Bersama Etchon dan Kak Iros di Bukit Robert (katanya begitu namanya).
#PDL adalah Pernah Dilakukan. Tulisan ringan tentang apa saja yang pernah saya lakukan selama ini, terutama tentang perjalanan ke tempat-tempat di luar Kota Ende.
***
***
Kaki Kereta, demikian julukan yang dilekatkan pada saya. Mungkin karena saking banyaknya tahi lalat di kaki hehe. Amak memberi julukan Jarum Super yang kepanjangannya adalah jarang di rumah suka pergi-pergi. Soalnya Amak kesal banget suatu kali saya turun pesawat dari perjalanan yang super panjang, mampir ke rumah hanya untuk mengeluarkan baju kotor dan mengisi baju bersih di dalam ransel, makan dan minum segelas teh hangat, lantas dijemput mobil travel untuk pergi ke Maumere, soalnya pesawat yang akan membawa saya ke Makassar take off dari Maumere. Haha. Waktu itu saya mengantongi 9 (sembilan) tiket pesawat dengan rute Ende, Kupang, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Kupang, Ende (dan Maumere), Makassar, Kupang, Ende. Perjalanan itu menyisakan dua cerita paling horor. Yang pertama: pesawat saya mengalami turbelensi parah dan terjerembab sangat jauh ke bawah sehingga semua penumpang berteriak dan muntah. Waktu itu saya pikir, "Selesai sudah riwayat saya. Semoga Allah SWT menerima saya di sisiNya." Yang kedua: saya ketinggalan pesawat Surabaya - Kupang gara-gara ketiduran di Gate (8 atau 9) di Bandara Juanda. Sungguh terlalu. Ceritanya ... di lain pos saja deh.
Sekarang, saya mau bercerita tentang perjalanan keliling Pulau Flores bersama teman-teman seperjalanan. Dulu, saya masih memakai si Revo, dan belum berhijab. Hihi. Belum berhijab ini penting diinformasikan karena beberapa foto masa itu - masa masih jadi preman sangar saya memang belum berhijab, dan saya tidak ingin orang berpikir hijab saya ini mirip jalan tol yang buka-tutup. No way. Dan kenapa saya masih mengunggah foto-foto masa lalu adalah karena itu sejarah hidup yang tidak bisa saya hapus. So don't judge me, I don't care anyway. Oke, kita lanjut yaaa. Suatu kali saya dan teman-teman tukang jalan kembali pergi ke Riung; Taman Laut 17 Pulau Riung yang terletak di Kabupaten Nagekeo. Bukan hal yang baru jika kami suka melakukan perbuatan yang aneh-aneh. Salah satunya adalah dengan memulai perjalanan setelah matahari nyaris terbenam. Okay, maka berangkatlah kami dengan sepeda motor masing-masing; ada yang boncengan. Dari Ende kami menuju Ibu Kota Kabupaten Nagekeo yaitu Mbay. Istirahat sebentar di Mbay, kami melanjutkan perjalanan malam (Pukul 09.00 PM) menuju Riung. Jangan kalian berpikir tentang perjalan di Pulau Jawa yang mungkin masih dibantu dengan penerangan jalan atau penerangan dari rumah penduduk. Jangankan penerangan jalan, jalannya saja waktu itu masih rusah beberapa kilometer keluar dari Mbay (kalau sekarang sih jalannya sudah mulus lancar jaya) dan perumahan penduduk atau desa berjarak sangat jauh antara satu dan lainnya.
Perjalanan malam itu menghasilkan sesuatu yang saya sebut unik. Sudah hampir memasuki daerah Riung, kami bertemu iring-iringan nelayan yang menggunakan sepeda motor juga, sambil membawa perlatan mereka yang entah apa namanya (semacam tongkat-tongkat begitu). Karena tidak sabar, saya menarik gas lebih kencang, bermaksud hendak mendahului. Ndilalah, ketika nyaris mendahului mereka, di depan saya ada tikungan. Menyelamatkan diri saya mendadak menginjak dan meramas rem. ABK DEK SIAP MUKA BELAKANG. Mendapat perlakuan begitu, Revo langsung bermanuver 90 derajat dan saya terbanting ke atas aspal. Sukses. Sangat. Belum selesai sampai di situ, Revo menindih saya dengan gembiranya. Sangat. Teman-teman berteriak, "ENCIM JATOH!" Mereka kuatir sangat sementara saya tertawa terbahak-bahak menertawakan kebodohan dan kesialan sendiri.
Melihat saya tertawa terbahak-bahak begitu, bukannya langsung nolongin, mereka malah ngetawain dulu. Dasar ya, sahabat memang begitu, hihi. Puas ketawa, kalimat pertama yang keluar dari mulut saya adalah, "Aduh! Laptop saya!" karena posisi saya terjatuh dengan punggung menghantam aspal. Suasana gelap di tengah hutan, mana ada ngecek laptop lagi? Karena Revo aman-aman saja, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Riung, menuju Nirvana Bungalow milik Rustam.
Tiba di Riung, saling lihat wajah, kembali tawa kami meledak. Rustam, sahabat saya sejak SMA, yang mendengarkan cerita hanya bisa geleng-geleng kepala saking frustasinya sama saya. Ngecek laptop, aman. Alhamdulillah. Malam itu kami lanjutkan dengan mengobrol segala macam topik, haha-hihi, sambil mengisi baterai telepon genggam, sambil ngopi-ngopi, dan merencanakan perjalanan keesokan hari menuju pulau-pulau eksotik di Riung. Ke Riung tapi tidak mengeksplor pulau-pulaunya itu sama dengan ke Jakarta tapi tidak foto-foto di Monas *halah* makanya perjalanan ke pulau-pulau itu wajib dilakukan meskipun sudah tidak terhitung frekuensinya. Soalnya bagi kami, meskipun pulaunya sama tapi pengalamannya tidak pernah sama.
Pernah. Saya pernah begitu. Tertindih sepeda motor malah terbahak-bahak. Bagaimana dengan kalian?
Cheers.