Bagi saya, tatapan adalah bahasa tanpa suara. Tatapannya seperti berkata, "Kak, saya ingin hidup yang lebih layak. Bagaimana caranya bila rumah orangtua saya hancur?"
Tatapannya bagai busur panah. Menancap di jantung. Kemudian saya bertanya-tanya, apa lagi yang bisa kami lakukan untuk kalian wahai anak-anak pengungsi? Kami ingin kalian dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, kami ingin kalian sekolah, kami ingin kalian ... kami ingin kalian bahagia.
Wassalam
semangat ya kakak2 :)
BalasHapus