Ngambil dari Google ini gambarnya. Saya punya kok bukunya cuma lupa foto saja. Haha.
[Catatan: tas-nya donk ... KUNING]
Sudah lama ingin me-review buku ini tapi ada saja kendalanya. Pertama, setelah dibeliin
sama teman yang waktu itu jalan-jalan ke Gramedia di Kupang, saya masih membaca
buku lainnya sehingga terpaksa disimpan di lemari (masih berbungkus plastik). Kedua,
setelah lama ngetem di lemari buku saya masih juga sibuk pergi ke luar kota
untuk pekerjaan si #KuliKamera. Wah, kalau terlalu lama dibiarkan bisa rugi. Iya!
Rugi banget kalau sampai tidak membaca buku ini. Alhamdulillah … akhirnya kesampaian juga niat saya membaca dan me-review buku ini. Rasanya seperti sedang
membaca ‘99 Cahaya di Langit Eropa’ namun dengan bumbu yang berbeda.
‘Berjalan Di Atas Cahaya’ (BDAC) merupakan buku
catatan perjalanan Hanum Salsabiela Rais bersama tim ketika sedang bekerja
alias melakukan peliputan untuk program Ramadhan sebuah stasiun teve swasta Indonesia.
Lokasi liputannya adalah Eropa, sasaran liputannya adalah kaum Muslim yang
hidup di benua itu beserta segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan
berhijab (yang pasti mereka tahu hijab = Muslim). Kaum Muslimnya pun bukan
semata-mata yang lahir dan besar di Eropa melainkan juga Orang Indonesia! Seperti
Bunda Ikoy … misalnya. Hmm. Nampaknya stigma Muslim = teroris masih saja
menghantui mereka meskipun teknologi yang mereka gunakan milyaran persen di
atas teknologi manusia gua.
BDAC melibatkan dua kontributor lain yaitu Tutie
Amaliah dan Wardatul Ula meskipun Hanum masih mendominasi dengan kisah-kisah
ajaibnya. Saya jamin kalian akan sangat kaya pengetahuan setelah membaca BDAC. Salah
satu yang paling saya gemari adalah ‘Fenomena Gajah Terbang’. Bagaimana kita,
manusia yang berdosa ini, paling sering terkena sindrom fenomena gajah terbang.
Meskipun kita tahu tidak ada gajah yang bisa terbang tapi begitu dengar
kalimat, “lihat, gajah terbang!” pasti kepala langsung mendongak ke langit. Hehe.
Artinya, janganlah langsung berpendapat pada sesuatu berdasarkan pendapat orang
lain. Ah, keren sekali deh.
Kisah lain yang juga tak kalah seru adalah
tentang Nur Dann. Si cantik ini berdakwah dengan cara nge-rap! Yoo-hoo. Karena Hanum
juga melampirkan foto si Nur Dann, saya ternganga. Amboy, cantik sekali lah
dia. Kisah lainnya adalah tentang Bunda Ikoy; Orang Indonesia yang sukses
bekerja di perusahaan jam kelas dunia. Ya, mereka berjuang untuk bekerja dan
hidup baik di tanah sekuler tersebut tanpa harus melepaskan hijab sebagai jati
diri ke-Islam-annya. Taruhannya adalah iman. Sanggupkah kita menjaga iman ini
tetap seperti yang kita inginkan?
Meskipun tidak ada kisah tentang Hagia Sophia
namun kita dapat melihat jejak Islam di tanah Eropa lewat tulisan berjudul ‘Tapak
Kemuliaan di Sisilia’. Oh ya, salah satu kisah yang menurut saya cukup menggelitik
adalah ‘Pahlawanku Si Cadar Hitam’ yang ditulis oleh Tuti. Waktu itu Tuti
terbang ke Wina untuk menyusuli suaminya. Dalam perjalannya itu dia bertemu
seorang perempuan bercadar. Tanpa disadari sejak di dalam pesawat sampai saat
mengambil bagasi pun Tuti banyak ditolong oleh perempuan bercadar tersebut. Bagian
menggelitiknya adalah ketika mereka tiba di loket imigrasi. Perempuan bercadar
tersebut bertukar tempat dengan Tuti. Alasannya? Petugas bandara ‘senang’
dengan perempuan bercadar dan pasti akan menjalani pemeriksaan lebih lama dari
perempuan yang tidak berhijab apalagi bercara. Haha. Betul-betul, ya … sampai
segitunya … sampai si perempuan bercadar itu paham sendiri dan tahu bagaimana
dirinya diperlakukan di Eropa.
Perempuan bercadar ini mengingatkan saya akan hablum minannas. Hubungan antara sesama
manusia. Perempuan bercadar (pasti berhijab dan seorang Muslim pula) tidak
sungkan menolong Tuti yang waktu itu belum berhijab tanpa melihat latar
belakang apapun. Si bercadar hanya ingin menolong Tuti yang waktu itu kerepotan
dengan membawa bayi dalam gendongan.
S U B H A N A L L A H !
Jadi demikianlah BDAC yang sudah saya baca dan
sukses menjangkiti teman-teman lain. Hehe. Mereka juga membacanya dan
pengakuannya tetap sama. Hanum itu hebat! Tulisan-tulisannya telah menjadi
penerang jiwa siapapun yang membacanya. Dia tidak menggurui, tidak pula merasa
dirinya paling hebat dan suci, dia mengajak kita semua untuk belajar dari siapapun
(bukan hanya dari kaum Muslim) bahwa selalu ada kebaikan di dunia ini. Selalu ada
ketulusan dan cinta di dunia ini. Dan sebagai Muslim, jadilah agen Muslim yang
baik! Alhamdulillah ketika dirimu
seorang Muslim karena itu berarti kau adalah pilihan Allah SWT :)
Saya, kamu, siapapun, adalah agen Muslim :*
Terimakasih, Semoga Bermanfaat
BalasHapus