Gambar dan ide pos ini terinspirasi dari BrightsideDotMe.
Pernahkan kalian kehabisan baterai telepon genggam? Apa yang terjadi jika baterai telepon genggam kalian tewas di saat genting alias sedang butuh-butuhnya menghubungi teman atau saudara? Kalian pasti pusing berkeliling kota. Sebagian orang akan mencoba meminjam telepon genggam orang lain (jika ingat duabelas angka nomor selular yang hendak dihubungi; sampai sekarang saya hanya bisa menghafal nomor telepon genggam lama, nomor telepon genggam baru pun saya tidak sanggup menghafalnya). Sebagian memilih untuk tancap gas menuju lokasi orang yang ingin dihubungi. Sebagian lagi mencari alternatif meminjam charger untuk mengisi daya telepon genggam, pas sambil di-cas dipakai buat telepon, kemudian kesetrum. Hehe. Horor kali!
Charger itu penting. Tanpanya, apalah gunanya telepon genggam tanpa daya baterai? Saya sendiri pernah kantor membawa telepon genggam yang baterainya lupa dicas, hanya tersisa duapuluh lima persen saja, dan buru-buru pulang ke rumah untuk mengambil charger-nya. Masalahnya telepon genggam saya waktu itu sombongnya amit-amit! Pakai charger lain emoh. Makanya charger saya yang itu pun hanya dipakai untuk telepon genggam yang itu pula, tidak dipinjamkan pada orang lain. Karena kalau dipinjamkan pada orang lain atau dicolok ke telepon genggam lain bisa terjadi kelonggaran dan telepon genggam saya lagi-lagi tidak mau mengisi daya. Kalau ada yang tanya, "Bawa charger?" Saya jawab saja "TIDAK." Bohong sedikit tidak apa-apa ketimbang nantinya saya yang kelimpungan.
Kembali soal pentingnya baterai gadget dan (otomatis) charger, ke mana-mana kita pergi pasti yang dicari paling pertama jika telepon genggam mulai sekarat adalah colokan. Yang kedua adalah colokan + charger. Saya pernah melihat ini di Igen Live In di Desa Agrowisata Waturaka. Di dalam kamar live in tersebut, saya melihat charger siap pakai sudah tercolok. Menurut pemiliknya, itu sudah menjadi salah satu fasilitas yang mereka berikan pada wisatawan karena mereka sadar banyak wisatawan yang tidak membawa charger (entah terlupa di perhentian sebelumnya, dan lain alasan). Di pusat perbelanjaan pun sudah banyak stasiun ngecas yang disiapkan demi kenyamanan para pengunjung. Terlebih di luar negeri.
Ada satu penemuan yang canggih banget, menurut saya, karena menggabungkan ritual ngecas dan berolahraga. Makanya saya menulis judul Healthy Charger. Stasiun charger ini dapat kalian lihat pada gambar di awal pos ini. Untuk bisa dipakai ngecas, kalian harus mengayuh pedal layaknya bersepeda. Sekalian baterai terisi, sekalian latihan kaki. Hehe. Malas mengayuh? Bye bye. Kalian tidak akan dapat mengisi daya baterai. Penemuan ini sangatlah cerdas mengingat gaya hidup manusia yang akhir-akhir ini serba mager (malas gerak) karena hampir semua kegiatan bisa dilakukan lewat ujung jari. Hampir ... karena membajak sawah, contohnya, belum bisa dilakukan dengan ujung jari sambil duduk di pojokan perpustakaan.
Saya pikir penemuan ini sudah seharusnya beredar luas di belahan bumi karena fungsi pentingnya berimbas pada kesehatan (kaki), terlebih di kafe-kafe. Bayangkan, berapa jam yang dipakai oleh mereka-mereka yang kerja di kafe? Atau mereka-mereka yang nongkrong di kafe? Ketimbang menyediakan colokan (dan charger), pemilik kafe bisa menyediakan stasiun charger yang mengandalkan kemampuan pengunjung mengayuh pedal. Tidak hanya kafe. Jika gedung-gedung perkantoran menyediakan charger jenis ini, wah betapa bagusnya. Bahkan kalau di kantor, waktu senggang atau waktu istirahat siang bisa digunakan untuk mengurai urat-urat yang kaku di kaki dengan mengayuh pedal charger ini, meskipun dayanya dipakai buat mengisi baterai telepon genggam orang lain.Demi Tuhan saya mau melakukannya asal sehat hahah.
