Kewirausahaan sedang sangat digalakkan. Bahkan Universitas Flores punya Kantor Kewirausahaan, semacam lembaga yang mengurusi hal-hal berbau kewirausahaan. Kenapa kewirausahaan yang bahasa ketjenya entrepreneurship (CMIW) harus digalakkan? Karena biaya hidup semakin tinggi sedangkan lapangan pekerjaan semakin sempit, apalagi quota PNS yang semakin sedikit. Coba bayangkan angka lulusan SMA dan/atau perguruan tinggi yang begitu banyak, sangat tidak sebanding dengan lowongan pekerjaan yang ada. Ada pula lowongan pekerjaan, tapi tidak sesuai dengan jurusan pendidikan yang telah mereka tempuh.
Saya selalu tertarik dengan anak-anak muda (bukan berarti saya sudah tua :p) yang berwirausaha. Mereka, yang baru lulus SMA kemudian jadi mahasiswa, punya keinginan kuat untuk menghasilkan uang sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bukan karena orangtua tidak mampu menanggung biaya hidup mereka, tetapi mereka memang punya keinginan untuk berwirausaha. Sebut saja Susi, anak tetangga yang sudah ban hitam kempo, yang saat ini kuliah di Fakultas Ekonomi. Atau, sebut saja Thika Pharmantara, ponakan saya yang gemar nonton drakor yang kini kuliah di Fakultas Hukum Universitas Flores, jualan pulsa dan masih membantu saya nge-craft dan Tutela saya.
Saya, sebagai 'orangtua' yang hampir setiap hari menguping obrolan mereka di teras rumah, terharu. Anak-anak lain, di usia mereka, sedang gemar-gemarnya bersenang-senang, hura-hura, pergi ke kafe, atau berinternet untuk saling memaki. Sangat bangga menghabiskan duit orangtua. Mereka berdua, malah mengobrol di teras rumah, ngalor-ngidul, sambil jempol menari di layar gadget, mengecek pemesanan barang dan pulsa yang mereka jual lewat internet, tepatnya lewat Facebook. Susi bahkan lebih sibuk dari saya dalam soal bertelepon, karena ada saja yang menelponnya untuk bertanya posisi barang pesanan; apakah sudah tiba di Ende atau masih dalam perjalanan dari Surabaya atau Denpasar.
Tentu, saya sebagai orang yang sudah bekerja, tahu persis bagaimana berbelanja. Barang mahal itu tidak harus, tapi bermerek itu kalau bisa sih harus, karena ada harga ada kualitas. Saya tentu mau memakai barang yang meskipun mahal tapi bisa dipakai dalam jangka waktu yang sangat lama. Meskipun saya masih sering tergoda dengan barang-barang murah dan barang-barang second qiqiqiqi. Kadang kan orang bilang begini, "Wih sepatunya jutaan!" padahal mereka tidak tahu, bahwa lebih baik sepatu yang harganya jutaan tapi bisa dipakai nyaris seumur hidup, ketimbang sepatu yang seratusan tapi tiap enam bulan harus diganti sama yang baru. Pilih yang mana, hayo?
Barang yang dijual Susi tentu barang yang cocok dengan kantong pelajar/mahasiswa yang saya duga bisnis dropship. Misalnya sepatu dengan model terbaru seharga Rp 138ribu, atau paketan tas - selempang - dompet yang dihargai hanya Rp 100rb. Saya, tentu saja, suka sekali window shopping haha. Suka melihat-lihat dinding Facebook Susi atau Thika. Pada akhirnya saya juga memesan barang karena terharu. Bagaimana lagi cara kita mendukung wirausahawati muda ini kalau bukan dengan membeli barang dagangan mereka? Thika bakal joget-joget kalau barang dagangannya dari merek Oriflame saya beli satu atau dua.
Keuntungan seratus atau duaratus ribu bagi mereka sudah sangat besar. Kadang-kadang saya ingin memeluk mereka kalau melihat cara mereka menghitung keuntungan dari penjualan barang lewat internet itu. Mereka melakukan apa yang juga saya lakukan melalui toko online :D
"Susye, untungnya berapaan?"
