Gambar diambil dari sini.
*batuk-batuk*
Coba deh dicari ke padang savana, mungkin si skripsi main layangan di
sana. Atau coba cari di bioskop, kali-kali aja si skripsi malah asyik nonton
Minions. Hihihi.
Saya dan teman-teman sekelas pernah berdiskusi perihal skripsi padahal
sekarang kami masih semester lima. Duileeeh ... semester lima. Haha. Tapi tidak
menutup kemungkinan kita mulai coba membuat proposal skripsi bukan? Tiga judul
loh yang harus diajukan (meskipun hanya satu yang disetujui kelak) dan untuk
mencari judul yang tepat saja masih banyak yang pusing tujuh lapis langit.
Pidana, perdata, atau bisnis?
Saya ingin mengambil perdata. Kemudian saya coba bertanya pada Ibu
Titin Bagenda, Kaprodi Ilmu Hukum, tentang sebuah judul.
“Bu, kalau saya ambil judul
Mengadvokasi Masyarakat Melalui Media Sosial, bagaimana?”
Ibu Titin mengerut kening, “ada,
ya, istilah MENGADVOKASI?”
Saya juga ikut mengerut kening. Duh. Ada tidak ya? “Bisa saja, Bu. Atau ... advokasi masyarakat ...” bahaya nih, saya
mulai ragu-ragu.
“Dasar hukumnya?” tanya Ibu Titin.
“UU ITE,” jawab saya. “Tapi UU ITE kan
ada yang ...” aduh, saya mulai bingung.
“Pidana,” jawab Ibu Titin. Tegas. Beliau sendiri dosen perdata.
*saya garuk-garuk kepala*
Kembali pada obrolan bersama teman-teman dengan entengnya saya berkata,
“saya mau ambil pidana ah ... nanti.”
Mereka protes karena katanya saya mau ambil perdata (ini apa sih bahasanya main
ambil-ambil saja). “Pidana itu luas.”
Kata saya. Viktor protes karena meskipun luas tetap saja banyak mahasiswa yang
pada akhirnya mengambil skripsi terkait peraturan lalu lintas dan sebagainya,
dan seterusnya, dan lain-lain. Saya mengusulkan, “kecelakaan pesawat kan bisa? Ambil referensinya dari Fox Crime tuh ada
acara Seconds From Disaster. Ada
juga Air Crash Investigation di NatGeo. Kompleks banget
karena kecelakaan pesawat, dari kasus ke kasus, memang bukan
hanya kelalaian pilot. Trus ada juga tuh tentang lingkungan. Coba nonton
National Geographic bagaimana marahnya Harrison Ford sama Menteri Kehutanan
kita saat mereka berdiskusi soal pembakaran hutan di Pulau Kalimantan yang
tidak ada habis-habisnya itu ...”
Gila. Saya berbicara seperti itu semacam proposal saya kelak langsung
diterima (salah satunya) haha. Tapi setidaknya kami, 5ekawan (saya, Sampeth,
Viktor, Akim, dan Effie) saling memotivasi. Kami harus menumbuhkan rasa percaya
diri bahwa kami bisa. Bisa menemukan judul skripsi yang cocok, yang masuk akal,
dan bisa diterima oleh dosen, pun bisa menyelesaikan skripsi tepat pada
waktunya. Komitmen kami adalah harus diwisuda pada tanggal yang sama. Amin YRA.
Kami bahkan berkomitmen untuk saling membantu (tapi bukan pengalihan pengerjaan
skripsi) dalam menyusun skripsi kelak. Setidaknya ada niat kami untuk
cepat-cepat selesai kuliah. Hihihi.
Judul skripsi bukan perkara sulit ... sebenarnya. Melihat situasi negara
kita, apa-apa saja yang terjadi terkait peraturan perundang-undangan, apa saja
yang terkait hukum, tentu bisa diangkat menjadi sebuah judul skripsi. Tinggal
bagaimana metode dan penelitian kita kelak. Hukum itu luas. Semua aspek hidup
kita diatur oleh hukum ... mencuci piring setelah makan ... misalnya ... adalah
peraturan atau hukum paling dasar di dalam rumah. Hukum itu luas ... tanah,
lingkungan, perkawinan, perikatan, pengangkutan, pelanggaran, tarif dan
retribusi, kos-kosan, pun semuanya diatur oleh peraturan yang jelas dasar
hukumnya.
Jadi, jangan bingung-bingung cari judul skripsi! Pandai-pandai melihat
di sekitar kita ...
Saya tahu ini teori. Paling mudah ditulis. Tapi kalau dipikir-pikir ...
ada benarnya juga. Hehehe.
Wassalam.
Terimakasih, Semoga Bermanfaat
BalasHapus