Sudah baca postingan saya sebelumnya? Baca dulu deh baru baca
yang satu ini ;))
Jarak antara Mbay ke Riung diperkirakan 30 kilometer. Sekitar 10 kilometer lepas dari Mbay jalanannya berlubang. Itu sih di bulan Maret kemarin. Sekarang jalan-jalan berlubang sudah dilapisi kerikil-kerikil kecil sehingga spido lebih terjaga. Lepas dari 10 kilometer itu, jalanannya Masya Allah mulus abes! Kata Ryan kita mesti lebih kencang memacu spido. Hayo! Siapa takut? Di sini lah terjadi banyak jebakan batman karena ketika saya memimpin di depan dan mata saya rabun *tsah* jadi kalau saya masuk lobang atau menghajar gundukan, Said tidak bisa mengelak. Mau tak mau Said yang membonceng Fauwzya masuk jebakan batmannya saya *ngakak tebanting*.
Biaya masuk hanya Rp. 4.000 per orang. Di dekat dermaga ada yang menyewakan pelampung. Bagus! Ini perlu buat jaga-jaga. Siapa tahu Fauwzya mabok laut terus bikin oleh kapal hahaha. Perahu motor berukuran sedang yang kami tumpangi, membelah lautan tenang, hanya memuat saya, Rustam, Ryan, Said, Oskar dan Fauwzya juga seorang pemuda lokal yang menjalankannya bernama Amri. Kami memang sengaja tidak ingin mampir ke Pulau Kelelawar lagi, langsung menuju Pulau Tiga! Area snorkling!
Cerita-cerita dulu soal Riung yuk. Secara administrasi Riung termasuk dalam wilayah Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada. Letaknya sekitar 70 kilometer bagian Utara Kota Bajawa, ibukota Kabupaten Ngada. Sedangkan dari Mbay, ibukota Kabupaten Nagekeo, hanya berjarak sekitar 30 kilometer. Riung terkenal dengan taman lautnya; Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung. Pulau-pulau yang ada di Riung terdiri dari pulau besar dan kecil. Pulau terbesar bernama Pulau Ontoloe. Pulau-pulau yang paling sering disinggahi adalah Pulau Kelelawar, Pulau Rutong dan Pulau Tiga. Pulau lainnya ada Pulau Borong, Pulau Patta, Pulau Meja, Pulau Kolong, Pulau Dua, ada juga Pulau bernama Halima.
Bagaimana dengan pesona bawah lautnya? Ini dia! Kami touchdown di Pulau Tiga. Rustam dan Amri langsung membuat api untuk membakar ikan. Sedangkan saya dan Oskar langsung cebur laut. Melatih Oskar dan Ryan menggunakan masker snorkel, bagaimana caranya bernafas dan mengeluarkan angin dan air yang masuk ke masker, dan lain-lain. Setelah itu Rustam ikut bergabung. Awalnya sudah mengenakan kaki katak tapi kemudian memilih untuk bertelanjang kaki saja. Memang sih daya dorong menjadi miskin tapi nggak apa-apa. Rustam memandu kami menuju spot taman laut. Beugh! Kalau dulu snorklingnya hanya 30-an meter sekarang 70-an meter bolak-balik hehehe.
Ini salah satu spot sebelum masuk daerah Mbay. Awww!
Setelah tiba di Mbay, tidur semalam, keesokan harinya
menunggu rombongan FC dari Ende, sarapan di rumah Iwan-Reni, akhirnya kami pun
berangkat ke Riung. Siapa-siapa saja? Saya, Ryan, Said, Fauwzya dan Oskar! Yuhu.
Ada Oskar gituuuu gimana nggak seru?
Biru, hijau, kuning... Mbay di bawah sana!
Persawahan sebelum pompa-bensin Mbay
Jarak antara Mbay ke Riung diperkirakan 30 kilometer. Sekitar 10 kilometer lepas dari Mbay jalanannya berlubang. Itu sih di bulan Maret kemarin. Sekarang jalan-jalan berlubang sudah dilapisi kerikil-kerikil kecil sehingga spido lebih terjaga. Lepas dari 10 kilometer itu, jalanannya Masya Allah mulus abes! Kata Ryan kita mesti lebih kencang memacu spido. Hayo! Siapa takut? Di sini lah terjadi banyak jebakan batman karena ketika saya memimpin di depan dan mata saya rabun *tsah* jadi kalau saya masuk lobang atau menghajar gundukan, Said tidak bisa mengelak. Mau tak mau Said yang membonceng Fauwzya masuk jebakan batmannya saya *ngakak tebanting*.
