memakai pakaian adat asal masing-masing. Oh ya, tas yang saya pakai itu tas rajutan oleh-oleh dari sepupu saya Pater Anang Bhara yang bertugas di Equador.
Haha. Rikyn Radja merupakan orang tercerdas dalam urusan memodifikasi zambu model ini. Saya pernah memakainya saat pernikahan keponakan saya si Indri, dan Minggu (24 Maret 2019) kemarin saya memakai lagi yang modelnya sama tapi beda warna:
Zambu seperti ini memang paling bagus jika digunakan dalam acara pernikahan karena kecetarannya. Bahkan ada pengantin yang juga memakai zambu model begini tapi pastinya berwarna putih khas pengantin perempuan.
Lagi-lagi Rikyn Radja mengkreasikan zawo zambu menjadi seperti ini:
Selain yang satu ini, ada lagi yang dimodifikasi menjadi mirip pakaian orang Jepang, ada obi-nya. Tapi masih belum berhasil saya temukan berkas fotonya. Nanti deh hehe.
Apa pun modelnya; asli maupun modifikasi, saya selalu suka memakai zawo zambu. Zambu-nya dimasukin ke zawo atau dikeluarin, sama saja. Tetap suka. Karena memakai zawo zambu itu langka, momen saat sedang memakainya harus terus diabadikan hingga memori telepon genggam penuh dan nyaris ngambek.
Bagaimana dengan kalian? Pasti bangga juga donk ya memakai pakaian adat/tradisional daerah masing-masing. Adat yang fleksibel dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan kaidah/norma dasarnya.
Selamat Kamis, kawan ...
Cheers.
Baca Juga: 5 Komoditas TSF
Saya suka memakai zawo zambu, meskipun tidak setiap hari, karena kebanggaan saya pada pakaian tradisional ini. Berbeda dari perempuan lain yang memadukan zawo zambu dengan selop, kelom, sandal cantik, hingga high heels, saya memadukan zawo zambu dengan sepatu kets atau boot. Alasannya karena kaki saya tidak bisa berkompromi dengan sendal dan/atau sepatu perempuan. Cantik selalu menyakitkan kaki saya ha ha ha.
Hari ini saya pengen ngama (pamer) foto-foto zawo zambu yang pernah saya pakai.
1. Zawo dan Zambu Cokelat
Umumnya zambu yang dipakai itu dapat dimasukkan ke dalam zawo, atau bisa juga dikeluarkan. Yang satu ini saya memakai zawo jenis Kembo milik Kakak Niniek dan zambu cokelat.
Ya, memang, selalu ada yang aneh bin gokil kalau urusan foto itu modelnya adalah saya *ngakak guling-guling*.
2. Zawo dan Zambu Pink
Sejak ada Thika Pharmantara di rumah, saya jadi suka juga memakai pakaian berwarna pink. Padahal, saya kan Presiden Negara Kuning! Haha.
Kali ini zambu-nya tidak dimasukkan ke dalam zawo. Oh ya, jenis zawo yang saya pakai ini bernama Mangga. Ditenun khusus sama calon kakak ipar sehingga ukurannya lebih besar dari ukuran normal. Maklum ... bodi segede parabola begini. Haha.
3. No Zambu!
Agak aneh menulis ini, karena kok malah no-zambu? Iya, ceritanya saya malas memakai zambu, jadi saya memilih kemeja yang mirip-mirip sama zambu. Lagi pula, ketika telah tertutup jilbab, zambu-nya jadi kurang menonjol kan *senyum kemenangan*.
Ini fotonya bareng Reynold yang memakai pakaian adat Sumba. Saya lupa acara apa, yang jelas hari itu kami wajib mengikuti upacara bendera memakai pakaian adat asal masing-masing. Oh ya, tas yang saya pakai itu tas rajutan oleh-oleh dari sepupu saya Pater Anang Bhara yang bertugas di Equador.
4. Zambu Berekor
Haha. Rikyn Radja merupakan orang tercerdas dalam urusan memodifikasi zambu model ini. Saya pernah memakainya saat pernikahan keponakan saya si Indri, dan Minggu (24 Maret 2019) kemarin saya memakai lagi yang modelnya sama tapi beda warna:
Ini waktu nikahannya Indri.
Ini waktu nikahnya Angga, Minggu kemarin.
Zambu seperti ini memang paling bagus jika digunakan dalam acara pernikahan karena kecetarannya. Bahkan ada pengantin yang juga memakai zambu model begini tapi pastinya berwarna putih khas pengantin perempuan.
5. Modifikasi Habis-Habisan
Lagi-lagi Rikyn Radja mengkreasikan zawo zambu menjadi seperti ini:
Selain yang satu ini, ada lagi yang dimodifikasi menjadi mirip pakaian orang Jepang, ada obi-nya. Tapi masih belum berhasil saya temukan berkas fotonya. Nanti deh hehe.
Apa pun modelnya; asli maupun modifikasi, saya selalu suka memakai zawo zambu. Zambu-nya dimasukin ke zawo atau dikeluarin, sama saja. Tetap suka. Karena memakai zawo zambu itu langka, momen saat sedang memakainya harus terus diabadikan hingga memori telepon genggam penuh dan nyaris ngambek.
Presiden Negara Kuning dan Penduduknya. Haha.
Keluarga Besar Pua Ndawa dan Pua Djombu.
Bagaimana dengan kalian? Pasti bangga juga donk ya memakai pakaian adat/tradisional daerah masing-masing. Adat yang fleksibel dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan kaidah/norma dasarnya.
Baca Juga: 5 Jawara Mural
Selamat Kamis, kawan ...
Cheers.