"Lumayanlah, Encim. Bisa buat beli pulsa, buat beli barang, tidak minta lagi di Bapa Mama. Bisa beli sendiri."
Saya tertarik dengan anak-anak muda yang berwirausaha (bukan kalimat pengulangan loh ini) yang memulai semuanya dari nol atau dengan modal kecil. Janganlah kita berpikir tentang pengusaha kafe keren yang sejak lahir sudah naik mobil. Coba lihat Black Malaka, teman saya yang punya usaha kafe bernama Beth Black. Dari nol dia merintis usahanya itu, dan berkat dukungan teman-teman Beth Black bisa terus ada sampai sekarang, jadi tempat nongkrong sederhana bareng kawan-kawan. Lihat juga bagaimana Susi dan Thika memulai usaha mereka, bahkan Thika dimodali sama kakaknya yang bernama Indri untuk bisa memulai jualan produk Oriflame.
Andaikan saya punya banyak duit, saya tidak akan membantu mereka dengan memberikan pinjaman. Jangan. Saya membantu mereka hanya dengan membeli barang dagangan. Jika mereka meminjam, akan berat untuk mengembalikan apalagi usia mereka masih sangat muda. Ada baiknya mereka tekun dan ulet, agar tahu bahwa keuntungan biarpun sedikit harus disyukuri dan ditabung. Kalau hari ini hasilnya sedikit, berarti besok harus lebih giat. Bukan begitu?
Soal menabung juga penting. Saya selalu tekankan kepada mereka, jika sedang bergabung dalam obrolan muda mereka, bahwa menabung itu tidak perlu karena kelebihan duit atau harus banyak. Kalau banyak, bukan menabung namanya, tapi langsung mendeposito :p hahaha. Menabung itu banyak opsinya. Bisa nabung di bank, bisa nabung di koperasi, bisa juga nabung di Pegadaian. Iya, kan sekarang di Pegadaian juga sudah ada tabungan emas. Coba deh cari tahu bagaimana menabung emas, sebagai investasi jangka panjang, dan manfaat yang kelak diperoleh. Setidaknya Indra dan Thika sudah punya tabungan, salah satunya tabungan emas. Karena menabung itu penting.
Dari wirausaha sampai menabung. Ah, postingan saya memang galau, kadang-kadang. So, mari kita dukung yang muda-muda, mereka yang mau berwirausaha dengan modal nol, modal minim, atau bahkan modal nekat.
Salam wirausaha!
Saya selalu tertarik dengan anak-anak muda (bukan berarti saya sudah tua :p) yang berwirausaha. Mereka, yang baru lulus SMA kemudian jadi mahasiswa, punya keinginan kuat untuk menghasilkan uang sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bukan karena orangtua tidak mampu menanggung biaya hidup mereka, tetapi mereka memang punya keinginan untuk berwirausaha. Sebut saja Susi, anak tetangga yang sudah ban hitam kempo, yang saat ini kuliah di Fakultas Ekonomi. Atau, sebut saja Thika Pharmantara, ponakan saya yang gemar nonton drakor yang kini kuliah di Fakultas Hukum Universitas Flores, jualan pulsa dan masih membantu saya nge-craft dan Tutela saya.
Saya, sebagai 'orangtua' yang hampir setiap hari menguping obrolan mereka di teras rumah, terharu. Anak-anak lain, di usia mereka, sedang gemar-gemarnya bersenang-senang, hura-hura, pergi ke kafe, atau berinternet untuk saling memaki. Sangat bangga menghabiskan duit orangtua. Mereka berdua, malah mengobrol di teras rumah, ngalor-ngidul, sambil jempol menari di layar gadget, mengecek pemesanan barang dan pulsa yang mereka jual lewat internet, tepatnya lewat Facebook. Susi bahkan lebih sibuk dari saya dalam soal bertelepon, karena ada saja yang menelponnya untuk bertanya posisi barang pesanan; apakah sudah tiba di Ende atau masih dalam perjalanan dari Surabaya atau Denpasar.