Tiba di Nirvana Bungalow, Riung, sekitar 11.30 disambut
Rustam dengan wajah kusut. Bukan! Bukan karena lagi marah, itu karena baru
bangun tidur. Kayaknya sih *ehem* hihihi. Kita istirahat sebentar, ngopi-ngopi
kan makan kue Lebaran, sembari menyiapkan segala sesuatunya. Rustam, lagi-lagi,
membeli seabrek ikan untuk segelintir orang *ketawa senang*, tidak lupa membeli
nasi, membawa snorkling equipment dan kaki katak, ubi tatas rebus,
sambal-sambal racikan Fauwzya *ada bakat*, aneka cemilan dan air minum yang
banyak! Karena perginya bersepatu saya harus membeli sandal. Sayang … tidak ada
warna kuning. Hehe.
Sekitar pukul 12.30 kami sudah tiba di dermaga Riung. Jarak antara
Nirvana Bungalow dengan dermana sangat dekat. Tapi bagi yang tidak biasa
berolah gara *lirik Ryan, Said, Fauwzya* akan sangat melelahkan *kabuuurr*. Jarak
segitu hanya sekitar sepuluh menit berjalan kaki. Setiap sisi jalan menuju
dermaga berdiri kokoh pohon-pohon kelapa, berjejer bak pagar alam. Cantik. Secantik
kitaaaa.
Ke arah dermana, sisi kanan... Nyiur Melambai!
Transaksi pelampung a la Oskar :D
Biaya masuk hanya Rp. 4.000 per orang. Di dekat dermaga ada yang menyewakan pelampung. Bagus! Ini perlu buat jaga-jaga. Siapa tahu Fauwzya mabok laut terus bikin oleh kapal hahaha. Perahu motor berukuran sedang yang kami tumpangi, membelah lautan tenang, hanya memuat saya, Rustam, Ryan, Said, Oskar dan Fauwzya juga seorang pemuda lokal yang menjalankannya bernama Amri. Kami memang sengaja tidak ingin mampir ke Pulau Kelelawar lagi, langsung menuju Pulau Tiga! Area snorkling!
Para Lelaki ;))
Oskar, So Free!
Cerita-cerita dulu soal Riung yuk. Secara administrasi Riung termasuk dalam wilayah Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada. Letaknya sekitar 70 kilometer bagian Utara Kota Bajawa, ibukota Kabupaten Ngada. Sedangkan dari Mbay, ibukota Kabupaten Nagekeo, hanya berjarak sekitar 30 kilometer. Riung terkenal dengan taman lautnya; Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung. Pulau-pulau yang ada di Riung terdiri dari pulau besar dan kecil. Pulau terbesar bernama Pulau Ontoloe. Pulau-pulau yang paling sering disinggahi adalah Pulau Kelelawar, Pulau Rutong dan Pulau Tiga. Pulau lainnya ada Pulau Borong, Pulau Patta, Pulau Meja, Pulau Kolong, Pulau Dua, ada juga Pulau bernama Halima.
Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung merupakan tipe hutan kering
dengan vegetasi campuran. Diantaranya ada Terminalia Catappa (Ketapang),
Tectona Grandis (Jati), Santalum Album (Cendada), Mangivera Indica (Kayu
Manis), Pandanus Tectorius (Pandan), Hibiscus Tiliacus (Waru), Aleuritis
Molucana (Kemiri), Albizia (Sengon Laut), juga Cassia Siamea (Johar). Tak hanya
itu, di seluruh pesisir pantai di pulau-pulau ditumbuhi Mangrove (Bakau) dengan
jenis-jenis dominan seperti Rhizophora, Sonneratia, dan Bruquiera Gymnoriza.
Bagaimana dengan pesona bawah lautnya? Ini dia! Kami touchdown di Pulau Tiga. Rustam dan Amri langsung membuat api untuk membakar ikan. Sedangkan saya dan Oskar langsung cebur laut. Melatih Oskar dan Ryan menggunakan masker snorkel, bagaimana caranya bernafas dan mengeluarkan angin dan air yang masuk ke masker, dan lain-lain. Setelah itu Rustam ikut bergabung. Awalnya sudah mengenakan kaki katak tapi kemudian memilih untuk bertelanjang kaki saja. Memang sih daya dorong menjadi miskin tapi nggak apa-apa. Rustam memandu kami menuju spot taman laut. Beugh! Kalau dulu snorklingnya hanya 30-an meter sekarang 70-an meter bolak-balik hehehe.
