Termos Minnion yang setia sampai saat saya menulis pos ini. Dan dia berwarna putih, bukan kuning. Haha!
Kemarin baca tulisan tentang Ember Travel Mug yang menurut saya ugh wow sekali untuk dibawa bepergian. Ulasan lengkap tentang mug itu, silahkan klik link di atas ya. Saya sudah membacanya dan justru tertarik sama ulasan dari para pembeli. Mug yang harganya $149.95 itu punya kelebihan menahan suhu awal minuman kita sebelum disimpan di situ. Sayangnya, ada ulasan tentang baterainya yang tidak bertahan lama, sehingga perlu dicolok kalau baterainya sudah mulai drop. Kalau di rumah sih aman kan ya, bisa dicolok kapan saja, tapi ada yang mengeluh kalau sedang traveling ... agak susah. Yaaaah ... sama saja kalau begitu *garuk-garuk kepala*
Kalau ditanya, travel mug atau termos mini? Maka saya akan memilih termos mini yang harganya sekitar seratusan ribu. Paling mahal mungkin tigaratusan ribu. Dulu banget, hasil merampok kakak, saya punya termos mini warna perak yang ada tas-nya. Atas alasan pekerjaan dan lain sebagainya, saya kehilangan termos itu. Tapi karena saya memang harus membawa kopi atau teh ke kantor, saat traveling ke tempat tujuan wisata, dan lain-lain, maka saya memutuskan untuk membeli termos baru. Termos baru itu macam-macam sih di Sinarmas Swalayan. Tapi setelah dipikir-pikir dan atas ceramah dari Tika Pharmantara, akhirnya ... trada ... termos Minnion warna putih di atas lah pilihannya. Tika dan Indra Pharmantara sih yang pergi membelinya, difoto, kirim via WA, dan saya ikut sumbang saran *ini nggak penting banget*.
Kenapa harus termos?
Karena kopi, kopi susu, teh, kurang nikmat jika diminum dalam kondisi dingin. Saya pernah bekerja ke luar kota sebagai #KuliKamera, harus berangkat malam hari pada musim dingin yang luar biasa dingin (tentu :p). Bayangkan, luar kota di Pulau Flores itu, kami harus melewati desa-desa/kampung dan hutan yang dibelah jalan antar kabupaten. Dinginnya menusuk tulang, sampai-sampai kita berseloroh: kalau buang angin yang keluar bentuknya kayak ice cube. Dalam persinggahan di Detusoko, saya mengeluarkan termos berisi teh panas. Wah, itu sangat menolong perut kami yang kedinginan. Maklum, berangkatnya sudah jam sembilan malam, tiba di Detusoko semua toko dan warung sudah tutup.
Saat ini, setiap hari saya membawa dua botol minum. Satunya termos yang berisi kopi susu, satunya lagi botol air minum. Saya sudah pernah menulis tentang ini saat menulis pos tentang sampah. Ya, dengan membawa air minum sendiri dari rumah selain berhemat, kita juga mengurangi sampah. Bayangkan saja sebelumnya sehari saya bisa minum air mineral sampai tiga botol. Sampah menumpuk. Termos mini saya yang harganya cukup murah itu ternyata bisa menahan panas kopi susu sejak pukul 08.00 sampai 12.00 tanpa memakai baterai.
Jadi, tentu saja termos lebih saya pilih.
Bagaimana dengan kalian? Apakah memilih Ember Travel Mug, atau termos mini yang juga sangat membantu?
Cheers.