Tapi ... kapan dapat terwujud?
Kapan yaaaa :D
Saya tidak bisa menjawab, hehehe. Mungkin kalian bisa menjawab? Siapa tahu di tempat kalian sudah ada stasiun charger semacam ini. Bagi informasinya, donk.
Cheers.
Charger itu penting. Tanpanya, apalah gunanya telepon genggam tanpa daya baterai? Saya sendiri pernah kantor membawa telepon genggam yang baterainya lupa dicas, hanya tersisa duapuluh lima persen saja, dan buru-buru pulang ke rumah untuk mengambil charger-nya. Masalahnya telepon genggam saya waktu itu sombongnya amit-amit! Pakai charger lain emoh. Makanya charger saya yang itu pun hanya dipakai untuk telepon genggam yang itu pula, tidak dipinjamkan pada orang lain. Karena kalau dipinjamkan pada orang lain atau dicolok ke telepon genggam lain bisa terjadi kelonggaran dan telepon genggam saya lagi-lagi tidak mau mengisi daya. Kalau ada yang tanya, "Bawa charger?" Saya jawab saja "TIDAK." Bohong sedikit tidak apa-apa ketimbang nantinya saya yang kelimpungan.
Kembali soal pentingnya baterai gadget dan (otomatis) charger, ke mana-mana kita pergi pasti yang dicari paling pertama jika telepon genggam mulai sekarat adalah colokan. Yang kedua adalah colokan + charger. Saya pernah melihat ini di Igen Live In di Desa Agrowisata Waturaka. Di dalam kamar live in tersebut, saya melihat charger siap pakai sudah tercolok. Menurut pemiliknya, itu sudah menjadi salah satu fasilitas yang mereka berikan pada wisatawan karena mereka sadar banyak wisatawan yang tidak membawa charger (entah terlupa di perhentian sebelumnya, dan lain alasan). Di pusat perbelanjaan pun sudah banyak stasiun ngecas yang disiapkan demi kenyamanan para pengunjung. Terlebih di luar negeri.
Ada satu penemuan yang canggih banget, menurut saya, karena menggabungkan ritual ngecas dan berolahraga. Makanya saya menulis judul Healthy Charger. Stasiun charger ini dapat kalian lihat pada gambar di awal pos ini. Untuk bisa dipakai ngecas, kalian harus mengayuh pedal layaknya bersepeda. Sekalian baterai terisi, sekalian latihan kaki. Hehe. Malas mengayuh? Bye bye. Kalian tidak akan dapat mengisi daya baterai. Penemuan ini sangatlah cerdas mengingat gaya hidup manusia yang akhir-akhir ini serba mager (malas gerak) karena hampir semua kegiatan bisa dilakukan lewat ujung jari. Hampir ... karena membajak sawah, contohnya, belum bisa dilakukan dengan ujung jari sambil duduk di pojokan perpustakaan.
Saya pikir penemuan ini sudah seharusnya beredar luas di belahan bumi karena fungsi pentingnya berimbas pada kesehatan (kaki), terlebih di kafe-kafe. Bayangkan, berapa jam yang dipakai oleh mereka-mereka yang kerja di kafe? Atau mereka-mereka yang nongkrong di kafe? Ketimbang menyediakan colokan (dan charger), pemilik kafe bisa menyediakan stasiun charger yang mengandalkan kemampuan pengunjung mengayuh pedal. Tidak hanya kafe. Jika gedung-gedung perkantoran menyediakan charger jenis ini, wah betapa bagusnya. Bahkan kalau di kantor, waktu senggang atau waktu istirahat siang bisa digunakan untuk mengurai urat-urat yang kaku di kaki dengan mengayuh pedal charger ini, meskipun dayanya dipakai buat mengisi baterai telepon genggam orang lain.
Tapi ... kapan dapat terwujud?
Kapan yaaaa :D
Saya tidak bisa menjawab, hehehe. Mungkin kalian bisa menjawab? Siapa tahu di tempat kalian sudah ada stasiun charger semacam ini. Bagi informasinya, donk.
Cheers.