Di depan ruangan karaoke... cantik ya?
Awal mula ...
Sejak Selasa kemarin empat kampus Universitas Flores lebih sepi, berkebalikan dari hari-hari biasanya. Ya, teman-teman yang tergabung dalam komunitas Dokar (Dosen dan Karyawan Uniflor) sedang mengikuti kegiatan persahabatan di Pulau Adonara. Tidak tanggung-tanggung hampir duaratus orang (gabungan dosen dan karyawan) yang berangkat ke sana. Sebagian lagi tidak ikut ke sana dengan berbagai alasan : mabok perjalanan darat, mau naik sepeda motor tidak ada yang memboncengi, punya anak bayi, ada juga yang karena alasan orangtua tidak bisa ditinggalkan pada waktu yang ditentukan (seperti saya hahaha). Walhasil kami yang tertinggal di kantor berteman sepi. Bahkan Kantin Damai yang cuma lima langkah dari ruang kerja saya pun tutup! Aaaah ... saya merindukan mereka semua kembali dari Pulau Adonara! Terlebih agar kantin segera dibuka kembali agar kami tak perlu membawa bekal dari rumah.
Ada yang bertanya pada saya, "kenapa tidak ikutan? Katanya suka bertualang?"
Saya hanya bisa menjawab, "saya sudah pernah keliling Pulau Adonara dengan pick up sama teman traveler hehehe." Lagi pula saya mau pergi ke Larantuka saat Paskah nanti.
Dan sedikit rasa bersalah karena tidak ikutan ke sana ... kan saya tim hore dan penggembira hahahaha.
Ide pun datang ...
Mengisi kekosongan di kantor, kami sering mengobrol di ruangan LPM bersama Mila, atau di lobi bersama Melisa, Ida, dan Yudith. Akhirnya tercetuslah ide dari Mami Deber untuk kita pergi karaoke. Mami Deber pernah berkaraoke di Barata (sejenis mall mini) bersama adiknya. Katanya seru karaokean di sana. Harganya pun murah, cuma DUAPULUH RIBU per jam! MOSOK? Mata saya langsung membulat. Soalnya saya biasa karaoke di D'Twinz dengan harga yang setara dengan tempat-tempat karaoke di kota mana pun di Indonesia, seperti Inul Vista misalnya. Well, mari kita pergi.
Sabtu pagi saya sudah bangun tidur, eh terus tidur lagi, dan baru bangun pukul 10.30 WITA. Wah, telat! Akhirnya setelah telepon sana-sini, SMS, dan BBM, saya pun meluncur ke kantor. Dari kantor kami berlima meluncur ke Barata yang berada di daerah Wolowona.
Tiba di counter karaoke, kakak penjaga menjelaskan harga kepada kami, dan ruangan-ruangan yang kosong. Jadi untuk bulan ini, masih promo, setiap Senin - Jumat itu per jam dipatok Rp.24.000 dari pukul 10.00 - 15.00, setelahnya dipatok harga Rp.48.000 per jam. Sementara untuk Sabtu dan Minggu per jam dipatok harga Rp.48.000 per jam.Oalah, kirain benar-benar Rp.20.000 per jam. Hihihi. Murah bener kalau memang segitu harganya. Setelah membayar sejumlah rupiah untuk dua jam berkaraoke, membeli minum, kami pun memasuki ruang karaoke.
Ada yang saya catat di sini : ruang karokenya sangat banyak, saling berhadapan. Dan 'wajah'nya sangat menarik dengan warna-warna terang yang cantik. Saya sangat menyukainya. Di lorong antara ruangan disediakan kursi-kursi, buat jaga-jaga siapa tahu ada yang mengantri. Bagus lah pokoknya. Kalau di D'Twinz kan tempat buat mengantri itu di lantai bawah, di lobi-nya, sedangkan tempat karaokenya di lantai atas.
Oh, baiklah, mari kita karaoke kalau begitu. Sikat!
Ternyata ... ruang karaokenya sangat kecil. Saya syok, hahaha. Dalam bayangan saya ruang karaokenya persis yang ada di D'Twinz, Inul Vista, atau di Hotel Silvia Maumere. Eh, saya salah. Ruang seperti itu hanya muat dua sampai tiga orang saja. Lhaaa kami berlima (ditambah dengan Ircep nanti jadi berenam).
Perbedaan-perbedaan ...
D'Twinz :
- Ruangan reguler-nya saja (bukan yang familly), muat sampai sepuluh orang. Ruangan familly bisa muat berapa hayooo :D
- Sofanya besar dan panjang.
- Jarak antara sofa dan televisi raksasa sekitar tiga meter.
- Audio-nya oke.
- Komputer song bank-nya masih pakai keyboard manual.
- Song bank-nya boleh juga.
- Alaram waktu masih manual, alias masih petugasnya yang datang mengingatkan.
Barata :
- Ruangannya sempit/kecil.
- Setiap ruangan itu sama. Tidak ada reguler maupun familly.
- Sofanya hanya muat tiga orang (empat orang kalau duduknya kayak di angkot).
- Jarak antara sofa dan televisi sekitar satu meter. Ah, kecil sekali. Rasanya kayak di box-karaoke murahan.
- Audio-nya oke.
- Komputer song bank-nya touch screen.
- Song bank-nya boleh juga. Cukup komplit.
- Alaram waktu sudah digital, langsung tertera di layar komputer/mesin karaoke.
Akhirnya setelah mengatur posisi, mengatur kamera (karena saya membawa kamera), menyimpan helem dan ransel di sudut-sudut, kami pun mulai berkaraoke. Lagu demi lagu dinyanyikan, semua genre pun kami habok, dan tawa canda tiada henti di dalam ruangan sesempit itu, hahaha. Mami Deber tak segan-segan bergoyang dangdut, Yudith mempraktekkan cara bernyanyi a la vokal grup, dan pada salah satu lagunya Viera, Mila loncat-loncat diiringi gaya drummernya Melisa, dan gaya gitarisnya saya. Hahaha. Kacau! Yang ada hanya ketawa, dan ketawa, tiada henti. Tak lama Ircep pun datang, semakin ramai saja ruangan sesempit itu.
Dua jam berkaraoke tidak terasa, kami pun harus pulang karena masih ada hal lain yang harus dikerjakan. Puas? Oh, pasti. Kapan lagi bisa ngumpul-ngumpul seperti ini di tempat karaoke? Kapan lagi bisa melihat Mami Deber goyang dangdut? Kapan lagi lihat Mila loncat-loncat bak vokalis band rock? Kapan lagi lihat Yudith bernyanyi dengan kekuatan vokal bak lagi vokal grup? Kapan lagi lihat Melisa bernyanyi dan memamerkan suara emasnya? Kapan lagi lihat Ircep menghentak-hentakkan tubuh? Hanya saat berkaraoke bersama hahaha. Kebersamaan seperti ini harusnya sering-sering dilakukan. Ealah, begitu selesai berkaraoke, sudah pada rencana buat karaokean lagi di D'Twinz. Sadap.
Bagi saya, bernyanyi adalah salah satu cara melepas segala rasa. Jatuh cinta, marah, sedih, senang, jengkel. Dan bagi saya, lagu adalah bahasa universal yang dapat menyatukan umat manusia.
Karaoke, yuk!
Wassalam.