Photo by David Mossar. Om Wangga, ODGJ yang dipasung.
Intro:
Sejak Bulan September 2016 saya membantu Oma Mia Gadi Djou untuk menuangkan tulisan beliau (dari sebuah buku catatan) ke lembar-lembar dokumen word. Itu merupakan buku kumpulan tulisan tentang para ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) yang pada tanggal 9 Januari 2017 di-launching kecil-kecilan oleh Kelompok Arisan Widow-wati. Di dalam buku yang berjudul "Mereka Ada Di Sekitar Kita" tersebut, memuat kisah beberapa ODGJ yang sebagian saya kenal seperti Mese, Oa (Tanta Ramanda), hingga yang tidak saya kenal seperti Sitti, Maria Bi, atau Usi Kuji. Kata Oma, hasil penjualan buku tersebut akan disumbangkan untuk ODGJ yang pengelolaannya dilakukan oleh KKI (Kelompok Kasih Insani) dengan pimpinan Pater Avent Saur.
Seorang Oma Mia, yang sudah berusia lanjut, masih punya kemauan keras untuk membantu orang lain yang nasibnya sangat jauh dari kata beruntung. Bagaimana dengan kita yang (mengaku) masih muda? Kita yang masih kuat tangan dan kaki ini? Coba pikir, dan ini sangat mengganggu saya, salah satu ODGJ perempuan bahkan ada yang hamil dalam pengembaraannya. Yang gila si ODGJ atau laki-laki yang tega menghamilinya? Dunia ini kejam yaaa ... bukannya membantu malah menghamili.
Sebelumnya, saya juga sudah sering mendengar tentang KKI, tentang perjuangan mereka untuk membantu para ODGJ baik dari makanan maupun obat, juga dari segi pendampingan. KKI memang bisa 'jalan sendiri' tapi tentunya mereka membutuhkan juga dukungan dari kita semua. Kita, masyarakat Ende yang mengaku bangga pada kota tempat butir-butir Pancasila direnungkan oleh Bung Karno. Saya pikir, kalau kita mau - kita pasti bisa. Kalau kita mau mendukung dan membantu KKI, kita pasti bisa mencari tahu bagaimana caranya dan apa saja yang bisa kita lakukan.
Come on ...
Kita pasti bisa.
***
Gara-gara Kamis kemarin sepulang dari Detusoko saya dan David mampir di rumah dua ODGJ, lantas David meng-uplad foto-fotonya, maka timeline di Facebook semakin ramai dengan obrolan tentang ODGJ ini. Dan hasil komen-mengomen, pada akhirnya saya pun sepakat untuk mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh KKI. Senang sekali kemudian melihat teman-teman lain menyatakan keikutsertaan mereka seperti Abang Arifin Sudrasman, Abang Muhammad Nurdin, Armando Abdullah, dan tentu saja David Mossar juga heheh. Saya terharu.
Hari ini, Sabtu 14 Januari 2016, saya mengikuti kegiatan KKI (Kelompok Kasih Insani) yang dipimpin oleh Pater Avent Saur. Check point di Toko Centro untuk mengambil logistik (nasi bungkus yang akan dibagikan untuk para ODGJ dalam kunjungan hari ini). Karena terlambat maka saya harus menghubungi Abang Arifin dulu untuk bertanya lokasi mereka. Maklum, saya sendiri belum menyimpan kontak teman-teman soalnya gadget andalan mati total dan nomor kontak ngikut gadget andalan itu.
Dari Toko Centro, ketika saya tiba teman-teman ternyata sudah berangkat menuju titik pertama yaitu di Pasar Wolowona. Di Pasar Wolowona, arah timur Kota Ende, pada bagian belakang pasar, ada dua ODGJ yang sehari-hari ngetem di situ. Salah satunya bernama Om Rafel (kalau saya tidak salah dengar). Teman-teman KKI membagikan nasi bungkus, bahkan menyuapi mereka makan, kemudian mengobrol. Jika diajak mengobrol, mereka lumayan nyambung. Namun kalau tidak diajak mengobrol, mereka berbicara pada diri sendiri (ada juga yang diam saja). Kondisi mereka? Ya, seperti itulah ODGJ yang ada di jalanan ini. Mereka jarang (atau hampir tidak pernah?) mandi, compang-camping, dan terkesan tidak peduli pada sekitar.
