Saya jatuh cinta pada Xiaomi, bahkan saat sedang masih memakai Lenovo. Tidak adil? Memang! Kadang kita menjadi tidak adil saat sedang dimabuk cinta. Bukan begitu?
*ditampol pasukan se-RT*
Gonta-ganti gadget, bagi saya, bukan karena pengen terlihat kekinian. Dari mana uang buat gonta-ganti gadget? Punya satu saja sudah bersyukur bukan main. Gonta-ganti gadget, bagi saya, adalah karena kebutuhan. Ketika salah satunya rusak dan sulit diperbaiki lagi, maka saya harus menggantinya dengan yang baru. Pilihannya pun tidak selalu sama. Misalnya, ketika BB saya mulai eror dan membutuhkan waktu yang lama untuk memroses sesuatu, saya menggantinya dengan Samsung Tab 3. Ketika si Samsung Tab 3 (saya menyebutnya si besar) enggan menerima setruman lagi, saya menggantinya dengan Lenovo A6000. Terus, si Lenovo mendadak gelap gulita saat sedang di-cas padahal kondisi baterai masih 70%, terpaksa saya ganti dengan yang baru.
Ganti dengan yang baru, yang saya cintai, sudah lama diidam-idamkan.
XIAOMI!
Semua ini terjadi (duh, bahasanya) karena Bapa Harry Ndb memakai Xiaomi. Saya bertanya banyak pada beliau tentang gadget tersebut yang ternyata bikin saya kesengsem. Siapa sih yang tidak mau sama gadget berkualitas mumpuni tapi dibanderol harga minim? Mau lah! Apalagi kalau urusan kamera, Xiaomi juga juara. Bukankah salah satu fungsi gadget yang kita pakai sekarang ini adalah untuk bisa mengabadikan momen?
Setelah si Lenovo gulita, maka saya wajib mencari yang baru. Beruntung punya teman kayak Yoyok Purnomo. Dia mencari tahu informasi tentang Xiaomi yang bakal dibeli, spesifikasinya, RAM-nya, kamera, dan lain sebagainya. Setelah memastikan saya terpikat dengan gadget itu, lantas dibelilah Xiaomi Mi4 (LTE) di Lazada. Tiga hari kemudian, Mi4 sudah mendarat manis di tangan saya. Putih, mulus, cantik sekali. Sejak hari itu saya dan Mi4 lengket kayak perangko.
Selama memakainya, saya pastikan Mi4 itu BATU KAYU (istilah orang Ende untuk sesuatu yang super tahan banting). Baru dibeli seminggu sudah jatuh dari genggaman. Lalu jatuh lagi, lagi, lagi dan lagi. Memorinya penuh sama video dan foto (Mi4 memang tidak dilengkapi dengan slot memory card). Terakhir, Mi4 terjatuh dari genggaman Thika saat sedang hujan dan masuk ke genangan air selama beberapa detik. Apakah rusak? Tidak, kawan. Dia tetap beroperasi dengan sangat prima.
Saya bayangkan gadget lama ...
Kalau mengalami nasib yang sama dengan Mi4, pasti sudah lemoooooot kayak siput sakit asma.
Sampai kejadian layar Mi4 pecah, itu hanya karena kesentuh asbak. Tapi namanya sial tidak dapat ditolak, saya relakan saja Mi4 seperti itu. Mau sih meratap, tapi ratapananak tiri tidak akan mampu mengembalikan kondisi Mi4 seperti sedia kala kecuali dibawa ke tukang reparasi untuk diganti LCD-nya. Dan, di Ende belum saya temukan tempat untuk mengganti LCD. Jadi, saya memutuskan untuk mengganti si Mi4 dengan yang baru, masih dari Xiaomi, Redmi 5A. Redmi 5A, dibeli oleh Indra dan Thika. Karena pagi itu masih ada iklan yang harus saya selesaikan, jadi mereka berdualah yang pergi ke Toko Oriental, memotret Redmi 5A, mengirim via WA (saya memakai gadgetnya Indra untuk 30 menit agar bisa memilih gadget yang difotoin sama Thika), dan whoilaaa mereka membawa pulang Redmi 5A.
Xiaomi lagi, Xiaomi lagi. Bagaimana yaaaa. Saya sudah jatuh cinta sama Xiaomi sejak masih memakai Lenovo sih. Sulit untuk berpaling hati.
Ternyata saya bukan satu-satunya pengguna Xiaomi yang puas sama gadget yang satu ini. Dari situs Cerita Tanjung saya jadi tahu bahwa ternyata banyak sekali pecinta Xiaomi di luar sana! Di situs ini, tertera alasan mengapa harus memilih Xiaomi. Alasan yang sama dengan saya. Cekidot.
