Gambar diambil dair sini.
Saya pernah menulis tentang kebiasaan setiap sebelum
tidur malam yaitu membaca pelbagai artikel di internet. Jika ditanya lima kata kunci terfavorit maka jawaban saya
adalah unik-aneh, teknologi, agama, misteri, dan rahasia. Pencarian informasi
terkait kata-kata kunci tersebut menghantar saya pada website/blog popular,
pemburu klik (ini semacam sebuah industri yang berkembang sangat pesat), hingga
yang ecek-ecek (karena pemilik blog
jenis ecek-ecek ini hanyalah plagiator
tukang comot artikel).
Tahukah kalian apa yang paling menarik dari sebuah
konten website/blog? KOMENTAR. Ya! Komentar. Berdasarkan pengamatan pribadi, para
komentator itu dapat dibagi dua. Yang pertama: komentator cerdas. Yang kedua:
komentator ngawur bin ndablek. Dua
jenis komentator ini pun dapat ditemui di pelbagai micro-blogging contohnya seperti Facebook. Untuk komentator jenis
kedua saya mengambil kesimpulan bahwa high-technology
yang tidak diimbangi dengan smart-people
akan membawa dunia pada jaman kemunduran. Perihal ini akan saya posting terpisah.
Bagaimana mengenal ciri dua jenis komentator tersebut
di atas?
Komentator
Cerdas
Ciri komentator cerdas adalah selalu membaca tulisan
dengan seksama lantas menulis komentar yang sesuai dengan tulisan yang
bersangkutan. Dia tidak menghakimi meskipun jika ada tulisan/sumber yang salah
namun akan menulis (perbaikan/ralat sebagai masukan untuk pemilik tulisan)
dengan bahasa yang enak sehingga tidak menyakiti kalangan manapun.
Komentator
Ngawur bin Ndablek
Kalau saya bilang: PARAH! Komentator ngawur bin ndablek ini benar-benar bikin keki.
Ciri umumnya ada dua. Ciri pertama: sok-tahu, sok meluruskan, padahal apa yang
dia luruskan sudah tertulis dengan jelas hanya saja dia tidak membacanya dengan
teliti. Ciri kedua: nah ciri kedua ini merupakan turunan dari ciri pertama
yaitu postingan ke manaaaaaa, komentarnya ke manaaaaa. Beberapa yang saya temui
justru membikin saya ngakak tengah malam dan tidak jadi tidur saking gelinya
membaca komentar mereka.
Contoh 1:
Isi tulisan membahas tentang Katedral Palermo di
Sisilia yang berkubah hijau dan bersanding dengan dua menara mirip masjid. Pada
jaman Byzantium, ratusan tahun yang lalu, gereja itu adalah sebuah masjid
(sumber dari buku Berjalan di Atas Cahaya
oleh Hanum Salsabiela Rais).
Fulan:
masa sich?
Falan:
pada Allah SWT seharusnya kita percaya.
Filin:
betul Mister Falan, tulisan-tulisan semacam ini menyesatkan.
Terlihat jelas Fulan tidak cukup punya pengetahuan
atau tidak mau mencari informasi yang sama di buku-buku maupun internet untuk berkomentar yangmana
komentarnya akan membuat orang lain memandang dirinya ndablek, komentar oleh Falan
melenceng jauh dari tulisan karena semua umat beriman tentu percaya pada Allah
SWT (Tuhan) dan bisa memicu ngawur yang lain oleh si Filin—sebenarnya yang
sesat itu siapa sih?
Contoh 2:
Isi tulisan membahas tentang agama dari penulis; hari
raya, dan lain-lainnya.
Fulan:
kami tidak percaya Tuhan loeeeeeee!!!!!
Falan: di
dalam kitab kami ... bla bla bla ... whuz whuz whuz ...
Filin:
ngawur lu!!!! Berani-beraninya serang agama kami!!!
Dan komentar-komentar lainnya yang bikin merinding.
Para komentator ngawur bin ndablek
ini dasarnya memang buta huruf atau buta iman sih? Isi tulisannya ke manaaaa,
komentarnya ke manaaaa.
Contoh 3:
Isi tulisan tentang review sebuah film yang
diangkat dari kisah nyata. Penulis menulisnya dengan sangat apik dan dilengkapi
dengan informasi dari literatur-literatur paling kompeten. Apakah masih ada
komentar dari para komentator ngawur untuk tulisan bagus seperti itu? TENTU
ADA! Haha.
Fulan:
setahu saya tokoh Mister A di dalam film itu
tersesat di dalam hutan karena lupa membawa kompas, bukan karena tidak bisa
membaca peta. Coba nonton baik-baik lagi, bung!
Falan: review
apaan nih? JELEK!
Filin: jual
obat kuat aneka rasa bla bla bla ... whuz whuz whuz ...
Astaga. Fulan jelas-jelas tidak membaca keseluruhan
tulisan atau hanya ingin terlihat paling tahu dan paling benar, padahal
jelas-jelas di dalam tulisan itu terdapat kalimat “Mister A tersesat di dalam
hutan karena lupa membawa kompas, dan karenanya dia bingung menentukan arah
mata angin untuk bisa membaca peta.” Kalau Falan sih saya bingung bagaimana
mendefenisikannya atas komentarnya tersebut. Sedangkan Filin adalah fenomena
komentar blog pada jaman kekinian
yang dipenuhi tawaran ini itu (spam comment).
Inilah yang saya sebut dengan fenomena gagal paham
yang membuat mereka terlihat sangat ngawur dan ndablek. Mereka gagal memahami
tulisan orang lain, maksud, dan tujuannya, sehingga seenak udel menulis
komentar semacam itu. Mereka tak akan pernah memedulikan perasaan penulis
maupun komentator cerdas (jika ada yang coba melerai jika terjadi perang
komentar) karena menganggap diri merekalah yang paling benar, bahkan mereka
akan membelokkan lagi komentar balasan dengan kalimat-kalimat yang tidak perlu.
Dan yang membuat saya bertanya-tanya adalah siapa sih yang mensponsori mereka
hingga tega berkomentar seperti itu? Ah, oke, pertanyaan saya memang salah ... karena pertanyaan saya sepertinya
mengarah pada konspirasi. Tapi kalau melihat komentar-komentar berbau SARA-gangbang seperti itu rasa-rasanya sedang ada dalang di belakang semua komentar itu.
Jika ada yang tidak percaya pada postingan saya ini, cobalah Googling dan temukan sendiri. Kalian
pasti terbahak-bahak membaca komentar-komentar oleh para komentator ngawur bin ndablek yang kian hari kian
menjamur.
Menulis ini saya jadi ingat masa-masa awal ngeblog (2002). Waktu itu semua blogger yang mengomentari tulisan kita
adalah komentator cerdas. Mereka memberikan dukungan yang luar biasa, atau
memberikan nasihat yang tidak terkesan menggurui atau sok-tahu. Esensinya jauh
berbeda dengan jaman kekinian. Jujur, saya merindukan teman-teman blogger yang rela membaca tulisan kita
dan memberi komentar yang pantas; kalaupun dikritik, tentunya kritikan tersebut
bersifat membangun.
Saya juga pernah sekali salah komentar di postingannya
Babang @indobrad. Waktu itu memang tergesa-gesa dan membuat saya jera untuk
tergesa-gesa. Jika memang tidak bisa berkomentar, sebaiknya saya tidak
berkomentar. Jika ingin berkomentar, sebaiknya saya pahami betul tulisan yang
saya baca. Sederhana.
Wassalam.