Hai
temans! Hihihi. Akhir-akhir ini jujur, saya sibuk banget jadi jarang update.
Maksudnya, saya sibuk tidur jadi nggak ingat buat postingan hahaha. Nggak …
nggak … jujur saya sibuk bekerja, sibuk menulis Triplet, sibuk membaca tumpukan
buku di samping kanan ranjang, sibuk sama kegiatan-kegiatan Flobamora
Community.
Berkaitan
dengan kegiatan Flobamora Community a.k.a FC, akhirnya … akhirnya … salah satu
program kerja FC terlaksana juga. Program kerja ini salah satunya adalah pembelian
bibit bakau di baba Akong yang menetap di Desa Ndete, Magepanda, Kabupaten
Sikka. Jadi pada Sabtu, 12 Mei 2012 lalu saya dan dua member lain yaitu Bastian
Carvallo dan Yano Thedens berangkat ke Maumere menggunakan motor. 3 motor, 3
orang, perjalanan seru, hujan-hujanan, tentu basah-basahan. Kita berangkat dari
Ende jam 2 siang dan tiba di Maumere jam 8 malam. Di Maumere kita nginap di
rumah saudaranya Foni Balukh, dede Rudi. Wah seru deh pokoknya ngobrol sama
keluarga mereka. Hangat, ramah, feel like my own home.
Minggu,
13 Mei 2012, rombongan kami bertolak dari Maumere menuju Magepanda. Perjalanan
ditempuh selama 45 menit. Ternyata baba Akong memang sangat terkenal! Sekali
saja kami bertanya, langsung deh ketemu rumahnya hehehe. Kami disambut sama istrinya
baba Akong yang ramah dan suka bercerita. Melihat kedatangan kami mereka sudah
menduga bahwa niat kami pastilah hendak berurusan sama bakau. Tapi mereka
mengajak kami melihat dulu Kalpataru dan Penghargaan dari Kickandy Heroes.
Wuiiih bangga bukan main … ya, biarlah saya disebut kampungan, nggak apa-apa :D
Menurut
baba Akong, harga bakau berdasarkan keputusan Bupati adalah 2.500 Rupiah per
bibit. Tapi karena kami bukan dari pemerintahan, maka beliau member kami harga
1.500 Rupiah per bibit. Wow, luar biasa.
“Saya
kasih seratus bibit Bakau Akar Nafas, juga seratus bibit Bakau Akar Tongkat.”
Kepada
kami baba Akong juga menjelaskan bagaimana caranya menanam bakau. Jarak antara
satu bibit ke bibit lainnya adalah satu meter. Dan lobang galian sepanjang
40-an senti. Sementara itu untuk baiknya bakau ditanah dengan urutan; Bakau
Akar Tongkat di bagian depan sedangkan Bakau Akar Nafas di bagian belakang. Dengan
sabar baba Akong menjawab pertanyaan kami seputar perawatan selama beberapa
hari. Menurut baba, bibit bakau sebelum ditanam cukup disiram air tawar setiap
pagi. Wah, mudah yah? Tapi kalo nggak telaten juga bias rusak bibitnya hahaha.
Dari
rumah baba Akong menuju Maumere bakau diangkut oleh pickup. Dari Maumere menuju
Ende bergegas kami grasa grusu di pinggir jalan membentuk kardus-kardus yang
sudah dibeli, diikat, dilem, kemudian bakau disimpan di dalamnya. Bis Sang
Prabu sudah menunggu dengan sabar hahaha. Maaf ya, om, bila kami terlalu lama. Setelah
semua bakau dimuat di bis, kami boleh bernafas lega. Tinggal menyiapkan diri
untuk pulang ke Ende.
Dari
Maumere kami pulang ke Ende sudah pukul 4 sore. Ngebut sengebut-ngebutnya,
berusaha tidak kemalaman di Watuneso, kami tiba di Wolowaru sebelum jam 6. Yipie!
Ini rekor tercepat saya hahaha. Di Wolowaru kami biarkan saja istirahat satu
jam karena Yano sangat mengantuk. Setelah itu perjalanan dilanjutkan dengan
kecepatan SIPUT akibat jarak pandang saya yang lemah bila malam hari. Saya kuatir
kenapa-napa apalagi saya memuat Foni hahaha. Alhamdulillah, tiba di Ende juga
tepat pukul 9.30. Waktu yang lama, kata Bas. Tapi yaaa maklum lah hihihi.
Sekarang
bakau di rumah saya, tiap pagi disiram sama tante Heli. Besok pagi rencananya
tim Flobamora Community akan berangkat menuju Pulau Ende. Doakan kami ya,
teman! Semoga niat ini terlaksana dengan lancar! Amin.
Wassalam.
kalau di daerah pegunungan tandus seperti daerah saya mungkin bakti sosial nya akan menanam pohon jati atau sengon :)
BalasHapusBlog dan contentnya bagus, komentar juga ya di blog saya www.indojobfair.com
BalasHapus