#PDL adalah Pernah Dilakukan. Tulisan ringan tentang apa saja yang pernah saya lakukan selama ini, terutama tentang perjalanan ke tempat-tempat di Pulau Flores dan di luar Kota Ende.
Cerita cuti 2017 kemarin, saya sempatkan pergi ke suatu lokasi wisata baru yang ramai dikunjungi justru oleh penduduk Kabupaten Ende (belum ramai oleh wisatawan asing, waktu itu, mungkin sekarang sudah mulai ramai sama wisatawan asing). Namanya Hutan (wisata) Pinus di Kajundaru, Desa Kebesani. Orang-orang menyebutnya Hutan Pinus Kebesani. Dari Kota Ende, Jarak lokasi ini sekitar 1,5 sampai 2 jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Lokasinya setelah Kampung Adat Wologai yang pernah terbakar itu.
Pergi ke Kebesani pun tidak terencana. Hanya obrolan ringan lewat WA dengan Yoyok Purnomo. Eh, Minggu di-WA Yoyok, ngajak ke Kebesani. Kami pun ngegas ke sana dengan sepeda motor masing-masing. Meskipun kecepatan Oim Hitup saya agak lemot, tapi lumayanlah masih bisa diajak keluar kota lagi dan lagi padahal hari sebelumnya sudah dipaksa pergi ke Bena yang jaraknya lumayan jauh.
Menurut informasi yang saya peroleh dari blog milik KPH Ende (UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah Ende), keunikan potensi hutan di desa Kebesani adalah adanya hutan alam di sekitar areal tegakan Ampupu. Keduanya berpadu sebagai satu kesatuan bentangan dalam kelompok hutan Kemang Boleng, diapit oleh gunung Keli Ndati di sebelah timurnya dan Keli Lepembusu di sebelah baratnya, serta dusun Wolopaku disebelah selatan dan dusun Nuapu di sebelah utara (Bahasa lokal : Keli = gunung).
Satu potensi yang belum pernah disentuh dan dikelola adalah tegakan Ampupu (Eucalyptus sp.) yang berlokasi di Kajundara, desa Kebesani (Kecamatan Detukeli). Tegakan ini berada dalam areal kelompok hutan Kemang Boleng (RTK. 122) pada fungsi HL. Luas areal tegakan ampupu ini ± 200 hektar. Tegakan ini merupakan hasil kegiatan reboisasi yang dilakukan para pendahulu kehutanan di tahun 70-an. Diperkirakan sekarang telah berumur 40-an tahun.
Tiba di lokasi, kami terpesona oleh hutan pinusnya itu sendiri, dan kabut di sekelilingnya yang kadang nongol kadang menghilang. Di sekitar hutan (bagian dekan jalan) dibangun wahana-wahana yang bisa dipakai buat berpose. Instagramable lah. Ada jembatan kayu, rumah pohon, bangku-bangku kayu, pintu rumah hobit, dan lain sebagainya. Ada punya yang masih dalam tahap pembangunan.
Untuk bisa foto-foto, kami harus mengantri atau bergantian dengan pengunjung lain. Biasa lah, seratus kali jepret tapi hanya dua yang dipakai, lainnya dihapus ha ha ha. Karena pergi bareng Yoyok, jadi fotonya pun bisa gantian.
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi blog yang dikelola oleh KPH Ende.
Saya pikir ini bagus sekali. Bagaimana kita memanfaatkan kekayaan alam, mengelolanya, memanfaatkannya. Hanya saja belum ada karcis masuk dan sampah masih dibuang sembarangan oleh pengunjung. Jadi, kalau kalian datang ke Kabupaten Ende, jangan hanya melihat Danau Kelimutu saja. Sekalian minta sama tour guide atau supir mobil sewaan mengantar kalian ke Kampung Adat Wologai dan Hutan (wisata) Pinus Kebesani. Saya jamin, kalian akan terpesona!
Oh ya, waktu kami pergi ke sana, pengunjungnya rata-rata masih penduduk Kabupaten Ende sendiri. Beberapa masih saya kenal juga. Dunia selebar daun kelor.
Pernah, saya pernah begitu. Sabtu ke Kampung Adat Bena, Minggu ke Kebesani. Kata orang Ende itu 'batu kayu' alias tidak kenal lelah. Tapi menurut saya, selama ada waktu, kenapa tidak? Yuk jalan-jalan. Mumpung weekend!
Salam Kakikereta!