Pak dokter sudah khatam belajar snorklingnya :D
Snorkling memang
menyenangkan. Saya mencintai yang satu ini. Bayangkan batas antara udara dan
air itu hanya dengan cara membenam dan mengangkat kepala hihihi. Bermacam Acropora,
Galaxea, Pavites, Echynophylla, Anemon, Lobophylla, Mawar Laut, Bintang Laut berwarna biru terang membuat
saya berkali-kali saling mengacung jempol pada Rustam. Terdengar di belakang suara
Oskar teriak-teriak kegirangan. Dan saya seperti bermain dalam animasi Finding Nemo karena hampir
semua hewan dalam film itu berenang bebas di bawah tubuh kami, diantaranya
Clown Fish yang berenang di sekitar Anemon, juga Moorish Idol. Sesekali Rustam menyelam,
menunjuk terumbu karang unik yang lewat dari pandangan saya. Dan kami berdua
sampai lamaaaa banget menatap ikan berwarna biru yang di sisi tubuhnya ada
lingkaran besar ke kecil berwarna kuning. Di sini menyesal nggak punya kamera,
apalagi kamera yang sudah dimodif untuk underwater *ngayal*
Terima kasih Allah SWT untuk bumi yang indah ini ;))
Saat snorkling bertemu dengan
beberapa turis mancanegara (perahu motor mereka di samping perahu motor kami). Sempat
saling ‘berbalas pantun’ tentang keindahan Taman Laut Riung. Biutipul!
Saya sarankan bagi yang mau
snorkling, ayo rajin olahraga! Besarnya tubuh kita bukan ukuran kita mampu
berlama-lama snorkling *bangga punya tubuh gendut tapi terlatih* hahaha. Ryan sampai
terkena serangan kejang-kaki. Hihihi.
Kembali ke darat kami
memutuskan untuk makan siang karena perut sudah lapar. Yaaa sebelum makan
siang, itu camilan dihabiskan dulu deh hahaha. Makan siangnya berupa nasi, ikan
bakar dan cumi bakar. Makjang! Terima kasih Fauwzya atas sambalnya yang super
enak sampai-sampap para turis (yang kali ini datang lagi satu perahu motor)
memuji. Ecieee. Makan di pinggir laut, dilihat oleh para turis dengan tatapan
mupeng, ditemani jilatan air laut, apalagi di samping ada Oskar, adalah tingkat
pertama surga. Btw ada yang cinlok nih yeeee sama Si Mike *bekep mulut sendiri*
Selesai makan saya gemas
ingin mengabadikan Fauwzya dan Oskar dalam keindahan alam Riung. Saya suka
memotret apalagi memotret pemandangan, apalagi kalau modelnya luar biasa kece
dan kamera-face *sudah puji begini, besok dikasih apa ya sama Fauwzya dan
Oskar?* Pulau Tiga ini, saking sepinya, sudah kita anggap sebagai private
island. Bisa foto sepuasnya dengan gaya apapun dengan baju apa pun *sinyalhilang*
hehe. Sementara itu Said dan Ryan sedang berusaha khatam latihan snorkling. Wah
pak dokter yang awalnya malu-malu sekarang jadi keranjingan.
Pulang ke Kerajaan Neptunus! :D
Sekitar pukul 16.30 Rustam
dan Amri mengajak kami untuk meninggalkan Pulau Tiga. Tujuan berikutnya adalah
Pulau Rutong! Letaknya di depan Pulau Tiga. Dari semua pulau di gugusan ini
nampaknya Pulau Rutong lah yang pernah dikelola oleh Pemda setempat, melihat
beberapa saung yang saat ini dalam kondisi rusak. Dalam perjalanan ke Pulau
Rutong kami melihat sebuah kapal pesiar di dekat pulau itu. Wah, asyik nih.
Tahukah kalian, teman? Baru
saja minggu sebelumnya saat ke Pantai Maurongga Fauwzya punya mimpi untuk
tiduran di pasir putih sambil menanti sunset. Dan hari Minggu kemarin impian
itu terwujud untuk kami semua. Tiba di Pulau Rutong sudah pukul 17.00 dan kami
pun tiduran di pasir putih yang halus muluuuuuus. Mak, nggak pengen pulang. Pengen
terus berada di sini, di moment ini, mari lupakan waktu, mari kalau bisa kita
hentikan saja waktu. Inilah yang saya sebut surga lapisan ke-6 karena lapisan
ke-7 hanya ada ‘di atas’ sana.
