Pemandangan pantai di puncak bukit sebelum Desa Niranusa di Kecamatan Maurole.
Sesuai jadwal dari Panitia Tim Promosi Uniflor 2019, hari ini saya dan tiga teman lainnya yaitu Kakak Sinta Degor (Sindeg), Deni Wolo (Dewo), dan Rudi, berangkat ke wilayah Utara Kabupaten Ende. Sebelumnya, tepatnya kemarin malam, kami kaget menerima kiriman video dari teman yang tahu jadwal keberangkatan kami ini tentang putusnya jalan di daerah Fataatu akibat hujan deras. Tapi kami berempat tetap harus berangkat agar dapat melihat langsung kondisi jalan, dan bisa memutuskan apakah nanti perjalanan dapat dilanjutkan atau tidak.
Baca Juga: 5 Keistimewaan Canva
Terhitung ada lima SMA yang wajib kami kunjungi yaitu:
1. SMA Negeri Detusoko.
2. SMA Negeri Welamosa.
3. SMK Negeri 3 Ende di Ekoae.
4. SMK Negeri 5 Ende di Maukaro.
5. SMA Negeri Maurole.
6. SMA Dharma Bakti di Maurole.
Keberangkatan Yang Delay
Bukan cuma penumpang pesawat terbang saja yang mengalami delay. Tadi pagi pun kami delay satu jam gara-gara menunggu Dewo yang terlambat bangun. Haha. Saya dan Rudi kemudian menikmati kopi panas dan kudapan di rumah Kakak Sindeg sembari menunggu Dewo. Keberangkatan yang seharusnya pukul 06.30 Wita, delay sampai pukul 07.30 Wita. Untuk tahu rute perjalanan kami, silahkan perhatikan peta berikut ini:
Rute-nya cukup ngeri kan. Oia, di peta ini tidak ada daerah Welamosa. Welamosa terletak antara Detusoko dan Ekoae.
Bertemu Mantan Guru Olah Raga di SMA Negeri Detusoko
SMA Negeri Detusoko, SMA pertama yang kami kunjungi, terletak di puncak bukit. Coba kalian perhatikan fotonya:
Jalan masuk menuju SMA Negeri Detusoko sungguh ekstrim tanjakannya (pun turunannya). Oleh karena itu saya dan Dewo terpaksa ke sekolah itu berdua saja, tanpa boncengan, sedangkan Kakak Sindeg dan Rudi menunggu di jalan besar. Harus begitu, ketimbang mereka berdua terpaksa turun di tengah perjalanan yang mendaki ke puncak gunung itu.
Di SMA Negeri Detusoko kami disambut seorang guru yang kemudian memberikan buku tamu. Urusan lapor-melapor selesai, kami dipersilahkan memasuki ruang Kepala Sekolah. Ketika saya dan Dewo masuk ke ruang Kepala Sekolah itu lah saya terkejut bukan main karena ternyata Kepala Sekolah SMA Negeri Detusoko adalah ...
"Pak Tobi?!"
"Hah? Tuty?"
Ah, kesal juga kenapa dipanggil Tuty bukan Tuteh hahaha. Bapak Tobias Dawi adalah guru olah raga saya dulu waktu di SMA Negeri 1 Ende. Saya lihat, di tangan beliau, SMA Negeri Detusoko menjadi sangat bagus. Terlihat dari baliho di tempat penerimaan tamu; yang memajang kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler murid-muridnya. Bahkan dari cerita Pak Tobi, SMA Negeri Detusoko bakal dijadikan SMA unggulan, selain telah menjadi sekolah induk untuk SMA lainnya karena di sekolah ini telah dibangun laboratorium komputer tempat murid kelas XII kelak mengikuti Ujian Nasional. Pak Tobi, semoga Allah SWT senantiasa merahmatinya demi kemajuan pendidikan di daerah kami.
Oleh Pak Tobi kami diberikan waktu sebanyak-banyaknya, semampu kami, untuk mempromosikan Universitas Flores kepada para murid kelas XII. Terima kasih ... kami harus melanjutkan perjalanan setelah selesai menyampaikan materi unggulan Uniflor kepada murid-murid.
Dua Kali Melintasi Jalan Putus
Tujuan kami berikutnya adalah SMA Negeri Welamosa (yang tidak saya cantumkan di peta di atas). Sepanjang perjalanan di daerah persawahan betapa senangnya hati melihat para petani sedang menanam padi.
