Hi there!
Akhirnya lega. Kenapa lega? Karena
eh karena sebuah tugas sudah selesai. Iya, itu loh … program kerja Flobamora
Community untuk mengunjungi Ponpes Walisongo telah dilaksanakan. Informasi lengkapnya
bisa dibaca di websitenya Flobamora Community. Klik aja.
Dalam kunjungan ke Ponpes
Walisongo hari Minggu, 12 Agustus 2012 yang lalu, saya serius membaca tulisan
yang sudah lama tertera di bangunan sekolah di ponpes tersebut. Tulisannya adalah
: Ciptakan Santri Cerdas Dengan Membaca. Saya jadi teringat obrolan singkat
dengan seseorang. Saat itu saya membuka topik tentang peringkat UN di
Indonesia, NTT menempati urutan ke-33. Buntut. Dan orang itu bilang, “ya iya
lah! Minat baca anak-anak kita rendah.”
Bersama santri di depan gedung sekolah.
Benar sekali. Minat baca
anak-anak kita rendah, sudah dikuasai oleh Facebook sehingga buku tidak lagi
menarik. Padahal, seperti jargon lama, membaca adalah jendela dunia. Kita dapat
mengetahui apa saja lewat membaca. Bahkan sebuah novel cinta pun bila ditulis
dengan serius, mengemukakan fakta-fakta, riset juga dilakukan, novel cinta
tersebut memuat banyak informasi yang berguna bagi kita. Contoh novel milik Ayu
Utami atau Remy Sylado. Kalau dari luar sih banyak, novel karya Sidney Sheldon,
Agatha Christie, John Grisham atau Mary H. Clark yang lebih banyak berkutat di
dunia medis. Jangan lupa Indonesia juga punya penulis yang kisahnya juga
mengangkat dunia kedokteran, Mira W.
Bersama santri di depan masjid.
Membaca juga memecut kita
untuk menulis. Tidak percaya? Cobalah membaca dan kamu akan berpikir begini
kira-kira : menulis seperti ini saya juga bisa! Nah, mulailah menulis kalau
merasa kamu juga bisa. Karena dengan menulis otak kita terasah untukmengingat
banyak hal, terlatih untuk menggunakan banyak kosa kata sehingga perbendaharaan
kata pun semakin banyak. Itu penting agar tulisan kita tidak membosankan. Jangan
lupa untuk membiarkan orang lain membaca tulisan kamu. Tentu mereka akan
memberi kritikan. Itu justru bagus. Dengan demikian kamu akan tahu di mana
letak kekurangan sebuah tulisan. Bingung harus bagaimana agar tulisan dibaca
dan dikomentari? Buatlah sebuah blog! So simple. It’s free!
Eddie dan Umi-Umi.
Okay. Mari membaca. Membaca banyak
manfaatnya. Mari menulis. Menulis juga banyak manfaatnya. Untuk menjadi pintar
memang butuh biaya mahal. Jangan dilihat mahalnya tapi lihatlah nilai
investasinya. Tapi untuk menjadi cerdas tak perlu banyak biaya. Bacalah!
Di makam Abah Mahmud Eka.
Dalam kunjungan ke ponpes
hari Minggu kemarin itu saya juga menyempatkan diri untuk berpose di makam Abah
Mahmud Eka. Seorang pemimpin, pempimpin Ponpes Walisongo, yang membaktikan
dirinya bagi kaum duafa, anak yatim-piatu, mereka yang kurang mampu. Bukan hanya
anak-anak di wilayah Kabupaten Ende saja melainkan juga dari kabupaten lain
yang ada di NTT. Luar biasa, Abah! Semoga Allahmemberikan kebaikan untuk arwah
beliau. Amin. Semoga santri (yang laki-laki) dapat segera menempati bangunan
asrama sehingga tak perlu tidur di tingkat dua masjid. Masjid yang
pengerjaannya sudah berapa tahun ini belum juga selesai. Masjid yang tidak
berdinding, hanya pilar-pilar penyangga saja. Bisa dibayangkan santri-santri
tidur ditemani udara malam yang menusuk? Masya Allah, betapa tegar dan tabahnya
mereka.
Nah, bidadari yang kiri adalah Bidadari Badung! :P
Dengan selesainya kunjungan
ke Ponpes Walisongo maka Flobamora Community mulai concern ke program kerja
lainnya seperti penanaman bakau di Pantai Pu’urere dan Internetsehat Goes To
School. Semoga dapat terlaksana!
mantap,,,sukses selalu buat kawan-kawan flobamorata coomunity
BalasHapus