*ditampol pasukan se-RT*
Gonta-ganti gadget, bagi saya, bukan karena pengen terlihat kekinian. Dari mana uang buat gonta-ganti gadget? Punya satu saja sudah bersyukur bukan main. Gonta-ganti gadget, bagi saya, adalah karena kebutuhan. Ketika salah satunya rusak dan sulit diperbaiki lagi, maka saya harus menggantinya dengan yang baru. Pilihannya pun tidak selalu sama. Misalnya, ketika BB saya mulai eror dan membutuhkan waktu yang lama untuk memroses sesuatu, saya menggantinya dengan Samsung Tab 3. Ketika si Samsung Tab 3 (saya menyebutnya si besar) enggan menerima setruman lagi, saya menggantinya dengan Lenovo A6000. Terus, si Lenovo mendadak gelap gulita saat sedang di-cas padahal kondisi baterai masih 70%, terpaksa saya ganti dengan yang baru.
Ganti dengan yang baru, yang saya cintai, sudah lama diidam-idamkan.
XIAOMI!
Semua ini terjadi (duh, bahasanya) karena Bapa Harry Ndb memakai Xiaomi. Saya bertanya banyak pada beliau tentang gadget tersebut yang ternyata bikin saya kesengsem. Siapa sih yang tidak mau sama gadget berkualitas mumpuni tapi dibanderol harga minim? Mau lah! Apalagi kalau urusan kamera, Xiaomi juga juara. Bukankah salah satu fungsi gadget yang kita pakai sekarang ini adalah untuk bisa mengabadikan momen?
Setelah si Lenovo gulita, maka saya wajib mencari yang baru. Beruntung punya teman kayak Yoyok Purnomo. Dia mencari tahu informasi tentang Xiaomi yang bakal dibeli, spesifikasinya, RAM-nya, kamera, dan lain sebagainya. Setelah memastikan saya terpikat dengan gadget itu, lantas dibelilah Xiaomi Mi4 (LTE) di Lazada. Tiga hari kemudian, Mi4 sudah mendarat manis di tangan saya. Putih, mulus, cantik sekali. Sejak hari itu saya dan Mi4 lengket kayak perangko.
Selama memakainya, saya pastikan Mi4 itu BATU KAYU (istilah orang Ende untuk sesuatu yang super tahan banting). Baru dibeli seminggu sudah jatuh dari genggaman. Lalu jatuh lagi, lagi, lagi dan lagi. Memorinya penuh sama video dan foto (Mi4 memang tidak dilengkapi dengan slot memory card). Terakhir, Mi4 terjatuh dari genggaman Thika saat sedang hujan dan masuk ke genangan air selama beberapa detik. Apakah rusak? Tidak, kawan. Dia tetap beroperasi dengan sangat prima.
Saya bayangkan gadget lama ...
Kalau mengalami nasib yang sama dengan Mi4, pasti sudah lemoooooot kayak siput sakit asma.
Sampai kejadian layar Mi4 pecah, itu hanya karena kesentuh asbak. Tapi namanya sial tidak dapat ditolak, saya relakan saja Mi4 seperti itu. Mau sih meratap, tapi ratapan
Xiaomi lagi, Xiaomi lagi. Bagaimana yaaaa. Saya sudah jatuh cinta sama Xiaomi sejak masih memakai Lenovo sih. Sulit untuk berpaling hati.
Ternyata saya bukan satu-satunya pengguna Xiaomi yang puas sama gadget yang satu ini. Dari situs Cerita Tanjung saya jadi tahu bahwa ternyata banyak sekali pecinta Xiaomi di luar sana! Di situs ini, tertera alasan mengapa harus memilih Xiaomi. Alasan yang sama dengan saya. Cekidot.
1. Design dan Fitur
Xiaomi memiliki desain yang keren, hampir mirip seperti Iphone dan memiliki fitur yang sangat bagus, salah satunya ya itu tadi theme, account mi, bermacam-macam fitur di cameranya, mi drops, dan masih banyak lagi fitur menarik lainnya.
2. Harga Bersahabat
Harga sesuai dengan spesifikasi yang dimiliki, sesuai dengan camera yang bagus, ram juga besar, minimal yang dipakai Xiaomi yaitu ram 1 Gb, kapan lagi Anda memilik ponsel pintar dengan harga terjangkau.
3. SMS Gratis
Bagi sesama pengguna Xiaomi Anda dapat mengirim sms secara Gratis melalui jaringan data, jadi tanpa mengurangi pulsa utama Anda.
4. Batrai Tahan Lama
Rata-rata produk Xiaomi memiliki ketahan baterai seharian penuh dengan penggunaan browsing dan lain-lain.
5. Update MIUI
Tersedia update ROM untuk memperbaiki masalah yang kurang baik dari Xiaomi dan juga memberikan fitur-fitur baru.
Pilihan saya memang tepat. Saya memilih barang yang berkualitas, harga yang masuk akal, kepuasan maksimal. Ini tidak berlaku pada semua orang. Jadi, kalau kalian tidak setuju dengan pendapat saya tentang Xiaomi, silahkan bikin artikel sendiri tentang gadget andalan kalian. Karena soal selera adalah hak pribadi masing-masing manusia *duileeeeeh*
Bagaimana dengan kalian?
Salam Xiaomi!