Mengambil foto ini dari Google.
Tadi malam saya menonton ‘Chef’. Sebuah film rilisan
tahun 2014 yang sudah pernah saya tonton sekitar duapuluh tiga kali, di laptop maupun di teve. Tidak ada bedanya
nonton di laptop atau teve kecuali
ukuran layarnya saja. Hehe. Intinya adalah apapun yang berkaitan dengan
masak-memasak selalu membuat kepala saya bergelombang. Apalagi ‘Chef’
mengajarkan penontonnya untuk mampu mengendalikan diri terhadap hasrat memasak
dan bagaimana kita bisa menerima kritikan dari sudut pandang positif.
Saya kira ketergantungan saya dengan dunia
masak-memasak ini bermula dari permainan Diner Dash, Cooking Dash, dan
koleganya. Lantas berlanjut dengan tayangan ‘DC Cupcakes’ dari channel Star World dan ‘Eat Street’ dari
channel National Geographic People.
Perihal ‘DC Cupcakes’ saya sampai rela mengirim e-mail pada admin website-nya
atas kekaguman saya pada daya kreatifitas tertinggi dua pemilik DC Cupcakes
itu. Selain Cooking Academy, pasar android mengakomodir hasrat saya dengan
menyediakan permainan Cooking Fever. Masih kurang? Ada lagi nih yang membikin
saya klepek-klepek sama dunia masak-memasak yaitu ... eng ing eng ... David
Roco! Yuhuuu! He’s so rock!
Kembali ke food’s
truck. Percaya tidak percaya saya punya mimpi untuk membeli sebuah truk,
atau caravan, atau combi sekalian, haha. Lantas truk itu akan saya upgrade menjadi truk makanan yang
menyediakan makanan cepat saji yang lezat karena hot from the oven, baby! Tapi jenis makanannya yang berubah. Bukan
sekadar sandwich, hotdog, burger, kentang goreng, atau creepes,
tapi ini makanan lokal dari Ende. A-ha. Mimpi saya semakin binal menari salsa.
Makanan lokal pilihan saya adalah alu ndene. Kok hanya satu? Pasti truk makanan saya bakal sepi.
Tunggu dulu, sobat *tsah, sobat* hihi. Alu
ndene yang lezat itu akan saya kreasikan: lebih tipis seperti taco, atau tetap seperti bentuknya
sekarang namun varian rasanya ditambah. Misalnya alu ndene ayam, alu ndene
sapi, alu ndene keju, alu ndene super pedas, alu ndene manis manja grup, dan alu ndene veggy (khusus vegetarian
maksudnya) hahaha.
Di dalam truk makanan saya hanya akan ada empat
pekerja. Saya sendiri, Sampeth, Cahyadi, dan Indra. Kami akan bekerja sama,
bahu-membahu, dan tidak boleh mengeluh, melayani para pembeli yang berjubel di
depan truk makanan yang akan saya beri nama: T-FRUCK ... Tuteh Food’s Truck. Caelaaah. Gaya juga namanya.
T-FRUCK akan berkenala dari ujung ke ujung Pulau Flores. Oleh karena itu kami
harus memesan sebanyak-banyaknya tepung hasil perasan wa’ai ndota (ubi cincang) atau biasa kami sebut tapioka ubi,
menyiapkan ayam panggang, menyiapkan daging asap dan bahan-bahan pendukung lain
seperti saos, kecap, tomat segar, timun segar, seledri, dan sebagainya, dan
seterusnya, dan lain-lain.
Sepertinya hidup menjadi lebih mudah ...
Tapi sayang ... itu hanya mimpi gara-gara keranjingan
nonton acara masak-memasak dan bermain permainan memasak (dan melayani).
*elap keringat*
Tapi setidaknya kita punya mimpi (ini pesan
pentingnya). Mimpi bisa menjadi hulu dari segala kejadian dalam hidup kita.
Mimpi punya Nikon D5300, misalnya, harus lebih giat memeras keringat. Mimpi body lebih langsing, harus rajin
berolahraga (diet sih boleh juga). Mimpi menikahi Brad Pitt ... ini mimpi yang
harus disadari secepatnya bahwa tidak akan menjadi nyata selama aktris
Hollywood di sana masih cantik-seksi-jelita. Hihi. Mimpi saya punya truk
makanan memang ketinggian. Tapi seperti kata ... saya lupa ini katanya siapa
... bermimpilah setinggi langit karena jika jatuh, kau akan jatuh diantara
bintang-bintang. Ajeb. Ah, sepertinya itu katanya Bung Karno. Kalau saya salah,
tolong koreksi.
Baiklah. Mari bermimpi, sobat!
Wassalam.
Mimpinya banyak banget, Kaak. Itu boboknya pasti lamaaa. Hahaha
BalasHapusYuuuk, satu2 diwujudkan mimpinya. Sini tak bantu peras keringat. :D
emang tuteh bisa masak??? :-?
BalasHapusketika kita mimpi,
BalasHapusbangun dan wujudkan mimpi kita
bukannya mimpi dan dibawa tidur
Terimakasih, Semoga Bermanfaat
BalasHapus