Menuju ke SMA Negeri Welamosa ini, kami harus melewati satu jalan yang putus, seperti video yang dikirimkan teman pada malam sebelumnya. Jalan yang putus itu ternyata masih bisa dilalui meskipun harus berjuang sampai sepatu saya basah kuyup. Foto berikut ini adalah foto saat perjalanan pulang dimana saya sudah memakai sandal biru dengan sepatu digantung di belakang Onif Harem.
Sungguh, apabila berani tidak menurunkan kaki, maka terjatuh itu pasti. Karena apa? Karena di dasarnya itu selain bebatuan besar digenapkan dengan pasir. Hilang keseimbangan sedikit saja, sudah pasti gubrak manja. Nah dari jalan putus pertama di Fataatu ini kami langsung menuju ke SMA Negeri Welamosa yang ternyata ... masih harus melewati jalanan yang kerikil jalanannya lepas begitu menuju bukit. Ngeri-ngeri sedap. Tapi, bukankah saya bisa memakai mantel sepatu? Sebenarnya! Tapi mantel sepatu belum tuntas saya kerjakan, baru sampai tahap menggunting pola saja. Sedangkan di sekitar lokasi ini tidak ada kios/warung tempat saya bisa membeli kresek merah andalan qiqiqiq.
Ya sudah ... mari melanjutkan perjalanan. Dari sekolah ini kami harus melintasi satu lagi jalan putus yang harus dilintasi dengan MENURUNKAN KAKI. Demi keselamatan saya dan si bayi Onif Harem.
Tim Yang Dipecah
Mengingat waktu yang tidak mencukupi apabila kami berempat harus terus bersama, maka tim ini harus dipecah. Karena Ekoae + Maukaro - Maurole itu berpisah jalan. Dewo dan Rudi mendapat jatah ke SMK Negeri 3 Ende di Ekoae dan SMK Negeri 5 Ende di Maukaro. Saya dan Kakak Sindeg langsung ke Maurole yaitu SMA Negeri Maurole dan SMA Dharma Bakti. Janji ketemu makan siang di Maurole.
Alumni Uniflor Ada Di Mana-Mana!
Kami tiba di SMA Negeri Maurole saat para guru sedang pertemuan dan murid kelas XII sedang berkumpul di halaman dan sekitarnya, menunggu para guru selesai pertemuan. Apabila menunggu, belum tentu kami dapat melakukan sosialisasi dan bisa jadi kami kehilangan kesempatan di SMA Dharma Bakti. Ya sudah, lanjut ke SMA Dharma Bakti, yuk! Di SMA Dharma Bakti kami disambut oleh Wakil Kepala Sekolah yang ternyata ...
"Saya ini alumni Uniflor juga, Ibu. Rata-rata guru di sini juga alumni Uniflor. Dulu saya di Prodi Matematika. Oh iya, sudah ke SMA Negeri? Itu Kepala Sekolah SMA Negeri Maurole juga alumni Uniflor!"
Sungguh alumni Uniflor ada di mana-mana. Dan, tentu, terima kasih karena sudah mengijinkan saya dan Kakak Sindeg mempromosikan Uniflor ke para murid meskipun siang sudah semakin membikin perut menagih janji makan siang. Oh iya, sekadar catatan, akhirnya teman saya Diwan Paka Pega yang mengajar di SMA Negeri Maurole protes karena saya tidak kembali mampir ke sekolahnya hhahaha. Next time ya.
Warung Family
Dari SMA Dharma Bakti, saya dan Kakak Sindeg masih mampir di sebuah toko besar tempat saya dulu sering berbelanja kebutuhan pengungsi erupsinya Gunung Rokatenda. Namanya Haldes, kalau agak keliru namanya - maafkan ya. Rencananya pengen beli sepatu boot karet yang dipakai petani buat ke sawah itu. Tapi tidak ada. Ya sudah terima apa yang ada:
1. Membuka sepatu dan kaos kaki yang basah kuyup.
2. Mencuci kaki dengan Aqua (kaki saya sombong hari ini).
3. Membeli sandal.
4. Mengikat sepatu di bagian belakang Onif Harem.
Usai urusan bersih-bersih dan mengisi bensin, kami meluncur ke sebuah warung makan bernama Family. Uh wow sekali namanya. Di samping warung makan ini ada warung bakso tapi kami tentu lebih memilih nasi. Sekalian juga memesankan untuk Dewo dan Rudi yang sudah berangkat menuju Maurole dimana mereka tidak bisa pergi ke SMK Negeri 5 di Maukaro karena kondisi jalan yang super hancur akibat hujan.