Tak lama senja pun datang. Sunset!
Bagaimana caranya saya melampiaskan surga ini pada kalian? Lihat saja fotonya!
Hehehe.
Inilah Surga Lapisan ke-6 :D
Matahari sudah pulang tapi
langit masih terang. Kami kembali ke dermaga Riung. Dan lautnya masih saja
berdamai dengan kami. Masih sangat tenaaaang. Kata Fauwzya : seperti kaca.
Dari
dermaga kami sempat membeli gorengan terus kembali ke Nirvana Bungalow.
Malam yang indah diisi dengan obrolan, ngopi-ngopi, cemilan, aksi mati
lampu sesaat, juga cekikik-cekakak. Hadeeeh... jujur saya tidak ingin
pulang. Jadi pengen beli tanah di Riung, bangun rumah mungil, tiap hari
ke laut. Pengen punya suami seorang laki-laki *tentu saja, masa suaminya
perempuan?* yang bisa melaut. Sahdu kali yaaaa malam-malam berdua di
tengah laut. Tinggal nunggu dihantam tsunami aja *horor!* hehehe.
Akhirnya
selesai juga tulisan tentang Riung kali ini. Istimewa, se-istimewa
perjalanan kali ini. Terima kasih Rustam for everything. Nggak kapok kan
punya sohib seperti kami? Hahaha. Ke Riung, saya pasti kembali. Saya
janji!
Keesokan harinya saat pulang, masih sempat foto-foto di savana yang menguning :)
Postingan
ini untuk memuaskan hasrat orang-orang tentang Riung. Agar orang luar
mengetahui keadaan daerah kita dari kita sendiri. Hyuk *mulai nggak
waras nulisnya*
Bagi teman-teman yang ingin mengetahui Flores, silahkan bertanya via blog ini atau my twitter @tuteh atau my facebook Tuteh Pharmantara. Yang bisa dijawab ya dijawab. Yang tidak bisa dijawab akan saya cari jawabannya ;))
Noted : all the picture here taken with pocket camera and Blackberry (we are BlackberryGrapher & PocketGrapher!) *mulai tambah nggak waras* :D
Bagi teman-teman yang ingin mengetahui Flores, silahkan bertanya via blog ini atau my twitter @tuteh atau my facebook Tuteh Pharmantara. Yang bisa dijawab ya dijawab. Yang tidak bisa dijawab akan saya cari jawabannya ;))
Noted : all the picture here taken with pocket camera and Blackberry (we are BlackberryGrapher & PocketGrapher!) *mulai tambah nggak waras* :D
Wassalam.
Kali ini saya bisa bercerita sedikit lebih lengkap ye :P nggak kayak kali lalu hehehe...
BalasHapussaiya juga korban jebakan batman... untung aksi melenting berakhir dengan pendaratan yang baik ;) Riung memang surga,,, makasih sudah membagi keindahan alam nusantara... ga kalah deh ma wisata manca!!
BalasHapusFiuh, you write it well, Encim. There is no place like it. Each part of this country is unique. Tapi ada yg kurang, cerita Kopi Bajawa, heheee... Nice, interesting and provocative story.....
BalasHapuswuiiiihh.. kereeen ceritanya k, jadi pengen kesana, mudah2an terkabul *ngarep banget*....
BalasHapusMantap pnya neh..susah lama tidak kesana..mang riungbelum ter-expos maks. Mudah2an besok2 kalo kesana kbarin ya biar bisa ikut serta... :p (apo)
BalasHapuswaah pengen juga dong kesana,,,kayaknya seru tuh...
BalasHapusngeselin baca posting ini. sumpah... jadi mupeng banget :D
BalasHapusitu narsisnya kebangetan pun
Puji teruuuss.. Cap jalan teruuus! Next trip bagian konsumsi sa kas isi racun semua!
BalasHapusMhuahahaaa *ketawa jahat*
:P
Harus bisa sampe ke sana..
BalasHapussangat indah...pemandangannya...
BalasHapusSubhanallah... pengen di ajakin ksana dong :3 ngiler ~,~
BalasHapuskeren
BalasHapus