Tentu, saya sebagai orang yang sudah bekerja, tahu persis bagaimana berbelanja. Barang mahal itu tidak harus, tapi bermerek itu kalau bisa sih harus, karena ada harga ada kualitas. Saya tentu mau memakai barang yang meskipun mahal tapi bisa dipakai dalam jangka waktu yang sangat lama. Meskipun saya masih sering tergoda dengan barang-barang murah dan barang-barang second qiqiqiqi. Kadang kan orang bilang begini, "Wih sepatunya jutaan!" padahal mereka tidak tahu, bahwa lebih baik sepatu yang harganya jutaan tapi bisa dipakai nyaris seumur hidup, ketimbang sepatu yang seratusan tapi tiap enam bulan harus diganti sama yang baru. Pilih yang mana, hayo?
Barang yang dijual Susi tentu barang yang cocok dengan kantong pelajar/mahasiswa yang saya duga bisnis dropship. Misalnya sepatu dengan model terbaru seharga Rp 138ribu, atau paketan tas - selempang - dompet yang dihargai hanya Rp 100rb. Saya, tentu saja, suka sekali window shopping haha. Suka melihat-lihat dinding Facebook Susi atau Thika. Pada akhirnya saya juga memesan barang karena terharu. Bagaimana lagi cara kita mendukung wirausahawati muda ini kalau bukan dengan membeli barang dagangan mereka? Thika bakal joget-joget kalau barang dagangannya dari merek Oriflame saya beli satu atau dua.
Keuntungan seratus atau duaratus ribu bagi mereka sudah sangat besar. Kadang-kadang saya ingin memeluk mereka kalau melihat cara mereka menghitung keuntungan dari penjualan barang lewat internet itu. Mereka melakukan apa yang juga saya lakukan melalui toko online :D
"Susye, untungnya berapaan?"
"Lumayanlah, Encim. Bisa buat beli pulsa, buat beli barang, tidak minta lagi di Bapa Mama. Bisa beli sendiri."
Saya tertarik dengan anak-anak muda yang berwirausaha (bukan kalimat pengulangan loh ini) yang memulai semuanya dari nol atau dengan modal kecil. Janganlah kita berpikir tentang pengusaha kafe keren yang sejak lahir sudah naik mobil. Coba lihat Black Malaka, teman saya yang punya usaha kafe bernama Beth Black. Dari nol dia merintis usahanya itu, dan berkat dukungan teman-teman Beth Black bisa terus ada sampai sekarang, jadi tempat nongkrong sederhana bareng kawan-kawan. Lihat juga bagaimana Susi dan Thika memulai usaha mereka, bahkan Thika dimodali sama kakaknya yang bernama Indri untuk bisa memulai jualan produk Oriflame.
Andaikan saya punya banyak duit, saya tidak akan membantu mereka dengan memberikan pinjaman. Jangan. Saya membantu mereka hanya dengan membeli barang dagangan. Jika mereka meminjam, akan berat untuk mengembalikan apalagi usia mereka masih sangat muda. Ada baiknya mereka tekun dan ulet, agar tahu bahwa keuntungan biarpun sedikit harus disyukuri dan ditabung. Kalau hari ini hasilnya sedikit, berarti besok harus lebih giat. Bukan begitu?
Soal menabung juga penting. Saya selalu tekankan kepada mereka, jika sedang bergabung dalam obrolan muda mereka, bahwa menabung itu tidak perlu karena kelebihan duit atau harus banyak. Kalau banyak, bukan menabung namanya, tapi langsung mendeposito :p hahaha. Menabung itu banyak opsinya. Bisa nabung di bank, bisa nabung di koperasi, bisa juga nabung di Pegadaian. Iya, kan sekarang di Pegadaian juga sudah ada tabungan emas. Coba deh cari tahu bagaimana menabung emas, sebagai investasi jangka panjang, dan manfaat yang kelak diperoleh. Setidaknya Indra dan Thika sudah punya tabungan, salah satunya tabungan emas. Karena menabung itu penting.
Dari wirausaha sampai menabung. Ah, postingan saya memang galau, kadang-kadang. So, mari kita dukung yang muda-muda, mereka yang mau berwirausaha dengan modal nol, modal minim, atau bahkan modal nekat.
Salam wirausaha!