Kembali ke Warung Family, saya menikmati makan siangnya yang menggiling lidah terutama sambelnya itu loh. Segar warhaha sekali. Dan kopi susunya ... wuih!
Saat sedang makan di warung itulah, saya teringat Yoan Ameraya, sahabat - adik - yang bertugas di Polsek Maurole. Susah memang sinyal, tidak semulus di Ende, haha, tapi pada akhirnya Yoan menelepon saya dan meminta saya menunggu. Tapi menunggu adalah hal yang sudah saya sadari sejak kenal Yoan ... bisa-bisa saya menginap di Maurole haha. Saya dan Kakak Sindeg pun bergegas menuju Polsek Maurole sedangkan Dewo dan Rudi sudah duluan ngegas ke arah Ende.
Yoan, Wisudawan Yang Terselip
Yoan adalah adik - sahabat yang sama-sama diwisuda tahun lalu. Lucunya, si tukang tidur ini ketiduran pada hari wisuda. Mama Emmi Gadi Djou meminta saya harus bisa 'mendatangkan' Yoan ke Auditorium H. J. Gadi Djou. Saya menghubungi semua orang yang menurut saya tetangganya, juga saudara-saudaranya. Fiuh. Jadi, meskipun mahasiswa Fakultas Hukum sudah selesai dipindah kucirnya, Yoan diselip di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), tepat wisudawan terakhir setelah FKIP.
Meskipun bertugas sebagai Polisi tapi Yoan punya kemampuan lain yang luar biasa yaitu pandai bermain alat musik terutama orgen dan gitar, serta bernyanyi! Satu keluarganya semua memang punya bakat seperti Enol dan Nick yang dikenal sebagai fotografer. Yoan juga idolanya Mamatua karena dialah satu-satunya sahabat saya yang sering mengiringi Mamatua bernyanyi Teluk Bayur. Aduhaaaaiii mereka berdua kompak sekali *ngakak guling-guling*.
Terima kasih Yoan, dari foto di atas saya jadi tahu ternyata kalau tampak belakang itu foto saya menjadi jauh lebih bagus dari tampak depan wakakakaka.
Rumah Para Pengungsi
Kalau kalian membaca Pos #PDL Piknik Setiap Minggu, pasti tahu kedekatan hubungan emosional saya dengan para pengungsi akibat erupsinya Gunung Rokatenda kan. Perjalanan tadi itu, saya melihat rumah-rumah pengungsi sudah lama dibangun (terakhir kabarnya tahun 2014 Mama Muna bercerita tentang bantuan rumah).
Itulah bentuk rumah mereka, para pengungsi, dengan ladang jagung di sekitarnya/halaman. Mereka, benar-benar telah bangkit dan membangun kembali. Semoga kehidupan mereka sejahtera. Hanya doa yang bisa saya panjatkan pada Tuhan untuk mereka.
Pemandangan Dari Ketinggian
Maurole terkenal akan pantainya yang luar biasa kece. Salah satu pemandangan pantai ini dari ketinggian/bukit sebelum memasuki Desa Niranusa. Akhirnya saya dan Kakak Sindeg foto-foto dulu di tempat ini sebelum melanjutkan perjalanan pulang.
Kalau ada yang bikin kafe di ketinggian ini ... pasti ramai! Karena ini merupakan jalur Pantura (Pantai Utara) antara Kabupaten Ende dan Kabupaten Sikka.
Fiuh ... akhirnya selesai juga cerita perjalanan hari ini. Kalian tentu ngeri juga membacanya. Super panjang! Tapi percayalah, bacalah semuanya, sudah saya bagi per sub, jadi lebih mudah untuk dibaca. Halaaaaah. Hahahah *ditimpuk dinosaurus*.
Baca Juga: 5 Desa 5 Potensi
Semua catatan perjalanan dalam rangka mempromosikan Uniflor ini banyak yang belum semua saya pilah, terutama untuk dipos di blog travel. Proses memilah per cerita masih berlanjut, dan proses menulis satu per satu ... belum sama sekali. Haha. Nantilah, mungkin kesibukan akan semakin bertambah dengan masuknya saya sebagai Tim Lomba Mural dalam perhelatan Triwarna Soccer Festival. Tapi saya yakin, segala sesuatu akan selesai juga jika dikerjakan perlahan-lahan. Bukan begitu? Begitu bukan?
Selamat menyambut akhir pekan, kawan.
Cheers.