Berjalan sejauh kurang lebih 5 (lima) kilometer tidak menyurutkan senyum cemerlang. Tapi setelah itu, meloncat ke pick up soundsystem supaya bisa mendapatkan video terbaik dalam acara pre-event ETMC yaitu peluncuran bola raksasa dan maskot Burung Gerugiwa dari Kilometer 0 di Lapangan Pancasila menuju Lapangan Mariloga di Kilometer 5. Lumayan, hemat langkah. Foto oleh Anto Ngga'a.
#PDL adalah Pernah Dilakukan. Tulisan ringan tentang apa saja yang pernah saya lakukan selama ini; tentang kejadian unik yang pernah saya lakukan dan/atau alami, tentang perjalanan menjelajah Pulau Flores, pun tentang perjalanan ke tempat-tempat di luar Kota Ende.
***
Bulan Juli - Agustus tahun 2017, perhelatan akbar El Tari Memorial Cup atau disingkat ETMC yang diadakan setiap sekitar 40-an tahun sekali di Provinsi Nusa Tenggara Timur (tergantung adanya pemekaran kabupaten baru dan/atau kesiapan kabupaten tergilir) kembali diselenggarakan di Kabupaten Ende. El Tari sendiri merupakan nama Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 1966 - 1978. Nilai prestisius ETMC untuk dunia sepakbola di provinsi kami mencapai level antar galaksi. Tidak heran setiap kabupaten berlomba mengirimkan tim terbaiknya.
Baca Juga:
Adalah kebanggaan pribadi bisa menjadi bagian dari Panitia ETMC Seksi Publikasi dan Dokumentasi. Lagi-lagi publikasi, lagi-lagi dokumentasi. Bekerja giat demi mengharumkan nama Kabupaten Ende, sekaligus punya akses yang super leluasa untuk mengetahui semua hal tentang ETMC. Kisah tentang ETMC 2017 tidak pernah basi. Sumpah! Hehe.
Bola raksasa. Foto oleh Anto Ngga'a.
Maskot ETMC: Burung Gerugiwa, burung langka yang berhabitat di areal konservasi Balai Taman Nasional Kelimutu. Foto oleh Anto Ngga'a.
ETMC 2017 dimulai dengan pre-event yaitu peluncuran bola raksasa dan maskot Burung Gerugiwa dari Lapangan Pancasila hingga Lapangan Marilonga sejauh kurang lebih 5 (lima) kilometer, oleh Bupati Ende Bapak Marsel Petu, Wabup Bapak Djafar Ahmad, Ketum Yayasan Perguruan Tinggi Flores Bapak Lori Gadi Djou serta sejumlah pejabat di Kabupaten Ende. Uniknya, ada beberapa perhentian dimana bola (semacam bola panas ya) dipindahtangankan dari satu etnis ke etnis lain se-Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang diserahkan dan diterima dengan tarian dan bahasa-bahasa adat. Bikin merinding saking terharunya!
Foto oleh Anto Ngga'a.
Asli ... kece!
Foto oleh Anto Ngga'a.
Selain pre-event yang unik itu, yang diikuti dan disaksikan oleh ribuan penduduk Kabupaten Ende dan sekitarnya, banyak kisah unik lainnya. Selain Lapangan Marilonga atau Stadion Marilonga merupakan stadion pertama di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang boleh menyelenggarakan pertandingan malam hari, para supporter pun unik-unik. Seksi Publikasi dan Dokumentasi boleh melebur ke seksi mana saja, haha, termasuk merusuh di bagian penjualan tiket. Dari sini lah saya gemas sama penampilan supporter.
Meskipun kadang kita bersuara keras karena supporter saling rebut membeli karcis, tapi tetap narsis biar eksis.
Yang satu ini supporter Perse (Ende).
Unik kan? Yang unik juga adalah antusias masyarakat menonton ETMC 2017. Hasrat penonton tidak bisa dibendung sehingga banyak pemberitaan tentang pintu Stadion Marilonga yang jebol, sampai terjadinya keributan saat final antara Perse (Ende) vs PSN (Ngada). Tapi di luar semua huru-hara itu, saya berpikir positif bahwa euforia ini akhirnya dapat juga generasi kami rasakan. 40-an tahun lagi ... mungkinkah bisa saya berdesak-desakan di Stadion Marilonga? Belum tentu. Manapula 40-an tahun lagi saya mungkin sudah terbungkuk-bungkuk; pas beli tiket yang kelihatan hanya tangannya, hahahhahaha.
Jadi begitulah. Pernah, saya pernah menjadi bagian dari ETMC 2017. Banyak pengalaman, banyak pelajaran, banyak belajar!
Cheers.
Pdl tu singkatan apa sih beb... mau baca lengkapnya rada susah keliatan garis garis aja.
BalasHapusPDL itu Pernah Dilakukan hehehe ... mungkin harus pakai desktop, bebs?
BalasHapusxixixi pernah dilakukan ya... sayangnya belum punya dekstop beb
HapusSeru banget ini kalo ada acara sepakbola antar daerah. Yang seru malah suporterannya Hahahah
BalasHapusIya betul sekali hahaha kadang pemainnya aman dan santai saja tapi supporternya yang rusuh saling lempar :D
HapusJujur saya merinding dan sekaligus sedih membaca pernyataan seperti ini. Adalah suatu kebanggaan bekerja untuk kemajuan kota Ende. AMPUN saya kagum, bangga, bangga babgat malah. Susah untuk dijelaskan kenapa seperti itu. Namun satu yang pasti kudoakan semoga semakin banyak kaum inlektual yang muncul dan meramaikan negeri tercinta ini. Terus berkarya ine. Baik melalui lensa kamera maupun deretan aksara karena ide kita tidak pernah mati. Sudah baca buku yang berjudul agamaku ialah jurnalisme. Warnanya merah. Pengarangnya saya lupa. Bagus untuk seorang pewarta. Wartakanlah agar dunia tahu kalau ende dan sekitarnya itu seperti surga kecil yang tersembubyi. Salam damai.
BalasHapusWah saya perlu banget buku itu hahahaha nanti saya coba carikan. Makasih Pak Martin atas informasinya.
HapusNasib kak, selalu jd seksi dokumentasi tapi sekarang aku gak mau lagi, soalnya maunya di fhotoin terus, hehe..
BalasHapusTapi salut sama acaranya, meski diadakannya dalam kurun waktu lama ( 40 tahunan ya)