***
Cerita cuti 2017 kemarin, saya sempatkan pergi ke suatu lokasi wisata baru yang ramai dikunjungi justru oleh penduduk Kabupaten Ende (belum ramai oleh wisatawan asing, waktu itu, mungkin sekarang sudah mulai ramai sama wisatawan asing). Namanya Hutan (wisata) Pinus di Kajundaru, Desa Kebesani. Orang-orang menyebutnya Hutan Pinus Kebesani. Dari Kota Ende, Jarak lokasi ini sekitar 1,5 sampai 2 jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Lokasinya setelah Kampung Adat Wologai yang pernah terbakar itu.
Pergi ke Kebesani pun tidak terencana. Hanya obrolan ringan lewat WA dengan Yoyok Purnomo. Eh, Minggu di-WA Yoyok, ngajak ke Kebesani. Kami pun ngegas ke sana dengan sepeda motor masing-masing. Meskipun kecepatan Oim Hitup saya agak lemot, tapi lumayanlah masih bisa diajak keluar kota lagi dan lagi padahal hari sebelumnya sudah dipaksa pergi ke Bena yang jaraknya lumayan jauh.
Menurut informasi yang saya peroleh dari blog milik KPH Ende (UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah Ende), keunikan potensi hutan di desa Kebesani adalah adanya hutan alam di sekitar areal tegakan Ampupu. Keduanya berpadu sebagai satu kesatuan bentangan dalam kelompok hutan Kemang Boleng, diapit oleh gunung Keli Ndati di sebelah timurnya dan Keli Lepembusu di sebelah baratnya, serta dusun Wolopaku disebelah selatan dan dusun Nuapu di sebelah utara (Bahasa lokal : Keli = gunung).
Satu potensi yang belum pernah disentuh dan dikelola adalah tegakan Ampupu (Eucalyptus sp.) yang berlokasi di Kajundara, desa Kebesani (Kecamatan Detukeli). Tegakan ini berada dalam areal kelompok hutan Kemang Boleng (RTK. 122) pada fungsi HL. Luas areal tegakan ampupu ini ± 200 hektar. Tegakan ini merupakan hasil kegiatan reboisasi yang dilakukan para pendahulu kehutanan di tahun 70-an. Diperkirakan sekarang telah berumur 40-an tahun.
Tiba di lokasi, kami terpesona oleh hutan pinusnya itu sendiri, dan kabut di sekelilingnya yang kadang nongol kadang menghilang. Di sekitar hutan (bagian dekan jalan) dibangun wahana-wahana yang bisa dipakai buat berpose. Instagramable lah. Ada jembatan kayu, rumah pohon, bangku-bangku kayu, pintu rumah hobit, dan lain sebagainya. Ada punya yang masih dalam tahap pembangunan.
Untuk bisa foto-foto, kami harus mengantri atau bergantian dengan pengunjung lain. Biasa lah, seratus kali jepret tapi hanya dua yang dipakai, lainnya dihapus ha ha ha. Karena pergi bareng Yoyok, jadi fotonya pun bisa gantian.
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi blog yang dikelola oleh KPH Ende.
Saya pikir ini bagus sekali. Bagaimana kita memanfaatkan kekayaan alam, mengelolanya, memanfaatkannya. Hanya saja belum ada karcis masuk dan sampah masih dibuang sembarangan oleh pengunjung. Jadi, kalau kalian datang ke Kabupaten Ende, jangan hanya melihat Danau Kelimutu saja. Sekalian minta sama tour guide atau supir mobil sewaan mengantar kalian ke Kampung Adat Wologai dan Hutan (wisata) Pinus Kebesani. Saya jamin, kalian akan terpesona!
Oh ya, waktu kami pergi ke sana, pengunjungnya rata-rata masih penduduk Kabupaten Ende sendiri. Beberapa masih saya kenal juga. Dunia selebar daun kelor.
Pernah, saya pernah begitu. Sabtu ke Kampung Adat Bena, Minggu ke Kebesani. Kata orang Ende itu 'batu kayu' alias tidak kenal lelah. Tapi menurut saya, selama ada waktu, kenapa tidak? Yuk jalan-jalan. Mumpung weekend!
Salam Kakikereta!
Oh ternyata danau Kelimutu yg terkenal itu di Ende toh....
BalasHapusHutan pinus seluas 200 h pastinya sejuk tempatnya dan seru utk diekplore.
Iya Mas Aris, Danau Kelimutu itu di Ende heheheh di mana lagi, coba :D
Hapus