Perjalanan kami lanjutkan ke Simpang Lima. Di sana juga ada dua ODGJ. Satunya berpakaian mirip tentara, memakai topi, dan dia lebih komunikatif ketika Pater Avent mengajaknya mengobrol. Saya melihat dari jauh karena sudah banyak teman yang mengerumuninya. ODGJ satunya lagi duduk di samping tempat sablon (masih di titik yang sama). Dia, agak berbahaya, memegang parang (golok). Agak takut saya melihatnya. Namun, dengan penuh kesabaran Pater Avent mendekatinya dan mengajaknya mengobrol. Nasi bungkus dibagikan. Si ODGJ pergi ke taman bagian tengah Simpang Lima untuk berteduh. Beberapa teman menyusulinya ke sana dan Alhamdulillah parang yang dia pegang bisa diamankan oleh David.
Berdekatan dengan Simpang Lima, di Jalan Ahmad Yani, ada seorang ODGJ yang satu kakinya dirantai. Hans, nama ODGJ ini, dirantai di dalam sebuah kamar yang bersih di bagian belakang rumah orangtuanya. Orangtuanya menyambut kedatangan kami dengan ramah. Bagi teman-teman KKI ini bukanlah kunjungan pertama sehingga mereka telah saling kenal. Lagi-lagi saya tidak masuk ke kamar karena sudah banyak teman di sana. Di luar kamar saya berkesempatan mengobrol dengan Bapaknya Hans. Bapak bercerita awal mula Hans mengalami gangguan ini, "Hanya karena lambung (maag), dia muntah-muntah, besoknya sudah begitu ..."
Hans mengalami muntah-muntah. Diperiksa lengkap secara medis, tidak ada satupun penyakit, hanya maag saja. Setelah hari itu hidup Hans berubah. Padahal waktu itu dia masih SMA, kuat, sehat, dan masa depannya masih panjang. Bapak bercerita, bahwa Hans pernah sembuh selama tujuh bulan. Lantas, kenapa kambuh lagi? "Dia diajak mancing sama Om-nya, besoknya dia langsung kena lagi." Saya sempat bertanya saat si Hans kambuh, yaitu mengamuk sampai membawa parang segala, apakah ada keluhan yang keluar dari bibirnya? Misalnya ada suara-suara di kepala atau apalah ... kata Bapak, "Tidak ada ... dia begitu saja ... mengamuk tidak jelas."
Ada tetangga yang mengeluhkan sikap Hans yang berkeliaran, kadang mengamuk, apalagi sambil membawa parang, kepada Bapak. Dan Bapak pun menjadi kuatir jika harus meninggalkan rumah untuk waktu yang lama. Oleh karena itu, dengan hati yang sangat berat Bapak harus merantai Hans. Awalnya kedua tangan-kaki Hans dirantai tapi sekarang hanya salah satu kakinya saja yang dirantai. Tadi saya lihat ruangannya bersih, dan si Hans sendiri juga bersih sekali.
Di rumah Hans ini, pertahanan saya bobol.
Mata saya memanas.
Tuhan, hidup saya jauh lebih beruntung. Otak dan jiwa saya masih bisa diajak berkompromi. Tapi mereka? Para ODGJ itu tidak mampu berkompromi bahkan dengan dirinya sendiri. Dunia mereka adalah dunia pengembaraan yang tidak tentu arah. Dunia mereka adalah dunia yang kadang tidak dapat kita maklumi. Tapi, kita yang dianugerahi kehidupan yang layak ini, apakah tega melihat mereka dan berdiam diri? Bukankah kita punya tangan-kaki yang masih dapat dipergunakan untuk kebaikan? Bahkan, jemari kita pun masih bisa dipakai untuk membagi kisah mereka lewat tulisan?
Kawan, saya memang bukan orang super kaya apalagi dermawan. Saya hanyalah orang biasa yang perasaannya seperti diperas ketika melihat para ODGJ, apalagi jika ODGJ dipasung di dalam bilik yang berdekatan dengan kandang babi? Atau melihat ODGJ yang salah satu kakinya dipasung seperti foto di dalam tulisan ini? Mari, kawan, kita bantu mereka. Lewat donasi juga boleh, lewat kunjungan langsung juga boleh. Kita peduli, saya yakin itu ... Nanti rekening KKI akan saya tanyakan pada Pater Avent. Siapa tahu teman-teman mau membantu, berapa pun itu, dapat langsung ditransfer ke rekening yang ditentukan oleh KKI.
Saya pikir kita harus mengucapkan Alhamdulilla atas segala hal yang kita alami, apalagi jika kita masih waras, apalagi jika kita pun bukan orang-orang yang hidupnya terzolimi akibat negaranya masih berperang.
Mari ...
Cheers.
Saya pikir kita harus mengucapkan Alhamdulilla atas segala hal yang kita alami, apalagi jika kita masih waras, apalagi jika kita pun bukan orang-orang yang hidupnya terzolimi akibat negaranya masih berperang.
Mari ...
Cheers.